Rukun Iman
1. Beriman Kepada Allah SWT
Iman kepada Allah SWT mengandung empat perkara:
1. Beriman dengan adanya Allah SWT:
Allah SWT telah memberikan fitrah kepada setiap makhluk untuk beriman kepada Penciptanya, sebagaimana firman Allah SWT:
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah SWT); (tetaplah atas) fitrah Allah SWT yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah SWT.(Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui, (QS. Ar-Rumm :30)
Akal sehat manusia menunjukkan bahwa alam semesta ini mempunyai sang pencipta. Sesungguhnya makhluk-makhluk ini, generasi terdahulu dan yang menyusulnya, harus ada sang pencipta yang mengadakannya. Dia tidak mungkin menciptakan dirinya sendiri, dan tidak ada secara kebetulan. Maka, pastilah bahwa dia mempunyai pencipta. Dia-lah Allah SWT, Rabb semesta alam. Sebagaimana firman Allah SWT:
Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)
Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu; sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan). (QS. Ath-Thur :35-36)
Perasaan (fitrah) manusia menunjukkan adanya Allah SWT. Sesungguhnya kita melihat silih bergantinya malam dan siang, rezeki manusia dan hewan, pengaturan urusan semua makhluk, memberikan indikasi yang pasti terhadap adanya Allah SWT.
Firman Allah SWT: Allah SWT mempergantikan malam dan siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu, terdapat pelajaran yang besar bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan. (QS. An-Nur :44)
Allah SWT memperkuat para rasul dan Nabi-Nya dengan tanda-tanda dan mukjizat yang dapat dilihat atau didengar manusia. Ia merupakan perkara-perkara yang berada di luar batas kemampuan manusia. Allah SWT memperkuat dan menolong para rasul-Nya dengan mukjizat tersebut. Ini merupakan tanda yang pasti terhadap adanya yang mengutus mereka, Dia-lah Allah SWT. Seperti, Allah SWT membuat api menjadi dingin dan memberikan keselamatan terhadap Ibrahim a.s, membelah laut bagi Musa a.s, menghidupkan orang mati bagi Isa a.s, dan membelah bulan bagi Muhammad SAW.
Sudah sekian banyak Allah SWT mengabulkan orang-orang yang berdoa, memberi kepada orang-orang yang meminta, menolong orang-orang yang kesusahan, yang menunjukkan adanya Allah SWT, ilmu dan kekuasaan-Nya.
1, Firman Allah SWT;
(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Rabbmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu :”Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut”. (QS. Al-Anfaal :9)
2, Firman Allah SWT:
dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Rabbnya: “(Ya Rabbku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang”. Maka Kamipun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah SWT. (QS. Al-Anbiya`:83-84)
Syariat menunjukkan adanya Allah SWT. Hukum-hukum yang mencakup segala kepentingan makhluk, dan yang diturunkan oleh Allah SWT di dalam kitab-kitab-Nya terhadap para Nabi SAW dan rasul-Nya merupakan bukti bahwa hal itu berasal dari Rabb Yang Maha Bijaksana, Maha Kuasa, Maha Mengetahui terhadap segala kepentingan hamba-Nya.
2. Beriman bahwa Allah SWT adalah Rabb satu-satunya, tiada sekutu bagi-Nya:
Rabb adalah yang memiliki ciptaan, kerajaan, dan perkara. Maka, tiada yang menciptakan kecuali Allah SWT, tiada yang menjadi raja selain Allah SWT, dan semua perkara adalah milik-Nya. Makhluk adalah makhluk-Nya, kerajaan adalah kerajaan-Nya, dan perkara adalah perkara-Nya. Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang, Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji. Mengasihi apabila diminta kasih sayang-Nya, mengampuni apabila diminta ampunan-Nya, memberi apabila diminta, dan mengabulkan bila dimohon. Yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak pernah mengantuk dan tidak pula tidur.
1, Firman Allah SWT:
Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak Allah SWT. Maha suci Allah SWT, Rabb semesta alam. (QS. Al-A’raaf :54)
2, Firman Allah SWT:
Kepunyaan Allah SWT-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya; dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Al-Maidah:120)
Kita mengetahui dan meyakini bahwa Allah SWT menciptakan segala makhluk, mengadakan semua yang ada, membentuk segala sesuatu yang ada di jagad raya, menciptakan langit dan bumi, matahari dan bulan, malam dan siang, air dan tumbuhan, manusia dan hewan, gunung dan lautan.
Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya. (QS. Al-Furqan: 2)
Allah SWT menciptakan segala sesuatu dengan kekuasaan-Nya. Dia tidak mempunyai menteri, tidak memiliki pemberi saran (penasehat), dan tidak ada penolong. Maha Suci Dia Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa. Beristiwa di atas arsy dengan kekuasaan-Nya, membentangkan bumi dengan kehendak-Nya, menciptakan segala makhluk dengan keinginan-Nya, menguasai makhluk dengan kekuatan-Nya, Rabb timur dan barat, tiada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia, Yang Hidup Kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya).
Kita mengetahui dan meyakini bahwa Allah SWT Maha Kuasa terhadap segala sesuatu, Maha Meliputi atas segala sesuatu, Raja segala sesuatu, Maha Mengetahui dengan segala sesuatu, Maha Berkuasa di atas segala sesuatu. Semua leher (jiwa) tunduk bagi keagungan-Nya, segala suara khusyu’ bagi kehebatan-Nya (pengaruh-Nya). Orang-orang yang kuat menjadi lemah karena kekuatan-Nya. Semua pandangan tidak bisa melihat-Nya dan Dia melihat segala pandangan. Dia-lah Yang Maha Lembut lagi Maha Mengetahui/Mengenal. Dia melakukan apa yang Dia kehendaki dan memutuskan apa yang Dia mau.
Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya:”Jadilah!” maka terjadilah ia. (QS. Yasin :82)
Allah SWT mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi, Maha Mengetahui yang ghaib dan nyata, Yang Maha Besar lagi Maha Tinggi, mengetahui beratnya gunung, mengetahui timbangan laut, mengetahui bilangan/jumlah titik hujan, mengetahui bilangan daun-daun di pepohonan, mengetahui biji-biji pasir, dan mengetahui yang digelapi malam dan diterangi siang:
Dan pada sisi Allah SWT-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang ada di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh). (QS. Al-An’aam:59)
Kita mengetahui dan meyakini bahwa Allah SWT setiap hari berada dalam setiap urusan. Tidak ada sesuatupun di langit dan di bumi yang samar atas-Nya. Mengatur perkara, mengirim angin, menurunkan hujan, menghidupkan bumi setelah matinya, memuliakan dan menghinakan siapa yang dikehendakinya, menghidupkan dan mematikan, memberi dan mencegah (menolak dan memberi), merendahkan dan mengangkat.
Dialah Yang Awal dan Yang Akhir Yang Zhahir dan Yang Bathin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. Al-Hadidi :3)
Kita mengetahui dan meyakini bahwa perbendaharaan langit dan bumi, semuanya milik Allah SWT. Dan segala sesuatu yang ada, maka khazanahnya ada di sisi Allah SWT. Khazanah air, khazanah tumbuhan, khazanah udara, khazanah barang tambang, khazanah kesehatan, khazanah keamanan, khazanah nikmat, khazanah siksa, khazanah kasih sayang, khazanah petunjuk, khazanah kekuatan, khazanah kemuliaan, semua khazanah ini dan yang lainnya ada di sisi Allah SWT dan di Tangan-Nya.
Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya ; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu. (QS. Al-Hijr:21).
Apabila kita telah mengetahui hal tersebut dan yakin terhadap kekuasaan, keagungan, kekuatan, kebesaran, pengetahuan, khazanah, kasih sayang, dan keesaan Allah SWT, niscaya hati pasti menghadap kepada-Nya, terbukalah dada untuk menyembah-Nya, seluruh anggota tubuh tunduk karena taat kepada-Nya, lisan mengucapkan zikir kepada-Nya karena mengagungkan dan membesarkan, bertasbih (mensucikan) dan bertahmid (memuji), maka janganlah kamu meminta kecuali kepada-Nya, jangan meminta tolong kecuali kepada-Nya, jangan bertawakkal selain kepada-Nya, jangan takut kecuali dari-Nya, jangan menyembah selain kepada-Nya.
(Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah SWT, Rabb kamu; tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia; dan Dia adalah Pemelihara segala sesuatu. (QS. Al-An’aam:102)
3. Beriman kepada uluhiyah Allah SWT:
Kita mengetahui dan meyakini bahwa hanya Allah SWT saja ilah yang sebenarnya, tidak ada sekutu bagi-Nya. Hanya Dia yang berhak disembah. Dia-lah Rabb (Tuhan) semesta alam, ilah alam jagad raya. Kita menyembah-Nya dengan cara yang Dia syari’atkan, disertai kesempurnaan hina kepada-Nya, kesempurnaan cinta dan kesempurnaan pengagungan.
Kita mengetahui dan meyakini bahwa sebagaimana Allah SWT Maha Esa dalam rububiyah-Nya, tidak ada sekutu bagi-Nya. Maka, demikian pula Dia Maha Esa pada uluhiyah-Nya, tiada ada sekutu bagi-Nya. Maka, kita hanya menyembah-Nya saja, tiada sekutu bagi-Nya dan kita menjauhi penyembahan kepada selain-Nya. Firman Allah SWT:
Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; Tidak ada Tuhan (Yang hak di sembah) melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Baqarah:163)
Setiap yang disembah selain Allah SWT, maka uluhiyahnya adalah batil dan penyembahan kepadanya adalah batil.
(Kuasa Allah SWT) yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah SWT, Dialah (Rabb) yang Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain Allah SWT, itulah yang batil, dan sesungguhnya Allah SWT, Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha Besar. (QS. Al-Hajj :62)
4. Beriman kepada Asma` dan Sifat Allah SWT:
Pengertiannya: memahaminya, menghapalnya, mengakuinya, menyembah kepada Allah SWT dengannya, dan mengamalkan tuntutannya. Maka, mengenal sifat-sifat keagungan, kebesaran, kemuliaan, dan keagungan Allah SWT akan mengisi hati semua hamba karena membesarkan dan mengagungkan-Nya.
Dan, mengenal sifat kemuliaan, kemampuan, kekuasaan mengisi hati sifat hina, tunduk, dan merendahkan diri di hadapan Rabb-nya.
Dan, mengenal sifat-sifat kasih sayang, kebaikan, pemurah, dan pemberi mengisi hari rasa ingin dan berharap pada karunia, kebaikan, dan kemurahan Allah SWT.
Dan, mengenal sifat ilmu dan meliputi, mengharuskan bagi hamba sifat muraqabah kepada Rabb-nya dalam segala gerak geriknya.
Gabungan semua sifat ini mengharuskan seorang hamba untuk memiliki sifat mahabbah (cinta), rindu, bahagia dekat dengan-Nya, tawakkal, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT saja, tidak ada sekutu bagi-Nya.
Kita menetapkan bagi Allah SWT asma` dan sifat (Nama-nama yang indah dan sifat-sifat yang mulia) yang ditetapkan-Nya untuk diri-Nya atau yang ditetapkan oleh Rasulullah SAW bagi-Nya. Kita beriman kepada-Nya dan kepada yang diindikasikan atasnya berupa ma’na dan pengaruh. Maka, kita beriman bahwa Allah SWT (Maha Pengasih) dan pengertiannya adalah bahwa Dia mempunyai sifat kasih sayang. Dan di antara pengaruh dari nama ini: bahwa Dia memberikan kasih sayang kepada orang yang dikehendaki-Nya. Dan, seperti inilah penjelasan pada nama-nama yang lain. Kita menetapkan hal itu berdasarkan atas sifat dan asma` yang pantas bagi kebesaran Allah SWT tanpa ada tahrif (mengubah lafazh dan membelokkan makna sebenarnya), ta’thil (pengingkaran seluruh atau sebagian asma` dan sifat Allah SWT), takyif (menanyakan bagaimana Allah SWT), dan tamtsil (menyerupakan) Allah SWT dengan makhluk-Nya berdasarkan firman Allah SWT:
Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS. Asy-Syura:11)
Kita mengetahui dan meyakini bahwa hanya Allah SWT semata yang memiliki nama-nama yang indah dan sifat-sifat yang tinggi dan kita berdoa kepada-Nya dengannya:
1. Firman Allah SWT:
Hanya milik Allah SWT asma-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asma-ul husna itu dan tinggalakanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (QS. Al-A’raaf :180)
2. Dari Abu Hurairah r.a, bahwasanya Allah SWT bersabda, “Sesungguhnya Allah SWT mempunyai 99 nama, seratus kurang satu. Barangsiapa yang dapat menghitungnya niscaya ia masuk surga.” Muttafqun ‘alaih. (HR. Al-Bukhari no.7392 dan Muslim no. 2677)
Asma` Allah SWT Yang Maha Indah:
Asma` Allah SWT mengindikasikan atas sifat-sifat kesempurnaan-Nya. Ia (asma`) diambil dari sifat. Maka, ia adalah asma` dan sifat, karena itulah ia menjadi indah. Dan, mengetahui Allah SWT, asma dan sifat-Nya merupakan ilmu yang paling mulia, paling agung dan paling wajib. Di antara asma` Allah SWT adalah:
Allah: yaitu yang disembah, dicintai, diagungkan oleh semua makhluk, tunduk bagi-Nya dan kembali kepada-Nya dalam segala kebutuhan.
Ar-Rahman ar-Rahim: Dia Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang: yang rahmat-Nya meliputi segala sesuatu.
Al-Malik:Dia Yang Maha Memiliki: yang memiliki semua makhluk.
Al-Maalik: Dia Raja: yang merajai semua pemilik, raja-raja dan hamba.
Al-Maliik: Pemilik Kerajaan: yang terlaksana perintah-Nya di dalam kerajaan-Nya. Di Tangan-Nya kerajaan. Dia memberikan kerajaan kepada orang yang dikehendaki-Nya dan mengambil kerajaan dari orang yang Dia kehendaki.
Al-Quddus (Yang Maha Suci): yang Maha Suci dari kekurangan dan cela, yang diberikan sifat dengan sifat kesempurnaan.
As-Salaam (Yang Memberi Keselamatan, Yang Melimpahkan kesejahteraan, Yang Terhindar dari segala kekurangan): yang terhindar dari segala cela, penyakit, dan kekurangan.
Al-Mukmin (Yang Memberi Keamanan): yang makhluk-Nya aman dari perbuatan zhalim-Nya. Dia menciptakan keamanan dan memberikan nikmat dengannya kepada hamba-Nya yang dikehendaki-Nya.
Al-Muhaimin (Yang Maha Memelihara), Yang Maha Menyaksikan apa saja dari makhluk-Nya, tiada suatu pun yang gaib dari-Nya.
Al-‘Aziz (Yang Maha Perkasa): Yang milik-Nya semua keperkasaan. Dia-lah yang maha perkasa yang tidak ada tandingannya. Yang Maha Perkasa yang tidak bisa dikalahkan, Yang Maha Kuat lagi keras, yang semua makhluk tunduk kepada-Nya.
Al-Jabbar (Yang Maha Kuasa memaksakan semua kehendak-Nya kepada semua makhluk-Nya): Yang Maha Tinggi di atas makhluk-Nya, yang berkuasa terhadap mereka menurut yang Dia kehendaki, yang memiliki alam jagat raya dan kebesaran yang memaksa hamba-Nya dan memperbaiki kondisi mereka.
Al-Mutakabbir (Yang Mempunyai segala kebesaran dan keagungan): yang mempunyai kebesaran dari sifat, maka tidak ada sesuatu yang seumpama-Nya, yang mempunyai keagungan dari setiap yang buruk dan zalim.
Al-Kabir (Yang Maha Besar): Yang segala sesuatu adalah kecil di bawah-Nya. Milik-Nya kebesaran di langit dan bumi.
Al-Khaliq (Yang Maha Pencipta): Yang menciptakan makhluk tanpa ada contoh sebelumnya.
Al-Khallaaq : Yang telah menciptakan dan terus menciptakan segala sesuatu dengan kekuasaan-Nya.
Al-Baari` (Yang Mengadakan): Yang mengadakan makhluk, maka Dia mengadakan mereka dengan kekuasaan, dan membedakan sebagian makhluk-Nya dari yang lain serta menjadikan mereka bebas.
Al-Mushawwir (Yang Membentuk rupa): Yang memunculkan makhluk-Nya berdasarkan rupa yang berbeda-beda, berupa panjang dan pendek, besar dan kecil.
Al-Wahhab (Yang Maha Pemberi): Yang bermurah hati dengan pemberian dan nikmat secara terus menerus.
Ar-Razzaq (Yang Maha Pemberi Rizqi): yang rizqi-Nya meluasi semua makhluk.
Ar-Raziiq (Yang Memberi Rizqi): Yang menciptakan segala rizqi dan menyampaikannya kepada makhluk-Nya.
Al-Ghafur al-Ghaffar (Yang Maha pengampun): yang dikenal dengan pengampunan dan maaf.
Al-Ghaafir : Yang menutupi dosa hamba-Nya.
Al-Qaahir (Yang mempunyai kekuasaan tertinggi): Yang maha tinggi, yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas hamba-hamba-Nya. Yang tunduk bagi-Nya semua jiwa dan menghinakan diri kepada-Nya orang-orang yang kuat.
Al-Qahhar (Yang Maha Mengalahkan): Yang mengalahkan semua makhluk menurut apa yang dikehendaki-Nya. Dia-lah Yang Maha Mengalahkan dan apa yang selain-Nya dikalahkan.
Al-Fattah (Yang Maha Pemberi Keputusan): Yang memutuskan di antara hamba-Nya dengan benar dan adil, dan Dia membuka untuk mereka pintu-pintu rahmat dan rizqi, Yang Maha Penolong bagi hamba-hamba-Nya yang beriman, Yang menyendiri mengetahui kunci-kunci yang gaib.
Al-‘Aliim (Yang Maha Mengetahui): Yang tidak ada sesuatu yang samar atasnya. Yang Maha Mengetahui rahasia dan yang samar, segala yang nampak dan yang tersembunyi, ucapan dan perbuatan, yang gaib dan nyata, Dia Maha Mengetahui yang gaib.
Al-Majiid (Yang Maha Mulia/Yang Maha Terpuji): Yang dipuji dengan perbuatan-Nya. Makhluk-Nya memuji-Nya karena keagungan-Nya. Dia-lah yang dipuji di atas kemuliaan, keagungan, dan kebaikan-Nya.
Ar-Rabb: Yang Maha Memiliki lagi Mengatur (semua makhluk), Rabb segala yang memiliki, Yang memiliki segala makhluk, yang mengatur makhluk-Nya dan mengatur perkara mereka di dunia dan akhirat. Tidak ada ilah (yang berhak disembah) selain-Nya. Dan tidak ada Rabb selain-Nya.
Al-‘Azhim (Yang Maha Agung): Yang memiliki keagungan dan kebesaran dalam kerajaan dan kekuasaan-Nya.
Al-Waasi’ (Yang Maha Luas karunia-Nya): Yang rahmat-Nya meluasi segala sesuatu, rizqi-Nya meluasi semua makhluk, Maha luas keagungan, kerajaan, dan kekuasaan, Maha luas karunia dan kebaikan.
Al-Karim (Yang Maha Pemurah/Mulia): Yang memiliki kemampuan yang besar, Yang mempunyai kebaikan yang banyak secara terus menerus. Maha suci dari kekurangan dan aib.
Al-Akram (Yang Paling Pemurah): Yang meliputi semua dengan pemberian dan karunia-Nya.
Al-Waduud (Yang Maha Pengasih): Yang mencintai bagi orang yang taat dan kembali kepada-Nya. Yang memuji mereka. Yang berbuat baik kepada mereka dan selain mereka.
Al-Muqit (Yang berkuasa memberi rizqi kepada setiap makhluk, Yang menjaga dan melindungi): Yang menjaga segala sesuatu, Yang mengurus segala sesuatu, Yang memberikan rizqi kepada semua makhluk.
As-Syakuur (Yang Maha Mensyukuri): Yang melipat gandakan segala kebaikan dan menghapus segala kesalahan.
Asy-Syaakir (Yang Mensyukuri amal kebaikan hamba-Nya): Yang mensyukuri perbuatan taat yang sedikit, lalu Dia memberikan pahala yang besar, memberikan nikmat yang banyak, ridha terhadap syukur yang sedikit.
Al-Lathiif (Yang Maha Halus, Yang Maha lembut terhadap hamba-Nya): Yang tidak ada sesuatu yang samar atas-Nya, Yang berbuat kebaikan kepada hamba-Nya, Yang bersikap lembut kepada mereka dari tempat yang tidak mereka ketahui, Maha Halus yang tidak ditemukan penglihatan.
Al-Halim (Yang Maha penyantun): Yang tidak segera menyiksa hamba-hamba-Nya karena perbuatan dosa mereka, bahkan Dia memberikan tempo agar mereka bertaubat.
Al-Khabiir (Yang Maha Mengenal, Yang Maha Mengetahui): Yang tidak ada sesuatu yang samar atas-Nya dari urusan makhluk-Nya, dari yang bergerak dan berdiam diri, berbicara dan membisu, dan yang kecil dan besar.
Al-Hafiizh (Yang Maha Pemelihara): Yang memelihara apa yang telah Dia ciptakan. Ilmu-Nya meliputi segala sesuatu.
Al-Haafizh: Yang memelihara amal perbuatan hamba dan menjaga kekasih-kekasih-Nya dari terjatuh di dalam dosa.
Ar-Raqiib (Yang Maha Mengawasi): Yang mengawasi hamba-Nya di dalam semua kondisi mereka. Yang Maha Memelihara, Yang tidak pernah gaib dari apa yang dipeliharanya.
As-Samii’ (Yang Maha Mendengar): Yang mendengar semua suara. Pendengaran-Nya meluasi segala suara. Mendengar sesuatu tidak mengganggu-Nya dari mendengar yang lain, kendati berbeda lisan, bahasa, dan kebutuhan. Tidak ada perbedaan di sisi-Nya yang rahasia dan terang-terangan, yang dekat dan yang jauh.
Al-Bashir (Yang Maha Melihat): Yang melihat segala sesuatu. Yang Maha Mengetahui segala kebutuhan dan perbuatan hamba. Siapa yang berhak mendapat petunjuk dan siapa yang berhak mendapat kesesatan. Tidak ada sesuatu yang terlupakan/hilang dari-Nya. Tidak ada sesuatu yang gaib dari-Nya.
Al-‘Ali, al-A’la, al-Muta’aal (Yang Maha Tinggi, Yang Paling Tinggi) : Yang memiliki ketinggian dan terangkat. Yang segala sesuatu berada di bawah kekuasaan-Nya. Dia Yang Maha Agung, Yang tidak ada yang lebih agung dari-Nya. Yang Maha Tinggi, tidak ada yang lebih tinggi dari-Nya. Yang Maha Besar, tidak ada yang lebih besar dari-Nya.
Al-Hakim (Yang Maha Bijaksana): Yang meletakkan segala sesuatu pada tempatnya dengan hikmah dan keadilan-Nya. Yang Maha Bijaksana dalam perkataan dan perbuatan-Nya.
Al-Hakam al-Hakim: Yang diserahkan hukum kepada-Nya, maka Dia tidak berbuat aniaya dan tidak berbuat zalim kepada seseorang.
Al-Qayyum (Yang Tegak dan terus menerus mengurus makhluk-Nya): Yang berdiri dengan diri-Nya sendiri, maka Dia tidak membutuhkan seseorang. Yang menegakkan/mengurus selain-Nya. Yang tegak mengurus semua makhluk, tidak pernah mengantuk dan tidak pula tidur.
Al-Wahid, al-Ahad (Yang Satu, Yang Tunggal): Yang menyendiri dengan segala kesempurnaan, tidak ada sesuatupun yang menyekutui-Nya padanya.
Al-Hayy (Yang Maha Hidup): Yang Kekal, tidak akan pernah mati dan tidak pula binasa.
Al-Haasib, al-Hasiib (Yang memberi kecukupan dengan kadar yang tepat): Yang memberi kecukupan kepada hamba-Nya yang selalu mereka butuhkan darinya, yang menghisab hamba-Nya.
Asy-Syahid (Yang Maha Menyaksikan): Yang menyaksikan segala sesuatu. Yang ilmu-Nya meliputi segala sesuatu. Yang menyaksikan untuk dan atas hamba-Nya dengan apa yang mereka perbuat.
Al-Qawiyy, al-Matiin (Yang Maha Kuat, Yang Maha Kokoh): Yang Memiliki kekuatan sempurna. Tidak ada yang bisa mengalahkan-Nya. Yang lari tidak bisa lepas dari-Nya. Yang Maha Kuat yang tidak terputus kekuatan-Nya.
Al-Waliyy (Yang Melindungi): Yang memiliki pengaturan.
Al-Maula: Yang mencintai, menolong, membantu hamba-hamba-Nya yang beriman.
Al-Hamid (Yang Maha Terpuji): Yang berhak mendapat pujian. Yang dipuji atas asma` dan sifat-Nya, perbuatan dan ucapan-Nya, kebaikan-Nya, syari’at dan kekuasaan-Nya.
As-Shamad (Yang Maha Sempurna, Yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu): Yang mencapai kesempurnaan dalam kepemimpinan-Nya, keagungan, dan kemurahan-Nya, yang digantungkan kepada-Nya dalam segala kebutuhan.
Al-Qadiir, al-Qaadir, al-Muqtadir (Yang Maha Kuasa, Yang Maha Berkuasa): Yang sempurna kekuasaan. Tidak ada sesuatu yang melemahkan-Nya. Tidak ada sesuatu yang luput darinya. Yang memiliki kekuasaan yang sempurna, kekal dan mencakup/meliputi.
Al-Wakiil (Pemelihara, Pelindung): Yang melaksanakan semua urusan hamba.
Al-Kafiil: Yang memelihara segala sesuatu, Yang tegak di atas semua jiwa, Yang menjamin rizqi semua hamba, dan memelihara kemashlahatan mereka.
Al-Ghaniyy (Yang Maha Kaya): Yang Maha Kaya dari makhluk, Dia tidak membutuhkan pada seseorang secara absolut.
Al-Haqq, al-Mubiin (Yang Benar): Yang tidak ada keraguan akan keberadaan-Nya, Yang tidak samar atas makhluk-Nya.
Al-Mubiin (Yang menjelaskan segala sesuatu menurut hakikat sebenarnya): Yang menjelaskan kepada makhluk-Nya jalan-jalan keselamatan di dunia dan akhirat.
An-Nuur (Pemberi Cahaya):Yang menerangi langit dan bumi. Menerangi hati orang-orang yang beriman dengan mengenal dan beriman kepada-Nya.
Dzul Jalaali wal Ikraam (Yang memiliki kebesaran dan karunia): Yang berhak ditakuti dan dipuji atasnya sendirian-Nya. Yang memiliki keagungan dan kebesaran. Yang memiliki rahmat dan kebaikan.
Al-Barr (Yang Melimpahkan kebaikan): Yang Maha Penyayang terhadap hamba-Nya, Yang Mengasihi mereka, Yang Melimpahkan kebaikan kepada mereka.
At-Tawwab (Yang Maha Penerima taubat): Yang menerima taubat orang-orang yang bertaubat, mengampuni dosa orang-orang yang kembali, menciptakan taubat dan menerimanya dari hamba-hamba-Nya.
Al-‘Afuww (Yang Maha Pemaaf): Yang maaf-Nya meluasi semua dosa yang berasal dari hamba-hamba-Nya, terutama bila disertai taubat dan istighfar.
Ar-Rau`uf: Yang memiliki belas kasih. Ar-Ra`fah: kasih sayang yang tertinggi.
Al-Awwaal: Yang telah ada sebelum segala sesuatu.
Al-Akhir: Yang tidak ada sesuatu sesudah-Nya.
Azh-Zhahir: Yang tidak ada sesuatupun di atas-Nya.
Al-Bathin: Yang tidak ada sesuatupun di bawah-Nya.
Al-Warits: Yang tetap ada setelah punahnya semua makhluk-Nya. Kepada-Nya kembali segala sesuatu, Yang hidup tidak pernah mati.
Al-Muhith (Yang meliputi terhadap segala sesuatu): Yang kekuasaan-Nya mencakup semua makhluk-Nya, mereka tidak pernah mampu melepaskan diri atau lari dari-Nya. Ilmu-Nya meliputi segala sesuatu. Menghitung segala sesuatu.
Al-Qariib (Yang Maha Dekat): dari setiap orang. Yang dekat dari yang berdoa dan yang mendekatkan diri kepada-Nya dengan berbagai macam perbuatan taat dan kebaikan.
Al-Haadi (Yang Maha Pemberi petunjuk): Yang memberi petunjuk kepada semua makhluk menuju kebaikan mereka. Yang memberi hidayah kepada hamba-hamba-Nya. Yang menjelaskan kepada mereka jalan yang haq dari yang batil.
Al-Badii’ (Yang Maha Pencipta): Yang tidak ada yang serupa dan sebanding bagi-Nya. Yang menciptakan semua makhluk tanpa contoh sebelumnya.
Al-Faathir: Yang menciptakan semua makhluk. Menciptakan langit dan bumi yang sebelumnya tidak ada.
Al-Kaafi (Yang Melindungi hamba-hamba-Nya): Yang memberi kecukupan kepada semua hamba-Nya apa yang mereka perlukan dan butuhkan.
Al-Ghalib: Yang mengalahkan selamanya. Yang mengalahkan semua yang meminta. Tidak ada seseorang yang bisa menolak keputusan-Nya, atau menghalangi apa yang telah berlalu. Tidak ada yang menolak qadha-Nya. Tidak ada yang mengkritik hukum-Nya.
An-Naashir, an-Nashir: Yang menolong para rasul dan para pengikut mereka atas musuh-musuh mereka. Di Tangan-Nya pertolongan, tidak ada sekutu bagi-Nya.
Al-Musta’aan (Yang diminta pertolongan): Yang tidak meminta pertolongan, bahkan dimohon pertolongan dari-Nya. Kekasih-kekasih dan musuh-musuh-Nya meminta pertolongan kepada-Nya. Dia SWT memberi pertolongan kepada mereka dan mereka?.
Dzul Ma’arij: Yang naik kepada-Nya para malaikat dan ar-Ruh (Jibril a.s), dan naik kepada-Nya segala amal perbuatan dan ucapan yang Shaleh dan baik.
Dzuth-Thaul: Yang menguraikan karunia, nikmat, dan pemberian kepada hamba-Nya.
Dzul Fadhl: Yang memiliki segala sesuatu, memberi karunia kepada hamba-hamba-Nya dengan berbagai macam ni’mat.
Ar-Rafiiq (Yang Maha Lembut, Maha Halus): Yang menyukai kelembutan dan pelakunya. Maha belas kasih kepada hamba-hamba-Nya lagi Maha Penyayang kepada mereka.
Al-Jamiil (Yang Maha Indah): pada dzat, asma`, sifat, dan perbuatan-Nya.
Ath-Thayyib: Yang Maha Suci dari kekurangan dan cacat.
Asy-Syafi (Yang Menyembuhkan): bagi setiap penyakit sendirian-Nya ?, tidak ada sekutu bagi-Nya.
As-Subbuh: Yang Maha Suci dari cacat dan kekurangan, Yang bertasbih bagi-Nya tujuh lapis langit dan bumi serta yang ada di atasnya, bertasbih dengan pujian-Nya segala sesuatu.
Al-Witr (Yang Maha Esa, Tunggal, Ganjil): Yang tidak ada sekutu baginya, tidak ada yang serupa dan sebanding. Ganjil yang menyukai ganjil dari amal dan taat.
Ad-Dayyan (Yang Maha Kuasa): Yang menghisab hamba dan membalas mereka, dan memutuskan di antara mereka pada hari pembalasan.
Al-Muqaddim, al-Mu`akhkhir (Yang Mendahulukan, Yang Mengakhirkan): mendahulukan dan mengakhirkan siapa dikehendakinya, mengangkat dan merendahkan siapa dikehendaki-Nya.
Al-Hannan: Yang Maha Penyayang terhadap hamba-Nya, memuliakan orang-orang yang berbuat baik dan mengampuni yang bersalah.
Al-Mannan (Yang Maha Pemberi, Yang Maha Pemurah): Yang memulai pemberian sebelum diminta, banyak memberi, memberi nikmat kepada hamba-hamba-Nya dengan berbagai macam kebaikan, nikmat, rizqi dan pemberian.
Al-Qaabidh (Yang Menyempitkan rizqi): Yang menyempitkan kebaktian dan ma’rufnya dari siapa yang dikehendaki-Nya.
Al-Baasith (Yang Melapangkan rizqi): Yang menyebarkan karunia-Nya dan meluaskan riqzi-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya.
Al-Hayii, as-Sittiir: Yang menyukai orang yang pemalu dan menutupi (aib, cela) dari hamba-hamba-Nya. Menutupi atas hamba-Nya kebanyakan dari dosa dan cela.
As-Sayyid: Yang sempurna dalam kepemimpinan, keagungan, kekuatan, dan semua sifat-Nya.
Al-Muhsin: Yang meliputi semua makhluk dengan kebaikan dan karunia-Nya.
← 1. Beriman Kepada Allah SWT
JANJI ALLAH SWT UNTUK ORANG-ORANG YANG BERIMAN →
BERTAMBAHNYA IMAN
Posted on 17/06/2014 by Sofyan Efendi
Dasar agama adalah beriman kepada Allah SWT, yakin atas-Nya, dan yakin terhadap asma`, sifat, segala perbuatan, dan khazanah-Nya, janji dan ancaman-Nya. Semua amal dan segala macam ibadah dasarnya dan diterimanya dibangun di atas pondasi yang agung ini. Apabila iman ini lemah dan berkurang niscaya lemahlah amal perbuatan dan segala macam ibadah, lalu buruklah keadaan.
Agar iman datang di dalam kehidupan kita dan terus bertambah, harus diketahui beberapa perkara:
1, Kita mengetahui dan meyakini bahwa Sang Pencipta segala sesuatu adalah Allah SWT, nampak atau tersembunyi, kecil atau besar. Maka, yang menciptakan langit adalah Allah SWT. Yang menciptakan bumi adalah Allah SWT. Yang menciptakan arsy adalah Allah SWT. Yang menciptakan bintang-bintang dan planet-planet adalah Allah SWT. Yang menciptakan laut dan gunung-gunung adalah Allah SWT. Yang menciptakan manusia, hewan, tumbuhan, dan benda-benda mati adalah Allah SWT. Dan yang menciptakan surga dan neraka adalah Allah SWT:
Allah SWT menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu. (QS. Az-Zumar :62)
Kita membicarakan hal tersebut, mendengarkannya, memikirkannya. Kita melihat pada ayat-ayat kauniyah dan ayat-ayat al-Qur`an dengan pandangan mengambil pelajaran dan berpikir, sehingga iman tertanam di dalam hati kita, dan Allah SWT telah memerintahkan kita dengan hal tersebut.
-Firman Allah SWT:
Katakanlah:”Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfa’at tanda kekuasaan Allah SWT dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman”. (QS. Yunus:101)
-Firman Allah SWT:
Dan apabila diturunkan suatu surat, maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata :”Siapa di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) surat ini?”. Adapun orang yang beriman, maka surat ini menambah imannya, sedang mereka merasa gembira. (QS. At-Taubah:124)
2. Kita mengetahui dan meyakini bahwa Allah SWT menciptakan semua makhluk dan menciptakan pengaruhnya. Dia menciptakan mata dan menciptakan pengaruhnya, yaitu melihat. Menciptakan telinga dan menciptakan pengaruhnya, yaitu mendengar. Menciptakan lisan dan menciptakan pengaruhnya, yaitu berbicara. Menciptakan matahari dan menciptakan tandanya yaitu nur (cahaya, energi panas). Menciptakan api dan menciptakan tandanya, yaitu membakar. Dia SWT menciptakan pohon dan menciptakan tandanya, yaitu buah dan seterusnya.
3, Kita mengetahui dan meyakini bahwa yang memiliki semua makhluk, mendayagunakan padanya, dan mengaturnya adalah Allah SWT saja, tidak ada sekutu bagi-Nya. Maka, semua yang ada di langit dan di bumi dari segala makhluk, besar dan kecilnya, semuanya hamba dan faqir kepada Allah SWT. Tidak memiliki untuk diri mereka manfaat, tidak pula bahaya dan tidak pula pertolongan, tidak memiliki kematian, kehidupan, dan tidak memiliki kebangkitan. Allah SWT Yang memiliki mereka. Mereka membutuhkan-Nya, dan Dia Maha Kaya dari mereka. Allah SWT yang mengubah alam dan mengatur semua urusan makhluk-Nya. Maka, yang mengatur langit dan bumi, air dan laut, api dan angin, jiwa dan tumbuhan, planet dan benda-benda mati, para pemimpin dan menteri-menteri, orang-orang kaya dan orang-orang fakir, orang-orang kuat dan lemah, dan selain mereka adalah Allah SWT saja, tiada sekutu bagi-Nya.
Allah SWT mengatur dengan qudrat-Nya (kemampuan/kekuasaan-Nya), hikmah-Nya, dan ilmu-Nya sebagaimana yang Dia kehendaki. Terkadang Dia menciptakan sesuatu dan mengambil pengaruhnya dengan kekuasaan-Nya. Terkadang Dia menciptakan mata dan tidak bisa melihat, menciptakan telinga tetapi tidak bisa mendengar, menciptakan lisan tetapi tidak bisa berbicara, menciptakan laut tetapi tidak menenggelamkan, menciptakan api tetapi tidak bisa membakar. Terkadang Allah SWT melakukan hal tersebut; karena Dia SWT yang mengatur perubahan makhluk bagaimana Dia menghendaki. Tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan. Dia Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Sebagian hati terpengaruh dengan sesuatu (hasil ciptaan) melebihi pengaruh dari Sang Pencipta sesuatu. Bergantung kepada sesuatu dan lupa Sang Pencipta sesuatu Yang Maha Suci. Yang wajib adalah dengan ilmu dan pengamatan terhadap makhluk ini agar kita mencapai kepada Penciptanya yang telah menciptakan dan membentuk rupanya. Kita hanya menyembah-Nya, tidak ada sekutu bagi-Nya. Firman Allah SWT:
Katakanlah:”Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan yang mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan” Maka mereka menjawab:”Allah SWT”. Maka katakanlah:”Mengapa kamu tidak bertaqwa (kepada-Nya)?” Maka (Zat yang demikian) itulah Allah SWT. Rabb kamu yang sebenarnya; maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan. Maka bagaimanakah kamu dipalingkan (dari kebenaran) (QS. Yunus:31-32)
4, Kita mengetahui dan meyakini bahwa khazanah segala sesuatu hanya ada di sisi Allah SWT saja, tidak ada di sisi yang selain-Nya. Segala sesuatu yang ada, maka khazanahnya ada di sisi Allah SWT. Khazanah makanan dan minuman, biji-bijian dan buah-buahan, air dan angin, harta dan lautan, gunung dan yang lainnya, semuanya ada di sisi Allah SWT. Semua yang kita butuhkan, kita memohon dan memintanya kepada Allah SWT, serta memperbanyak ibadah dan taat. Dia SWT yang menunaikan hajat, mengabulkan segala doa. Dia SWT sebaik-baik yang diminta dan sebaik-baik yang memberi. Tidak ada yang bisa menghalangi bagi apa yang Dia berikan dan tidak ada yang bisa memberi bagi apa yang Dia halangi.
1- Firman Allah SWT:
Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran tertentu. (QS. Al-Hijr:21)
2- Dan firman Allah SWT:
ٰ
Padahal kepunyaan Allah SWT-lah perbendaharaan langit dan bumi, tetapi orang-orang munafik itu tidak memahami. (QS. Al-Munafiqunn:7)
Kekuasaan Allah SWT:
Allah SWT mempunyai kekuasaan yang mutlak (absolut, tanpa batas), terkadang Dia memberi dan melimpahkan rizqi dengan berbagai sebab seperti Dia menjadikan air menjadi sebab adanya tumbuhan, dan seperti menjadikan jima’ dengan istri menjadi sebab adanya kelahiran. Kita berada di alam sebab, maka kita mengambil sebab-sebab yang disyari’atkan dan tidak bertawakkal kecuali hanya kepada Allah SWT.
Terkadang Dia memberi dan melimpahkan rizqi tanpa adanya sebab. Dia berfirman ‘Jadilah’ maka terjadilah, sebagaimana Dia memberi rizqi makanan kepada Maryam tanpa ada pohon dan memberi anak kepadanya tanpa suami.
Terkadang Dia SWT menggunakan kekuasaan-Nya menjadikan kebalikan sebab, sebagaimana Dia menjadikan api menjadi dingin dan menjadi keselamatan atas Ibrahim a.s, dan sebagaimana Dia menyelamatkan Musa a.s dan menenggelamkan Fir’aun dan pengikutnya di laut Merah, dan sebagaimana Dia SWT menyelamatkan Yunus a.s di dalam kegelapan perut ikan (paus) dan kegelapan laut.
Firman Allah SWT:
Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya:”Jadilah!” maka terjadilah ia. (QS. 36:82)
Ini yang berkaitan bagi segala makhluk, adapun yang berkaitan dengan kondisi:
1, Kita mengetahui dan meyakini bahwa pencipta segala keadaan hanya Allah SWT saja dari kaya dan miskin, sehat dan sakit, bahagia dan duka cita, tertawa dan menangis, mulia dan hina, hidup dan mati, aman dan takut, dingin dan panas, petunjuk dan sesat, bahagia dan celaka … maka ini dan keadaan-keadaan lainnya adalah diciptakan oleh Allah SWT.
2, Kita mengetahui dan meyakini bahwasanya yang mengatur perkara dan memalingkan semua kondisi ini adalah Allah SWT saja. Tidak berganti fakir menjadi kaya kecuali dengan perintah Allah SWT. Sakit tidak bisa berganti sehat kecuali dengan perintah Allah SWT. Kehinaan tidak bisa berganti kemuliaan kecuali dengan perintah Allah SWT. Tertawa tidak bisa berganti menjadi menangis kecuali dengan perintah Allah SWT. Yang masih hidup tidak bisa meninggal dunia kecuali dengan izin Allah SWT. Dingin tidak bisa berganti menjadi panas kecuali dengan adanya perintah Allah SWT. Sesat tidak berganti menjadi petunjuk kecuali dengan perintah Allah SWT, dan begitulah.
Semua keadaan datang dengan perintah Allah SWT, bertambah dengan perintah-Nya, berkurang dengan perintah-Nya, tetap dengan perintah-Nya, berubah dengan perintah-Nya. Kita harus memohon perubahan kondisi dari yang memiliki (menciptakan)nya dengan cara hanya mendekatkan diri kepada-Nya saja dengan apa yang Dia syari’atkan.
Katakanlah: “Wahai Rabb Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di Tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. 3:26)
3, Kita mengetahui dan meyakini bahwa semua khazanah (perbendaharaan) semua keadaan yang telah lalu dan yang lainnya hanya ada di sisi Allah SWT, tidak ada sekutu bagi-Nya. Jika Allah SWT memberi kesehatan atau kekayaan atau yang lainnya kepada semua manusia niscaya tidak mengurangi apa yang ada dalam khazanah-Nya SWT kecuali seperti menguranginya jarum jahit bila dimasukkan ke dalam laut. Tidak ada Ilah kecuali Dia Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji.
Dari Abu Dzar r.a, dari Nabi SAW yang beliau riwayatkan dari Allah SWT, Dia SWT berfirman (dalam hadits qudsi): “Hai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya Aku mengharamkan sifat aniaya atas diri-Ku dan Aku jadikan hal itu diharamkan di antaramu, maka janganlah saling berbuat aniaya. Hai hamba-Ku, kamu semua tersesat kecuali orang yang Ku-beri petunjuk, mintalah petunjuk kepada-Ku, niscaya Aku memberi petunjuk kepadamu.
Hai hamba-Ku, kamu semua kelaparan kecuali orang yang Ku-beri makan, mintalah makan kepada-Ku, niscaya aku memberi makan kepadamu.
Hai hamba-Ku, kamu semua bertelanjang kecuali orang yang Ku-beri pakaian, mintalah pakaian kepada-Ku, niscaya Aku memberi pakaian kepadamu.
Hai hamba-Ku, sesungguhnya kamu semua melakukan kesalahan malam dan siang hari, dan Aku mengampuni semua dosa, mintalah ampunan kepada-Ku, niscaya Aku mengampunimu.
Hai hamba-Ku, sesungguhnya kamu tidak bisa mencelakakan Aku lalu mencelakakan Aku, dan tidak akan pernah bisa memberi manfaat kepada-Ku lalu memberi manfaat kepada-Ku.
Hai hamba-Ku, jikalau generasi pertama dan terakhir kamu, bangsa jin dan manusia, mereka semua seperti orang yang paling taqwa dari kamu, niscaya hal itu tidak bisa menambah sedikitpun dalam kerajaan-Ku.
Hai hamba-Ku, jikalau generasi pertama dan terakhir kamu, bangsa jin dan manusia, mereka semua seperti orang yang paling fasik dari kamu, niscaya hal itu tidak bisa mengurangi sedikitpun dari kerajaan-Ku.
Hai hamba-Ku, jikalau generasi pertama dan terakhir kamu, bangsa jin dan manusia kamu, mereka berdiri di satu tempat, mereka memohon kepada-Ku, lalu Aku memberi kepada setiap manusia sesuai permintaan-Nya, niscaya hal itu tidak mengurangi sedikitpun dari apa yang ada di sisi-Ku kecuali sebagaimana sebatang jarum bila dimasukkan ke laut.
Hai hamba-Ku, ia hanyalah amal perbuatanmu yang Ku-hitung, kemudian Ku-sempurnakan kepadamu. Barangsiapa menemukan kebaikan, maka hendaklah ia memuji Allah SWT, dan barangsiapa yang mendapatkan selain hal itu, maka janganlah ia mencela selain kepada dirinya sendiri. HR.Muslim. (HR. Muslim no. 2577)
Yang beriman kepada Allah SWT, dan menjunjung segala perintah Allah SWT menurut petunjuk Rasulullah SAW, maka Allah SWT ridha kepadanya, memberikan kepadanya dari khazanah-Nya kaya atau fakir, memperkuat dan menolongnya, memasukkannya ke dalam surga, menjaganya, dan memuliakannya dengan iman, sama saja ia memiliki sebab-sebab kemuliaan seperti Abu Bakar r.a, Umar r.a, dan Utsman r.a, atau tidak memiliki sebab-sebab kemuliaan seperti Bilal r.a, ‘Ammar r.a, dan Salman r.a, serta selain mereka.
Dan siapa yang tidak beriman kepada Allah SWT, jika dia mempunyai sebab-sebab kemuliaan dari kerajaan dan harta niscaya Allah SWT menistakannya dengannya (harta dan kerajaan), seperti Allah SWT menistakan Fir’aun, Qarun, Haman dan selain mereka.
Dan jika dia mempunyai sebab-sebab kenistaan niscaya Allah SWT menistakannya dengannya seperti kaum musyrik yang fakir.
Allah SWT menciptakan manusia untuk beriman dan beramal shaleh, hanya menyembah Rabb-nya saja, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan Dia tidak menciptakan untuk memperbanyak harta, segala sesuatu dan syahwat. Barangsiapa yang menyibukkan dirinya dengan semua ini hingga meninggalkan ibadah kepada Rabb-nya niscaya Allah SWT menguasakannya atasnya dan menjadikannya penyebab celaka dan binasa serta meruginya di dunia dan akhirat.
Firman Allah SWT:
Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah SWT menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir. (QS. 9:55)
Sebab-sebab keberuntungan dan kesuksesan:
Allah SWT telah memberikan kepada setiap manusia sebab-sebab keberuntungan dan kesuksesan, tidak ada bedanya apakah dia seorang yang kaya atau miskin, dan (Dia SWT juga memberikan) sebab-sebab yang tidak mengandung keberuntungan dan kesuksesan seperti harta dan pangkat, Allah SWT memberikan darinya kepada sebagian manusia dan tidak memberikan kepada yang lain. Iman dan amal shaleh adalah penyebab satu-satunya untuk mencapai keberuntungan dan kesuksesan di dunia dan akhirat. Ia merupakan hak yang dianugerahkan kepada setiap orang. Demikian pula tempat iman, ia adalah hati yang dimiliki setiap orang, dan tempat amal-amal shaleh, ia adalah anggota-anggota tubuh yang dimiliki setiap orang. Maka, barang siapa yang di hatinya ada iman dan muncul dari anggota-anggota tubuhnya amal-amal shaleh niscaya ia beruntung di dunia dan akhirat, dan yang selainnya termasuk orang-orang yang rugi.
1, Keberuntungan di dunia dan akhirat hanya bisa diperoleh dengan iman dan amal shaleh. Nilai manusia di sisi Allah SWT hanya sekadar iman yang ada padanya dan amal-amal shaleh yang dilaksanakannya, bukan dengan apa-apa yang dimilikinya yaitu harta, benda, dan pangkat.
Satu kaum meyakini bahwa keberuntungan dan kesuksesan ada pada kerajaan dan negara seperti Namrud dan Fir’aun. Kaum yang lain meyakini bahwa hal itu ada pada kekuatan seperti kaum ‘Aad. Dan kaum yang lain meyakini bahwa keberuntungan ada di perdagangan seperti kaum Syu’aib. Kaum yang lain meyakini bahwa kesuksesan ada di pertanian seperti kaum Saba`. Yang lain meyakini bahwa kesuksesan ada pada perindustrian seperti kaum Tsamud. Dan yang lain meyakini bahwa kebahagiaan ada pada harta seperti Qarun.
Allah SWT telah mengutus para nabi dan rasul –‘alaihimush shalatuh was salaam– kepada kaum-kaum tersebut, mengajak mereka kepada menyembah Allah SWT saja, tidak ada sekutu bagi-Nya, menjelaskan bagi mereka bahwa keberuntungan dan kesuksesan tidak terdapat dalam segala perkara ini, kecuali dengan beriman dan beramal shaleh.
1, Firman Allah SWT:
Dan barangsiapa yang taat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya dan takut kepada Allah SWT dan bertaqwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan. (QS. An-Nuur:52)
2, Firman Allah SWT:
(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka, Dan mereka yang beriman kepada Kitab (al-Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Rabb-nya, dan merekalah orang-orang yang beruntung. (QS. Al-Baqarah: 3-5)
2, Tatkala kaum-kaum tersebut mendustakan para rasul dan tetap di atas kekufuran, serta terperdaya dengan apa-apa yang mereka miliki, Allah SWT menghancurkan mereka dan menyelamatkan para Nabi SAW dan rasul-Nya serta para pengikut mereka, dan menolong mereka atas musuh-musuh mereka.
1- Firman Allah SWT:
Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka diantara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan diantara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan diantara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan diantara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah SWT sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. (QS. Al-‘Ankabuut:40)
2, Firman Allah SWT:
Maka tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Shaleh beserta orang-orang yang beriman bersama dia dengan rahmat dari Kami dan dari kehinaan di hari itu. Sesungguhnya Rabbmu Dia-lah Yang Maha Kuat lagi Maha Perkasa. Dan satu suara keras yang mengguntur menimpa orang-orang yang zalim itu, lalu mereka mati bergelimpangan di tempat tinggal mereka, (QS. Hud: 66-67)
Tingkatan orang-orang beriman:
1, Iman makhluk ada beberapa tingkatan:
1, Iman para malaikat bersifat tetap, tidak bertambah dan tidak berkurang. Mereka tidak pernah durhaka kepada Allah SWT terhadap apa yang Dia SWT perintahkan kepada mereka dan selalu melakukan apa yang diperintahkan, dan mereka ada beberapa tingkatan.
2, Iman para Nabi SAW dan rasul –‘alaihimush shalatuh was salaam– selalu bertambah dan tidak berkurang karena sempurnanya ma’rifah mereka kepada Allah SWT, dan mereka terdiri dari beberapa tingkatan.
3, Iman seluruh kaum muslimin, bertambah dengan taat dan berkurang dengan maksiat, dan mereka terdiri dari beberapa tingkatan dalam iman. Dan iman ada beberapa tingkatan:
Permulaan tingkatan iman adalah menjadikan seorang muslim menunaikan ibadah kepada Allah SWT, menikmati dan menjaganya. Dan untuk membina hubungan baik terhadap orang yang lebih tinggi derajatnya atau yang sederajat dengannya, ia membutuhkan keimanan yang lebih kuat yang menghalanginya dari berbuat zalim kepada dirinya sendiri dan orang lain. Dan untuk membina hubungan baik terhadap orang yang di bawahnya seperti pemimpin kepada rakyatnya dan laki-laki kepada keluarganya, dia membutuhkan iman yang lebih kuat yang menghalangi berbuat zalim kepada orang yang dibawahnya. Setiap kali iman bertambah niscaya keyakinan bertambah dan bertambah pula amal shaleh. Jadilah seorang hamba menunaikan hak Allah SWT dan hak hamba-hamba-Nya. Dia berakhlak baik bersama Yang Maha Pencipta (Allah SWT) dan bersama yang diciptakan (semua makhluk). Ini adalah kedudukan tertinggi di dunia dan akhirat.
2, Setiap hamba terus berjalan, tidak berhenti. Bisa ke atas, bisa pula ke bawah, bisa ke depan dan bisa pula ke belakang. Dalam tabiat dan syari’at tidak ada yang berhenti sama sekali. Maka bagi setiap hamba, ini merupakan tahapan yang dilintasi dengan cepat menuju ke surga atau neraka. Ada yang cepat dan ada yang lambat. Ada yang berada di depan dan ada yang di belakang. Dan sama sekali tidak ada yang berhenti di tengah jalan. Tetapi mereka berbeda pada arah jalanan, dan pada kecepatan dan lambat. Barang siapa yang tidak bergerak maju ke surga dengan iman dan amal shaleh, maka dia pasti bergerak mundur ke belakang ke neraka dengan kufur dan amal-amal jahat. Firman Allah SWT:
sebagai ancaman bagi manusia. (yaitu) bagi siapa di antaramu yang berkehendak akan maju atau mundur. (QS. 74:36-37)
3, Orang-orang beriman saling berbeda padanya dengan perbedaan besar. Iman para nabi dan rasul bukan seperti iman selain mereka. Iman para sahabat bukan seperti iman selain mereka. Iman orang-orang beriman yang shaleh tidak seperti iman orang-orang fasik. Perbedaan ini menurut apa yang ada di dalam hati yaitu pengetahuan terhadap Allah SWT, asma`, sifat, perbuatan-Nya, dan apa yang Dia syari’atkan kepada hamba-hamba-Nya, takut dan taqwa kepada Allah SWT. Dan perbedaan nuur (cahaya) laa ilaaha illAllah SWT (tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Allah SWT) di hati para pemiliknya, tidak ada yang bisa menghitungnya selain Allah SWT.
4, Makhluk yang paling mengenal Allah SWT adalah yang paling cinta kepada-Nya. Karena inilah para rasul adalah yang paling besar cintanya kepada Allah SWT dan paling mengagungkan-Nya. Mencintai Allah SWT, zat, ihsan, keindahan, dan kebesaran-Nya adalah dasar ibadah. Setiap kali cinta bertambah kuat, niscaya taat lebih sempurna, pengagungan kepada-Nya lebih besar dan kesenangan dan dekat kepada Allah SWT lebih sempurna.
JANJI ALLAH SWT UNTUK ORANG-ORANG YANG BERIMAN
Allah SWT memberi janji kepada orang-orang beriman dengan janji-janji yang sangat banyak di dunia dan akhirat.
A. Janji-janji kepada orang-orang beriman di dunia, di antaranya:
1, Keberuntungan, seperti firman Allah SWT:
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (QS. Al-Mukminun:1)
2, Petunjuk, seperti firman Allah SWT:
dan sesungguhnya Allah SWT adalah Pemberi Petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus. (QS. Al-Hajj:54)
3, Pertolongan, seperti firman Allah SWT:
Dan kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman. (QS. Ar-Ruum:47)
4, Kemuliaan/kekuatan, seperti firman Allah SWT:
Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah SWT, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mu’min, (QS. Al-Munafiqun: 8)
5, Khilafah dan keteguhan di muka bumi, seperti firman Allah SWT:
Dan Allah SWT telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan merubah (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. (QS. An-Nuur: 55)
6, Membela mereka, sebagaimana firman Allah SWT:
Sesungguhnya Allah SWT membela orang-orang yang telah beriman. (QS. Al-Hajj:38)
7, Rasa aman, sebagaimana firman Allah SWT:
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. Al-An’aam:82)
8, Keselamatan, sebagaimana firman Allah SWT:
Kemudian Kami selamatkan rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman, demikianlah menjadi kewajiban atas Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman. (QS. Yunus:103)
9, Kehidupan yang baik, sebagaimana firman Allah SWT:
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS. An-Nahl:97)
10, Orang-orang kafir tidak bisa menguasai mereka, sebagaimana firman Allah SWT:
dan Allah SWT sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman. (QS. An-Nisaa`:141)
11, Mendapat berkah, sebagaimana firman Allah SWT:
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS. Al-A’raaf:96)
12, Kebersamaan Allah SWT yang khusus, sebagaimana firman Allah SWT:
dan sesungguhnya Allah SWT beserta orang-orang yang beriman. (QS. Al-Anfaal:19)
B. Adapun yang dijanjikan di akhirat, di antaranya adalah:
1, Masuknya orang-orang beriman ke dalam surga, kekal di dalamnya, dan keridhaan dari Allah SWT, sebagaimana firman Allah SWT:
Allah SWT menjanjikan kepada orang-orang yang mu’min lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga ‘Adn. Dan keridhaan Allah SWT adalah lebih besar; Itu adalah keberuntungan yang besar. (QS. At-Taubah:72)
2, Melihat Allah SWT, sebagaimana firman Allah SWT:
Wajah-wajah (orang-orang mu’min) pada hari itu berseri-seri. Kepada Rabbnyalah mereka melihat. (QS. Al-Qiyamah :22-23)
Sifat-sifat yang dijanjikan di dunia tidak ada dalam kehidupan kaum muslimin pada saat ini. Ini menunjukkan lemahnya iman mereka. Tidak ada jalan untuk mendapatkannya atau melihatnya kecuali dengan memperkuat iman yang ada saat ini dengan iman yang dituntut, agar kita bisa mendapatkan janji-janji Allah SWT yang disebutkan di dunia terhadap iman, yaitu agar iman dan amal perbuatan kita seperti iman para nabi dan sahabat serta amal perbuatan mereka.
1, Firman Allah SWT:
Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Allah SWT akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Baqarah:137)
2, Firman Allah SWT:
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah SWT turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah SWT turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah SWT, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. (QS. An-Nisaa`:136)
3, Firman Allah SWT:
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaithan. Sesungguhnya syaithan itu musuh yang nyata bagimu. (QS. Al-Baqarah:208)
Menjunjung perintah-perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-larangan-Nya dibangun atas iman kepada Allah SWT dan senantiasa menggambarkan keagungan al-Khaliq (Yang Maha Pencipta) dan Raja Diraja di dalam hati. Hal itu dengan cara memperbanyak berzikir kepada-Nya SWT. Dan untuk menetapkan gambaran ini dan tertanamnya di dalam hati, Allah SWT mensyari’atkan kepada hamba-hamba-Nya dalam hal mengingatkan yang selalu diulang-ulang, amal yang silih berganti, yaitu ibadah. Apabila iman bertambah dan menjadi kuat, niscaya amal ibadah bertambah dan bertambah kuat. Kemudian segala kondisi menjadi baik dengan beruntung mendapatkan kebahagiaan di dua negeri. Dan sebaliknya juga sebaliknya.
1, Firman Allah SWT:
Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah SWT, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang. (QS. Al-Ahzaab:41-42)
2, Firman Allah SWT:
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS. Al-A’raaf:96)
2. BERIMAN KEPADA MALAIKAT
Beriman (percaya) kepada malaikat yaitu membenarkan dengan pasti bahwa Allah SWT mempunyai malaikat-malaikat yang ada. Kita beriman kepada yang disebutkan oleh Allah SWT namanya dari mereka seperti Jibril a.s dan kepada yang tidak kita ketahui namanya dari mereka, maka kita beriman kepada mereka secara umum. Dan kita beriman kepada apa yang kita ketahui dari sifat-sifat dan tugas-tugas mereka.
Malaikat dari sisi martabat/tingkatan: hamba-hamba yang dimuliakan, menyembah Allah SWT. Tidak ada sedikit pun dari mereka yang mempunyai keistimewaan rububiyah dan uluhiyah. Mereka adalah alam gaib (alam tidak nyata, tidak bisa dilihat dengan mata telanjang). Allah SWT menciptakan mereka dari nuur (cahaya).
Malaikat dari sisi pekerjaan: menyembah Allah SWT dan bertasbih kepada-Nya:
Dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tidak mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya. (QS. Al-Anbiyaa`: 19-20).
Malaikat dari sisi ketaatan kepada Allah SWT: Allah SWT memberikan kepada mereka sifat tunduk secara sempurna terhadap perintah-Nya dan kekuatan dalam melaksanakannya. Mereka difitrahkan untuk berbuat taat:
yang tidak mendurhakai Allah SWT terhadap apa ang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. At-Tahriim:6)
Jumlah Malaikat: Jumlah malaikat sangat banyak, tidak ada yang bisa menghitung jumlah mereka selain Allah SWT. Di antara mereka ada para pemikul arasy, penjaga-penjaga surga, penjaga-penjaga neraka, para pemelihara, para penulis, dan selain mereka. Dan 70.000 dari mereka shalat setiap hari di Baitul-Ma’mur. Apabila mereka keluar, niscaya mereka tidak akan pernah kembali kepadanya.
Dalam cerita al-Mi’raaj, sesungguhnya Nabi SAW tatkala mendatangi langit ke tujuh, beliau bersabda:…lalu aku diangkat ke Baitul Ma’mur, aku bertanya kepada Jibril a.s, ia menjawab: ‘Ini adalah Baitul Ma’mur, setiap hari 70.000 orang malaikat shalat di dalamnya, apabila mereka keluar, niscaya mereka tidak akan pernah kembali kepadanya.‘ Muttafaqun ‘alaih. (Muttafaqun ‘alaih. HR. al-Bukhari no.3207 dan lafazh ini baginya, dan Muslim no (162))
Nama-nama dan Tugas-tugas Para Malaikat
Malaikat adalah hamba-hamba Allah SWT yang dimuliakan. Allah SWT menciptakan mereka untuk taat dan beribadah kepada-Nya. Tidak ada yang mengetahui jumlah mereka selain Allah SWT. Di antara mereka ada yang Allah SWT beritahukan kepada kita tentang nama-nama dan tugas-tugas mereka dan di antara mereka ada yang hanya Allah SWT yang mengetahui tentang mereka. Allah SWT telah memberikan tugas kepada mereka, di antara mereka adalah:
1. Jibril a.s: Dia yang diwakilkan (ditugaskan) membawa wahyu kepada para Nabi dan rasul.
2. Mikail a.s: Dia yang diwakilkan (diberi tugas) untuk menurunkan hujan dan tumbuhan.
3. Israfil a.s: Dia yang diwakilkan (diberi tugas) meniup terompet.
Mereka adalah para pembesar malaikat. Mereka diberi tugas dengan sebab-sebab kehidupan. Jibril ditugaskan dengan wahyu yang dengannya hidup semua hati. Mikail ditugaskan dengan hujan yang dengannya terjadi kehidupan bumi setelah matinya. Israfil ditugaskan meniup terompet yang dengannya terjadi kehidupan semua tubuh setelah matinya.
4. Malik, penjaga neraka: Dia ditugaskan sebagai penjaga neraka.
5. Ridhwan penjaga surga: Dia diwakilkan sebagai penjaga surga.
Di antara mereka ada Malakul maut yang ditugaskan mencabut ruh saat meninggal dunia.
Di antara mereka ada para pemikul arsy, penjaga-penjaga surga dan penjaga-penjaga neraka.
Di antara mereka adalah para malaikat yang ditugaskan menjaga anak cucu Adam a.s, menjaga amal perbuatan mereka, dan mencatatnya bagi setiap orang. Di antara mereka ada yang ditugaskan dengan seorang hamba secara terus menerus. Di antara mereka ada malaikat yang silih berganti siang dan malam. di antara mereka ada malaikat yang mengikuti majelis-majelis zikir. Di antara mereka ada malaikat yang ditugaskan dengan janin di dalam kandungan, mereka menulis rizqinya, amalnya, ajalnya, dan celaka atau keberuntungannya dengan perintah Allah SWT.
Di antara mereka ada malaikat yang ditugaskan dengan memberikan pertanyaan kepada mayit di dalam kuburnya tentang Rabb-nya, agamanya, dan Nabinya. Dan selain mereka sangat banyak sekali yang tidak diketahui jumlahnya oleh selain Allah SWT yang menghitung segala sesuatu secara terperinci.
Tugas malaikat al-Kiraam al-Katibiin (Yang mulia di sisi Allah SWT dan yang mencatat amal-amal perbuatan manusia):
Allah SWT menciptakan malaikat al-Kiram al-Katibiin dan menjadikan mereka sebagai penjaga terhadap kita. Mereka menulis segala perkataan, perbuatan dan niat. Setiap satu orang manusia disertai dua orang malaikat, sebelah kanan menulis kebaikan dan sebelah kiri menulis keburukan. Dan dua orang malaikat yang lain bertugas menjaga dan memeliharanya. Satu orang berada di belakangnya dan satunya berada di depannya.
1. Firman Allah SWT:
Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah SWT) dan yang mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Infithaar:10-12)
2. Firman Allah SWT:
(yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. (QS Qaaf:17-18)
3. Firman Allah SWT:
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah SWT. (QS. Ar-Ra’ad:11)
4. Dari Abu Hurairah r.a, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Allah SWT berfirman, ‘Apabila hambaku ingin melakukan kejahatan, maka janganlah kamu menulis kejahatan itu atasnya sampai dia melakukannya. Jika dia melakukannya maka tuliskan seumpamanya. Dan jika dia meninggalkannya karena Aku, maka tulislah untuknya satu kebaikan. Dan jika dia ingin melakukan kebaikan, lalu tidak mengerjakannya, maka tulislah baginya satu kebaikan. Dan jika dia melakukannya maka tulislah baginya dengan sepuluh kali lipat hingga tujuh ratus kali lipat.” Muttafaqun ‘alaih. (Muttafaqun ‘alaih. Al-Bukhari no 7501 dan ini lafazdnya, dan Muslim no. 128)
Besarnya bentuk malaikat”
Dari Jabir r.a, dari Nabi SAW , beliau bersabda: “Aku diberi izin menceritakan tentang satu malaikat dari malaikat-malaikat Allah SWT, dari malaikat pemikul arasy. Sesungguhnya (jarak) di antara daun telinga bagian bawahnya sampai ke pundaknya adalah perjalanan tujuh ratus tahun.” HR. Abu Daud. (Shahih. HR. Abu Daud no.4727, Shahih Sunan Abi Daud no. 3953. lihat Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah no. 151)
Dari Abdullah bin Mas’ud r.a, sesungguhnya Muhammad SAW pernah melihat Jibril a.s, ia mempunyai enam ratus sayap. Muttafaqun ‘alaih.( Muttafaqun ‘alaih. HR. al-Bukhari no 4857 dan ini lafazhnya, dan Muslim no 174)
Manfaat beriman kepada malaikat:
1. Mengetahui kebesaran Allah SWT, kekuasaan, kekuatan, dan hikmah-Nya. Dia telah menciptakan malaikat yang tidak mengetahui jumlah mereka selain Allah SWT. Dia SWT menjadikan di antara mereka pemikul arsy, yang salah satu dari mereka jarak di antara daun telinganya bagian bawah sampai pundaknya adalah perjalanan tujuh ratus rahun. Bagaimana dengan besarnya arsy? Dan bagaimana kebesaran yang berada di atas arasy. Maha suci Allah SWT yang telah berfirman:
Dan bagi-Nyalah keagungan di langit dan di bumi, Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Al-Jatsiyah:37)
2. Memuji Allah SWT dan bersyukur kepada-Nya atas perhatian-Nya terhadap anak cucu Adam a.s dimana Dia SWT telah mewakilkan dari kalangan malaikat untuk bertugas menjaga mereka, menolong, dan mencatat amal perbuatan mereka.
3. Mencintai malaikat atas apa yang mereka lakukan yaitu beribadah kepada Allah SWT, berdoa, dan meminta ampunan untuk kaum mukminin, sebagaimana firman Allah SWT tentang para pemikul arsy dan yang berada di sekitarnya:
(Malaikat-malaikat) yang memikul ‘Arsy dan malaikat yang berada di sekililingnya bertasbih memuji Rabbnya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): “Ya Rabb kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala, Ya Rabb kami, dan masukkanlah mereka ke dalam surga ‘Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang saleh di antara bapak-bapak mereka, dan isteri-isteri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana dan peliharalah mereka dari (balasan) kejahatan. Dan orang-orang yang Engkau pelihara dari (pembalasan) kejahatan pada hari itu maka sesungguhnya telah Engkau anugerahkan rahmat kepadanya dan itulah kemenangan yang besar”. (QS. Ghaafir:7-9)
3. BERIMAN KEPADA KITAB-KITAB
Beriman kepada kitab-kitab, yaitu membenarkan dengan mantap (yakin) bahwa Allah SWT telah menurunkan kitab-kitab kepada nabi-nabi dan rasul-rasul-Nya sebagai petunjuk untuk hamba-hamba-Nya. Kitab-kitab tersebut berasal dari kalam-Nya secara hakekat. Dan sesungguhnya apa yang dikandungnya adalah benar, tidak ada keraguan di dalamnya. Di antaranya ada yang Allah SWT sebutkan namanya di dalam Kitab-Nya, dan di antaranya ada yang tidak mengetahui nama dan jumlahnya selain Allah SWT.
Jumlah kitab-kitab samawiyah yang disebutkan di dalam al-Qur`an:
Allah SWT menjelaskan di dalam al-Qur`an bahwa Dia telah menurunkan kitab-kitab berikut ini:
1. Shuhuf (lembaran-lembaran) Ibrahim as.
2. At-Taurat: Yaitu kitab yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Musa as.
3. Az-Zabur : Yaitu kitab yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Daud as.
4. Al-Injil : Yaitu kitab yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Isa as.
5. Al-Qur`an: Yaitu kitab yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Muhammad SAW untuk semua manusia.
Hukum beriman dan beramal dengan kitab-kitab samawiyah yang telah lalu:
Kita percaya bahwa Allah SWT telah menurunkan kitab-kitab ini, membenarkan yang shahih dari berita-beritanya seperti berita-berita al-Qur`an, dan berita-berita yang belum diganti atau dirubah dari kitab-kitab terdahulu. Kita mengamalkan hukum-hukum yang belum dinasakh darinya disertai ridha dan berserah diri. Dan apa-apa yang tidak kita ketahui namanya dari kitab-kitab samawiyah, kita beriman dengannya secara umum.
Semua kitab-kitab terdahulu seperti Taurat, Injil dan Zabur dan selainnya sudah dinasakh dengan al-Qur`an al-‘Azhim, sebagaimana firman Allah SWT:
Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. (QS. Al-Maidah:48)
Apa yang ada di tangan Ahli Kitab yang dinamakan Taurat dan Injil, tidak benar menyandarkan semuanya kepada Nabi-Nabi Allah SWT dan Rasul-rasul-Nya. Telah terjadi penyimpangan dan perubahan dalam keduanya, seperti mereka menyandarkan anak kepada Allah SWT, kaum Nashrani menjadikan Isa a.s sebagai tuhan, memberi sifat kepada al-Khaliq dengan sifat yang tidak pantas dengan kebesaran-Nya, menuduh para nabi, dan semisal yang demikian itu. Maka wajib menolak semua itu dan tidak beriman kecuali dengan apa yang datang pembenarannya di dalam Al-Qur`an atau sunnah (Al-Hadits).
Apabila Ahli Kitab menceritakan kepada kita, maka janganlah kita membenarkan dan jangan pula mendustakan mereka. Dan kita berkata: Kami beriman kepada Allah SWT, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. Jika yang mereka katakan adalah benar, kita tidak mendustakan mereka. Dan jika yang mereka katakan adalah batil, kita tidak membenarkan mereka.
Hukum beriman dan mengamalkan al-Qur`an al-Karim:
Al-Qur`an al-Karim yang telah diturunkan Allah SWT kepada penutup dan paling utama dari para rasul, Muhammad SAW adalah penutup kitab samawi, paling agung, paling sempurna, paling bijaksana. Allah SWT menurunkannya sebagai penjelas bagi segala sesuatu, petunjuk dan rahmat bagi semesta alam.
Ia adalah kitab paling utama. Malaikat paling utama, Jibril a.s turun dengannya kepada makhluk paling utama yaitu Muhammad SAW, kepada umat paling utama yang dikeluarkan untuk manusia, dengan bahasa paling utama dan paling fasih, yaitu bahasa Arab yang jelas. Setiap orang wajib beriman dengannya, mengamalkan hukum-hukum-Nya, beradab dengan adab-adabnya. Allah SWT tidak menerima amal ibadah dengan selainnya setelah turunnya (al-Qur`an) yang Allah SWT memberi jaminan terpeliharanya. Maka, ia terpelihara dari penyimpangan dan perubahan, dan dari tambahan dan kekurangan.
1. Firman Allah SWT:
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (QS. Al-Hijr:9)
2. Firman Allah SWT:
Dan sesungguhnya al-Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh Rabb semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas. (QS. Asy-Syu’araa:192- 195)
Kandungan-kandungan ayat-ayat al-Qur`an:
Ayat-ayat al-Qur`an mengandung penjelasan segala sesuatu, yaitu berita atau tuntutan. Dan berita terbagi dua;
1. Berita tentang al-Khaliq (Sang Maha Pencipta), nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, perbuatan-perbuatan-Nya, dan perkataan-perkataan-Nya, yaitu Allah SWT.
2. Berita tentang makhluk, seperti langit dan bumi, arsy dan kursi, manusia dan binatang, benda padat dan tumbuhan, surga dan neraka. Berita para nabi dan rasul serta para pengikut dan musuh mereka, dan balasan setiap golongan dan yang semisal dengan itu.
Tuntutan terbagi dua:
1. Perintah hanya menyembah Allah SWT saja, taat kepada Allah SWT dan rasul-Nya, melaksanakan apa yang diperintahkan Allah SWT, seperti shalat, puasa, dan perintah-perintah Allah SWT yang lain.
2. Larangan dari menyekutukan Allah SWT, peringatan dari apa-apa yang diharamkan Allah SWT, seperti riba, perbuatan-perbuatan keji, dan larangan-larangan Allah SWT lainnya.
Bagi Allah SWT segala puji dan syukur, untuk-Nya nikmat dan karunia, di mana Dia telah mengutus kepada kita Rasul paling utama dan menurunkan kepada kita kitab-Nya yang paling utama, serta menjadikan kita umat terbaik yang dikeluarkan untuk manusia.
1. Firman Allah SWT:
Allah SWT telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) al-Qur’an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Rabbnya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka diwaktu mengingat Allah SWT. Itulah petunjuk Allah SWT, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah SWT, maka tidak ada seorangpun pemberi petunjuk baginya. (QS. Az-Zumar:23)
2. Firman Allah SWT:
Sungguh Allah SWT telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah SWT mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah SWT, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi SAW) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (QS. Ali ‘Imraan:164)
4. BERIMAN KEPADA PARA RASUL
Beriman kepada para rasul, yaitu membenarkan dengan hati yang mantap bahwa Allah SWT telah mengutus pada setiap umat seorang rasul (utusan) yang mengajak mereka hanya beribadah/menyembah kepada Allah SWT saja dan kufur dengan apa-apa yang disembah selain-Nya. Dan sesungguhnya mereka semua adalah utusan yang benar, dan telah menyampaikan semua risalah yang diutus Allah SWT kepada mereka. Di antara mereka ada yang Allah SWT memberitahukan namanya dan ada yang hanya Allah SWT yang mengetahuinya.
Pendidikan para nabi dan para pengikut mereka:
Allah SWT mendidik para nabi dan pengikut-pengikut mereka agar pertama-tama mereka bersungguh-sungguh (berusaha) atas diri mereka untuk mendapatkan iman dengan ibadah, membersihkan diri, berpikir, tafakkur, sabar dan berkorban dengan segala sesuatu untuk agama, mengeluarkan dan meninggalkan untuk meninggikan kalimah Allah SWT sampai sempurna iman di dalam kehidupan mereka. Dan datang keimanan di dalam hati mereka bahwa Allah SWT pencipta segala sesuatu, di Tangan-Nya segala sesuatu. Hanya Dia SWT yang berhak disembah. Kemudian mereka berusaha (bersungguh-sungguh) memelihara iman dengan lingkungan yang shaleh, seperti masjid yang diramaikan dengan iman dan amal-amal shaleh.
Kemudian mereka berusaha untuk menunaikan kebutuhan agama dan kebutuhan mereka dengan cara mengambil faedah dari iman. Maka mereka meyakini bahwa Allah SWT bersama mereka di mana saja mereka berada, menolong, memberi rizqi, dan mendukung mereka, seperti terjadi pertolongan bagi kaum muslimin di Perang Badar, penaklukan Kota Makkah, Perang Hunain, dan selainnya. Mereka bertawakkal (berserah diri) kepada-Nya dan tidak bertawakkal kepada selain-Nya SWT. Kemudian mereka berusaha menyebarkan iman di antara kaum mereka, dan orang-orang yang mereka diutus kepadanya agar mereka hanya menyembah Allah SWT saja, tidak ada sekutu bagi-Nya, mengajarkan hukum-hukum-Nya, dan membaca kepada mereka ayat-ayat Rabb mereka. Firman Allah SWT:
Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan aya-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan hikmah.Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata, dan (juga) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Demikianlah karunia Allah SWT, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah SWTmempunyai karunia yang bersar. (QS. Al-Jum’ah:2-4)
Rasul, yaitu orang yang diberi wahyu oleh Allah SWT dengan syari’at dan diperintah-Nya untuk menyampaikan syari’at itu kepada orang yang tidak mengetahuinya atau orang yang mengetahui tentang syariat itu tetapi tidak mau melaksanakannya.
Nabi: Yaitu orang yang diberi wahyu oleh Allah SWT dengan syari’at yang terdahulu untuk memberi tahu kepada orang-orang yang berada di sekitarnya dari para penganut syari’at tersebut dan memperbaharuinya. Setiap rasul adalah nabi dan tidak sebaliknya.
Pengutusan para nabi dan rasul:
Setiap umat tidak pernah kosong dari seorang rasul yang diutus Allah SWT dengan syari’at tersendiri kepada kaumnya atau seorang nabi yang diberikan wahyu kepadanya dengan syari’at sebelumnya agar ia memperbaharuinya.
1. Firman Allah SWT:
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah SWT (saja), dan jauhilah Thagut itu… (QS. An-Nahl:36)
2, Firman Allah SWT:
Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat, didalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang berserah diri kepada Allah SWT, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka (QS. Al-Ma`idah:44)
Jumlah para nabi dan rasul:
Para nabi dan rasul ‘alaihimush shalatu was salaam sangat banyak jumlahnya.
1. Di antara mereka ada yang dijelaskan Allah SWT nama-nama mereka di dalam al-Qur`an dan menceritakan kepada kita berita-berita mereka. Mereka berjumlah 25 orang.
1. Adam a.s; Firman Allah SWT:
Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat. (QS. Thaha:115)
2. Allah SWT berfirman menyebutkan sebagian nabi-nabi dan rasul-rasul-Nya:
Dan itulah hujjah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan siapa yang Kami kehendaki beberapa derajat. Sesungguhnya Rabbmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. Dan Kami telah menganugerahkan Ishak dan Ya’qub kepadanya. Kepada keduanya masing-masing telah Kami beri petunjuk; dan kepada Nuh sebelum itu (juga) telah Kami beri petunjuk, dan kepada sebahagian dari keturunannya (Nuh) yaitu Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa, dan Harun. Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik, dan Zakaria, Yahaya, ‘Isa, dan Ilyas. Semuanya termasuk orang-orang yang saleh, dan Ismail, Ilyasa’, Yunus, dan Luth masing-masingnya kami lebihkan derajatnya di atas umat (di masanya), (dan Kami lebihkan pula derajat) sebahagian dari bapak-bapak mereka, keturunan mereka, dan saudara-saudara mereka. Dan Kami telah memilih mereka (untuk menjadi Nabi-Nabi dan rasul-rasul) dan Kami menunjuki mereka ke jalan yang lurus. Itulah petunjuk Allah SWT yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Seandainya mereka mempersekutukan Allah SWT, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan. Mereka itulah orang-orang yang telah Kami berikan kepada mereka kitab, hikmat (pemahaman agama) dan kenabian. (QS. Al-An’aam:83-89)
3. Idris a.s, firman Allah SWT:
Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris (yang di sebut) di dalam al-Qur’an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang Nabi SAW. (QS. Maryam:56)
4. Hud a.s, firman Allah SWT:
Kaum Aad telah mendustakan para rasul. Ketika saudara mereka Hud berkata kepada mereka: “Mengapa kamu tidak bertaqwa?”, Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu. (QS. Asy-Syu’ara`:123-125)
5. Shaleh a.s, firman Allah SWT:
Kaum Tsamud telah mendustakan rasul-rasul. Ketika saudara mereka, Shaleh, berkata kapada mereka: “Mengapa kamu tidak bertaqwa?”, Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu. (QS. Asy-Syu’araa`:141-143)
6. Syu’aib a.s, firman Allah SWT:
Penduduk Aikah telah mendustakan rasul-rasul; ketika Syu’aib berkata kepada mereka: “Mengapa kamu tidak bertaqwa?”, Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu. (QS. Asy-Syu’araa`:172-178)
7. Dzulkifli, firman Allah SWT:
Dan ingatlah akan Ismail, Ilyasa’, dan Zulkifli. Semuanya termasuk orang-orang yang paling baik (QS. Shaad:48)
8. Muhammad SAW, sebagaimana firman Allah SWT:
Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup Nabi-Nabi. Dan adalah Allah SWT Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. Al-Ahzaab:40)
2. Di antara para nabi dan rasul, ada yang tidak kita ketahui nama-nama mereka dan Allah SWT tidak menceritakan kepada kita tentang berita mereka, maka kita beriman kepada mereka secara umum.
1. Firman Allah SWT:
Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. (QS. Ghafir:78)
2. Dari Abu Umamah r.a, ia berkata: “Abu Dzarr r.a, berkata: ‘Aku berkata: ‘Wahai Rasulullah SAW, berapakah sempurnanya bilangan para Nabi SAW?” Beliau bersabda: 124.000, dari mereka ada 315 rasul. Jumlah yang banyak sekali.” HR. Ahmad dan ath-Thabrani. (Shahih li ghairih. HR. Ahmad no 22644, dan ath-Thabrani dalam al-Kabiir 8/217. lihat: ash-Shahihah no. 2668)
Ulul ‘Azmi dari para rasul:
Ulul ‘Azmi dari para rasul ada lima orang dan mereka adalah: Nuh a.s, Ibrahim a.s, Musa a.s, Isa a.s, dan Muhammad SAW. Allah SWT telah menyebutkan mereka dengan firman-Nya:
Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya….. (QS. Asy-Syura:13)
Rasul pertama:
Agama para nabi dan rasul adalah satu dan syari’at mereka berbeda-beda. Yang pertama memberi kabar gembira tentang yang terakhir dari mereka dan beriman dengannya, dan yang terakhir membenarkan yang pertama dan beriman dengannya.
Rasul yang pertama kali adalah Nuh:
1. Firman Allah SWT:
Dan (ingatlah), ketika Allah SWT mengambil perjanjian dari para Nabi: “Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah, kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan bersungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya”. Allah SWT berfirman: “Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu” Mereka menjawab:”Kami mengakui”. Allah SWT berfirman: “Kalau begitu saksikanlah (hai para Nabi SAW) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu”. (QS. Ali Imran:81)
2. Firman Allah SWT:
Sesungguhnya Kami telah mamberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan Nabi-Nabi SAW yang kemudiannya. (QS. An-Nisaa`:163)
3. Dari Abu Hurairah r.a dalam hadits syafa’at, dan di dalamnya bahwa Nabi SAW bersabda: “Pergilah kepada Nuh, lalu mereka datang kepada Nuh, lalu mereka berkata: ‘Hai Nuh, engkau adalah rasul pertama kepada penduduk bumi…” Muttafaqun ‘alaih. (Muttafaqun ‘alaih. HR. al-Bukhari no 3340 dan ini lafazhnya, dan Muslim no. 194)
Rasul terakhir:
Rasul terakhir adalah Muhammad SAW. Firman Allah SWT:
Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup Nabi-Nabi SAW. Dan adalah Allah SWT Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. Al-Ahzaab: 40)
Kepada siapa Allah SWT mengutus para nabi dan rasul
1. Allah SWT mengutus para nabi dan rasul khusus hanya kepada kaum mereka, seperti firman Allah SWT:
dan bagi tiap-tiap kaum ada orang yang memberi petunjuk. (QS. Ar-Ra’ad:7)
2. Allah SWT mengutus Muhammad SAW kepada semua umat manusia. Beliau adalah penutup para nabi dan rasul, dan yang paling utama. Beliau adalah pemimpin keturunan Adam dan pembawa bendera al-hamd (pujian) pada hari kiamat, dan Allah SWT mengutusnya sebagai rahmat bagi semesta alam.
1. Firman Allah SWT:
Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui. (QS. Saba`:28)
2. Firman Allah SWT:
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (QS. Al-Anbiyaa`:107)
Hikmah diutusnya para nabi dan rasul:
1. Mengajak manusia kepada menyembah Allah SWT saja dan melarang penyembahan kepada selain-Nya. Firman Allah SWT:
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah SWT (saja), dan jauhilah Thagut itu”,… (QS. An-Nahl :36)
2. Menjelaskan jalan yang menyampaikan kepada Allah SWT:
Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan aya-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan hikmah. Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (QS. Al-Jum’ah:2)
3. Menjelaskan kondisi manusia setelah sampai kepada Rabb mereka pada Hari Kiamat. Firman Allah SWT:
Katakanlah: “Hai manusia, sesungguhnya aku adalah seorang pemberi peringatan yang nyata kepada kamu”. Maka orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia. Dan orang-orang yang berusaha dengan maksud menentang ayat-ayat Kami dengan melemahkan (kemauan untuk beriman); mereka itu adalah penghuni-penghuni neraka. (QS. 22:49-51)
4. Mendirikan hujjah kepada manusia. Sebagaimana firman Allah SWT:
(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah SWT sesudah diutusnya rasul-rasul itu. (QS. An-Nisaa`: 165)
5. Rahmat, sebagaimana firman Allah SWT:
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (QS. Al-Anbiyaa`:107)
Sifat para nabi dan rasul:
1. Semua nabi dan rasul adalah laki-laki dari golongan manusia. Allah SWT telah memilih dan menentukan serta menyaring mereka dari semua hamba-Nya. Dia memberi kelebihan kepada mereka dengan nubuwah dan risalah. Memperkuat mereka dengan mu’jizat. Memberi kemuliaan kepada mereka dengan risalah, membebani mereka dengannya, dan menyuruh mereka menyampaikan risalah tersebut kepada manusia agar mereka menyembah Allah SWT saja dan meninggalkan penyembahan selain-Nya, dan Dia menjanjikan kepada mereka surga atas hal itu. Sungguh mereka –‘alahimush shalatu was salam– telah berbuat jujur dan menyampaikan.
1. Firman Allah SWT:
Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui. (QS. An-Nahl:43)
2. Firman Allah SWT:
Sesungguhnya Allah SWT telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga ‘Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing). (QS. Ali ‘Imran33)
3. Firman Allah SWT:
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah SWT (saja), dan jauhilah Thagut itu”, … (QS. An-Nahl :36)
2. Allah SWT menyuruh kepada semua nabi dan rasul agar berdakwah kepada Allah SWT, menyembah-Nya saja, tiada sekutu bagi-Nya, dan Dia menentukan syari’at bagi setiap kaum yang sesuai dengan kondisi mereka, sebagaimana firman Allah SWT:
Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. …, (QS. Al-Maidah :48)
3. Ketika Allah SWT memilih para nabi dan rasul, Dia memberi sifat kepada mereka dengan ubudiyah (penghambaan) kepada-Nya pada tingkatan tertinggi, sebagaimana Dia katakan tentang Muhammad pada maqam tanzil:
Maha Suci Allah SWT yang telah menurunkan Al-Furqaan (yaitu al-Qur’an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam. (QS. Al-Furqaan:1)
Dan Dia berfirman pada Nabi Isa bin Maryam a.s:
Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya nikmat (kenabian) dan Kami jadikan dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah SWT) untuk Bani Israil. (QS. Az-Zukhruf:59)
4. Sesungguhnya semua nabi dan rasul ‘alaihimush shalatu was salam adalah manusia yang diciptakan, mereka makan dan minum, lupa, tidur, bisa sakit dan akan meninggal dunia. Mereka tidak berbeda dengan manusia lainnya, tidak mempunyai sedikitpun dari sifat-sifat rububiyah dan uluhiyah. Mereka tidak bisa memberi manfaat dan bahaya kepada seseorang kecuali apa yang telah dikehendaki oleh Allah SWT. Tidak mempunyai sedikit pun dari khazanah (perbendaharaan) Allah SWT. Tidak mengetahui yang gaib kecuali apa-apa yang diperlihatkan Allah SWT kepada mereka.
Firman Allah SWT kepada Nabi-Nya Muhammad SAW:
Katakanlah: “Aku tidak berkuasa menarik kemanfa’atan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah SWT. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman”. (QS. Al-A’raaf:188)
Keistimewaan Para Nabi dan Rasul ‘alaihimush shalatu was salam:
Para nabi dan rasul ‘alaihimush shalatu was salam adalah manusia paling suci hatinya, paling cerdas akalnya, paling benar imannya, paling baik akhlaknya, paling sempurna agamanya, paling kuat ubudiyahnya, paling sempurna tubuhnya, dan paling tampan rupanya. Dan Allah SWT telah mengkhususkan mereka dengan beberapa keistimewaan, yang terpenting adalah:
1. Allah SWT telah memilih mereka dengan wahyu dan risalah.
1. Firman Allah SWT:
Allah SWT memilih utusan-utusan-(Nya) dari malaikat dan dari manusia: …(QS. Al-Hajj:75)
2. Firman Allah SWT:
Katakanlah: “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa sesungguhnya Ilah (Tuhan) kamu itu adalah Ilah (Tuhan) Yang Esa”. (QS. Al-Kahfi:110)
2. Sesungguhnya mereka dipelihara dari kesalahan pada apa-apa yang mereka sampaikan kepada manusia yaitu aqidah dan hukum. Jikalau mereka keliru, maka Allah SWT meluruskan mereka kepada yang haq dan benar.
Firman Allah SWT:
Demi bintang ketika terbenam, kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak keliru, dan tiadalah yang diucapkannya itu (al-Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya), yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat. (QS. 53:1-5)
3. Sesungguhnya mereka tidak bisa diwarisi setelah kematian mereka.
Dari ‘Aisyah r.a, ia berkata, ‘Rasulullah SAW bersabda, ‘Kami tidak diwarisi, apa yang kami tinggalkan menjadi sedakah.’ Muttafun ‘alaih. (HR. al-Bukhari no. 6730 dan ini lafazhnya, dan Muslim no 1757)
4. Mata mereka tidur dan hati mereka tidak tidur.
Dari Anas bin Malik r.a dalam cerita Isra`: “Dan Nabi SAW tidur kedua matanya tetapi tidak tidur hatinya. Demikian pula para nabi, mata mereka tidur tapi hati mereka tidak tidur.” HR. al-Bukhari. (HR. al-Bukhari no. 3570)
5. Sesungguhnya mereka diberi pilihan di antara dunia dan akhirat saat akan meninggal dunia.
Dari ‘Aisyah r.a, ia berkata, “Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Tidak ada seorang nabi yang sakit kecuali diberi pilihan antara dunia dan akhirat.” Muttafaqun ‘alaih. (HR. al-Bukhari no 4586 dan ini lafazhnya, dan Muslim no. 2444)
6. Mereka dikuburkan di tempat mereka meninggal dunia.
Dari Abu Bakar r.a, ia berkata, ‘Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Tidak akan dikuburkan seorang nabi kecuali di tempat ia meninggal dunia” HR. Ahmad. (Shahih. HR. Ahmad no. 27. lihat Shahih al-Jami’ no. 5201)
7. Bumi tidak dapat memakan jasad mereka.
Dari Aus bin Aus r.a, ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda: ‘Sesungguhnya hari terbaik kamu adalah hari Jum’at…’ dan dalam hadits ini: ‘mereka bertanya: ‘Hai Rasulullah, bagaimana shalawat kami diperlihatkan kepadamu sedangkan engkau telah hancur?’ Mereka mengatakan: engkau telah hancur. Beliau menjawab: ‘Sesungguhnya Allah SWT mengharamkan jasad para Nabi kepada bumi.” HR. Abu Daud. (Shahih. HR. Abu Daud no 1047, Shahih Sunan Abu Daud no. 925)
8. Mereka tetap hidup di kubur mereka dan melakukan shalat.
1. Dari Anas r.a, dari Nabi SAW, beliau bersabda, ‘Para Nabi SAW tetap hidup di kubur mereka, melaksanakan shalat.’ HR. Abu Ya’la. (HR. Abu Ya’la no 3425. lihat: as-Silsilah al-Ahadits Shahihah no. 621)
2, Dari Anas r.a, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, ‘Aku melewati Musa a.s pada malam aku diisra`kan di sisi tumpukan pasir merah sedang shalat di dalam kuburnya.” HR. Muslim. (HR. Muslim no. 2375)
9. Istri-istri mereka tidak boleh dikawini setelah mereka.
Firman Allah SWT:
Dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak (pula) mengawini isteri-isterinya selama-lamanya sesudah ia wafat. Sesungguhnya perbuatan itu adalah amat besar (dosanya) di sisi Allah SWT. (QS. Al-Ahzaab:53)
Wajib beriman kepada semua nabi dan rasul. Barang siapa kafir kepada salah seorang dari mereka, berarti dia kafir kepada semuanya. Wajib membenarkan apa-apa yang shahih dari mereka yaitu berita-berita mereka, mengikuti mereka dalam kebenaran iman, sempurna tauhid dan akhlak yang baik. Dan wajib mengamalkan syari’at nabi yang diutus kepada kita dari mereka, yaitu penutup dan sebaik-baik yang diutus kepada semua manusia dan alam semesta, yaitu Muhammad SAW.
Firman Allah SWT:
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah SWT turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah SWT turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah SWT, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. (QS. An-Nisaa`:136)
Manfaat beriman kepada para nabi dan rasul:
Mengenal rahmat Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya dan perhatian-Nya kepada manusia. Di mana Dia SWT mengutus para rasul kepada manusia yang memberi petunjuk untuk menyembah Rabb, dan bagaimana manusia menyembah-Nya.
Di antaranya: Memuji Allah SWT dan bersyukur kepada-Nya atas nikmat ini.
Di antaranya: Mencintai rasul dan memuji mereka tanpa berlebihan; karena mereka adalah utusan-utusan Allah SWT, beribadah kepada-Nya, menyampaikan risalah-Nya, dan memberi nasihat kepada hamba-hamba-Nya.
MUHAMMAD
Nasab dan pertumbuhannya:
Dia adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim. Ibunya bernama Aminah binti Wahab. Dilahirkan di Mekkah pada tahun gajah, bertepatan tahun 570 M. Bapaknya Abdullah meninggal dunia sedangkan beliau masih berada di perut ibunya. Tatkala dilahirkan beliau dipelihara oleh kakeknya, Abdul Muthalib. Ibunya meninggal dunia, beliau baru berusia enam tahun. Tatkala kakeknya meninggal dunia, beliau dipelihara oleh pamannya, Abu Thalib.
Beliau SAW hidup dengan akhlak yang agung, perilaku yang baik. Sehingga kaumnya memberi gelar al-Amin (yang terpercaya) kepadanya. Di usia empat puluh tahun, Muhammad menjadi Nabi SAW, tatkala datang al-Haqq kepadanya ketika sedang berada di gua Hira.
Kemudian beliau mulai berdakwah untuk beriman kepada Allah SWT dan rasul-Nya, hanya menyembah Allah SWT saja. Lalu beliau menerima berbagai macam gangguan. Beliau tetap sabar hingga Allah SWT menampakkan agama-Nya. Beliau hijrah ke Madinah. Lalu disyari’atkan segala hukum, kemudian Islam menjadi mulia dan agama menjadi sempurna.
Beliau SAW meninggal dunia pada hari Senin di bulan Rabi’ul Awal tahun ke sebelas Hijriyah, ketika berumur 63 tahun. Bertemu dengan ar-Rafiq al-A’laa (Allah SWT) setelah beliau SAW menyampaikan risalah dengan jelas, menunjukkan kepada umat atas segala kebaikan dan memberi peringatan dari segala kejahatan. Semoga sholawat dan salam tetap terlimpah pada beliau.
Keistimewaan-keistimewaan beliau:
Di antara keistimewaan Nabi SAW bahwa beliau adalah penutup para nabi, pemimpin para rasul dan imam orang-orang yang bertaqwa. Risalahnya berlaku umum kepada bangsa jin dan manusia. Allah SWT mengutusnya sebagai rahmat bagi semesta alam. Beliau diperjalankan ke Baitul Maqdis. Dinaikkan ke atas langit. Allah SWT memanggilnya dengan sifat nubuwah (kenabian) dan risalah.
Dari Jabir r.a, bahwa Nabi SAW bersabda, “Aku diberikan lima perkara yang tidak diberikan kepada seseorang sebelum aku: Aku diberi pertolongan dengan takutnya (musuh) dari jarak perjalanan satu bulan. Bumi dijadikan bagiku sebagai masjid dan alat bersuci. Siapapun juga dari umatku yang bertemu waktu shalat maka hendaklah ia shalat. Dihalalkan harta ganimah untukku dan tidak dihalalkan kepada seseorang sebelumku. Aku diberi syafaat. Seorang Nabi hanya diutus kepada kaumnya saja dan aku diutus kepada semua manusia. “Muttafaqun ‘alaih. (HR. al-Bukhari no. 335 dan ini lafazhnya, dan Muslim no 521)
Di antara keistimewaan beliau tetapi tidak bagi umatnya adalah: menyambung puasa, nikah tanpa mahar, nikah lebih dari empat orang istri, tidak memakan harta sedekah, dia mendengar apa yang tidak didengar manusia, dan melihat apa yang tidak bisa dilihat manusia, sebagaimana beliau melihat Jibril a.s menurut bentuk yang Allah SWT ciptakan atasnya, dan beliau tidak diwarisi.
Permulaan wahyu kepada Nabi SAW:
Dari ‘Aisyah r.a, ia berkata, “Pertama-tama yang dimulai Rasulullah SAW dari wahyu adalah mimpi yang baik di dalam tidur. Maka tidak pernah beliau melihat mimpi kecuali ia datang seperti fajar yang menyingsing. Kemudian ia dijadikan suka kepada menyendiri (berkhulwat). Beliau menyendiri di gua Hira. Beliau SAW beribadah di dalamnya selama beberapa malam yang berbilang sebelum kembali kepada keluarganya, dan mengambil bekal untuk hal itu. Kemudian beliau SAW kembali kepada Khadijah r.a, lalu mengambil bekal lagi. Sampai datang kepada beliau al-Haqq, dan beliau sedang berada di gua Hira. Malaikat datang kepadanya seraya berkata, ‘Bacalah?’ Beliau SAW menjawab, ‘Aku tidak bisa membaca.’ Beliau SAW bersabda, ‘Lalu ia mengambilku, memelukku hingga aku merasa payah. Kemudian ia melepasku seraya berkata, ‘Bacalah!’ Aku menjawab, ‘Aku tidak bisa membaca.’ Lalu ia mengambilku, memelukku yang kedua kali hingga aku merasa payah. Kemudian ia melepasku seraya berkata, ‘Bacalah!’ Aku menjawab, ‘Aku tidak bisa membaca.’ Maka ia mengambilku, lalu memelukku yang ketiga kalinya. Kemudian ia melepasku seraya berkata,
Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Rabbmulah Yang Paling Pemurah. (QS. Al-‘Alaq:1-3)
Lalu Rasulullah SAW pulang seraya gemetar. Lalu ia masuk kepada Khadijah binti Khuwailid r.a seraya berkata, ‘Selimuti aku, selimuti aku’. Maka, mereka menyelimutinya sampai hilang rasa takut darinya. Beliau berkata kepada Khadijah r.a dan menceritakan semuanya: ‘Sungguh aku merasa khawatir terhadap diriku. Khadijah r.a berkata, ‘Sama sekali tidak. Demi Allah SWT, Allah tidak akan menghinakanmu. Sesungguhnya engkau menyambung silaturrahim, memikul yang kesusahan, memberi orang yang tidak punya, menjamu tamu, dan menolong di atas kebenaran.
Lalu pergilah Khadijah r.a bersamanya hingga membawanya kepada Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul Uzza, anak paman Khadijah (saudara sepupu). Dia adalah seorang yang beragama Nashrani di masa jahiliyah. Dia pandai menulis kitab berbahasa Ibrani. Dia menulis dari Injil dengan bahasa Ibrani, apa yang Allah SWT kehendaki. Dia seorang tua renta yang telah buta. Khadijah r.a berkata kepadanya, ‘Hai anak pamanku, dengarlah dari anak saudaramu.’ Waraqah berkata kepadanya, ‘Hai anak saudaraku, apa yang engkau lihat?’ lalu Rasulullah SAW menceritakan kepadanya apa yang dilihatnya.
Waraqah berkata kepadanya. ‘Ini adalah an-Namus (Jibril a.s) yang telah Allah SWT turunkan kepada Musa a.s. Andaikan aku masih muda pada saat itu. Andaikan aku masih hidup saat kaummu mengusirmu.’ Rasulullah SAW bertanya, ‘Apakah mereka akan mengusirku?’ Ia menjawab, ‘Benar, tidak ada seseorang yang datang membawa seperti yang engkau bawa kecuali dimusuhi. Jika aku masih hidup sampai saat itu, niscaya aku membelamu dengan pembelaan yang kuat.’ Kemudian tidak berapa lama, Waraqah meninggal dunia dan terhenti wahyu.’ Muttafaqun ‘alaih. (HR. Al-Bukhari no. 3 dan ini lafazhnya, dan Muslim no 160)
Istri-istri beliau SAW:
Ummahatul Mu’minin (Ibu-ibu kaum mukminin) adalah istri-istri Rasulullah SAW di dunia dan akhirat. Semuanya adalah muslimah, baik, bersih, suci, bebas dari keburukan yang mencemari kehormatan mereka. Mereka adalah:
Khadijah binti Khuwailid, ‘Aisyah binti Abu Bakar, Saudah binti Zam’ah, Hafshah binti Umar, Zainab binti Khuzaimah, Ummu Salamah, Zainab binti Jahsy, Juwairiyah binti al-Harits, Ummu Habibah binti Abu Sufyan, Shafiyah binti Huyay, Maimunah binti al-Harits radhiyallahu ‘anhunna ajma’in (semoga Allah meridhai mereka semuanya).
Yang meninggal sebelum Rasulullah SAW dari mereka adalah Khadijah binti Khuwailid dan Zainab binti Khuzaimah dan yang lainnya meninggal setelah Rasulullah SAW.
Istri-istrinya yang paling utama adalah Khadijah r.a dan ‘Aisyah r.a.
Anak-anak Rasulullah SAW:
1. Rasulullah SAW mempunyai tiga orang anak laki-laki: al-Qasim dan Abdullah dari Khadijah, serta Ibrahim dari jariyahnya Mariyah al-Qibthiyah. Semuanya meninggal dunia saat masih kecil.
2. Adapun anak perempuan: Rasulullah SAW mempunyai empat orang putri: Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, dan Fathimah. Semuanya dilahirkan dari Khadijah. Semuanya sempat menikah dan meninggal dunia sebelum Rasulullah SAW kecuali Fathimah, ia meninggal setelah Rasulullah SAW. Semuanya adalah muslimah, baik, dan suci radhiyAllahu ‘anhunn ajma’in.
Sahabat-sahabat Rasulullah SAW:
Sahabat-sahabat Rasulullah SAW adalah generasi terbaik. Mereka mempunyai keutamaan besar di atas semua umat. Allah SWT telah memilih mereka untuk menemani Nabi SAW-Nya. Mereka beriman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Mereka berdiri membela dan menolong Allah SWT dan Rasul-Nya. Berhijrah karena agama. Memberikan tempat kediaman dan pertolongan karena agama. Berjihad fi sabilillah dengan harta dan jiwa mereka. Hingga Allah SWT ridha kepada mereka dan mereka ridha kepada-Nya. Yang paling mulia dari mereka adalah kaum Muhajirin kemudian kaum Anshar.
Dari Abdullah bin Mas’ud r.a, dari Nabi SAW, beliau bersabda, ‘Sebaik-baik manusia adalah generasiku, kemudian yang mengiringi mereka, kemudian yang mengiringi mereka. Kemudian datang beberapa kaum yang persaksian mereka mendahului sumpahnya dan sumpahnya mendahului persaksiannya.’ Muttafaqun ‘alaih. (HR. al-Bukhari no 2652 dan ini lafazhnya, dan Muslim no. 2533)
Mencintai sahabat-sahabat beliau SAW:
Wajib kepada setiap orang muslim mencintai mereka semua dengan hati, memuji mereka dengan lisan, mendoakan rahmat atas mereka, memintakan ampun untuk mereka, menahan diri tentang pertentangan di antara mereka, dan tidak mencela mereka. Hal itu karena mereka mempunyai kebaikan dan keutamaan, ma’ruf dan ihsan, membela Allah SWT dan Rasul-Nya dengan taat dan jihad fi sabilillah, berdakwah kepada-Nya, berhijrah dan membela, mengorbankan harta dan jiwa mereka di jalan Allah SWT karena mengharap ridha Allah SWT, maka Allah SWT ridha kepada mereka semua.
1. Firman Allah SWT:
Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah SWT ridha kepada mereka dan Allah SWT menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar. (QS. At-Taubah:100)
2. Firman Allah SWT:
Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah SWT, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rizki (nikmat) yang mulia. (QS. 8:74)
3. Dari Abu Hurairah r.a, ia berkata, ‘Rasulullah SAW bersabda, ‘Janganlah kamu mencela sahabatku, janganlah kamu mencela sahabatku. Demi (Allah SWT) yang diriku berada di Tangan-Nya, jikalau sesungguhnya seseorang di antara kamu memberi nafkah (infaq) emas seperti bukit Uhud (banyaknya), niscaya ia tidak bisa menyamai satu mud atau setengah mud salah seorang dari mereka.” Muttafaqun ‘alaih. (HR. al-Bukhari no 3673 dan Muslim no. 2540 dan ini adalah lafazhnya)
5. BERIMAN KEPADA HARI AKHIR
Hari akhir adalah hari kiamat yang pada hari itu Allah SWT bangkitkan semua makhluk untuk dihisab dan diberi balasan. Dinamakan dengan nama itu karena tidak ada lagi hari sesudahnya. Di tempat menetapnya penghuni surga di dalam surga dan penghuni neraka di dalam neraka.
Nama-nama hari akhir yang paling terkenal:
Hari kiamat, hari kebangkitan, hari pemisah, hari keluar, hari pembalasan, hari yang kekal, hari hisab, hari yang dijanjikan, hari berkumpul, hari taghabun, hari pertemuan, hari tanaad, hari kerugian, hari teriakan, hari bencana besar, al-Ghasyiyah, al-Waaqi’ah, al-Haaqqah, al-Qaari’ah.
Percaya Kepada Hari Akhir:
Yaitu membenarkan dengan mantap setiap apa yang dikabarkan oleh Allah SWT dan rasul-Nya dari apa-apa yang akan terjadi pada hari yang besar tersebut, yaitu kebangkitan, digiring, dihisab (dihitung amal perbuatan), titian, timbangan, surga, neraka, dan selain yang demikian itu dari apa-apa yang berlaku pada hari Kiamat. Termasuk dengan hal itu apa yang ada sebelum mati berupa tanda-tanda hari kiamat, dan apa-apa yang ada setelah kematian berupa fitnah kubur, siksa dan nikmat kubur.
Keagungan Hari Kiamat:
Percaya kepada Allah SWT dan hari Kiamat termasuk rukun iman yang terbesar. Di atas keduanya beserta rukun iman lainnya tempat peredaran istiqamah manusia, keberuntungan dan kebahagiannya di dunia dan akhirat. Dan karena begitu pentingnya dua rukun ini, Allah SWT banyak sekali menyertakan di antara keduanya dalam ayat-ayat al-Qur`an:
1. Firman Allah SWT:
Demikianlah diberi pelajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah SWT dan hari akhirat.. (QS. Ath-Thalaaq: 2)
2. Firman Allah SWT:
Allah SWT, tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia. Sesungguhnya Dia akan mengumpulkan kamu di hari kiamat, yang tidak ada keraguan terjadinya. (QS. An-Nisaa`:87)
3. Firman Allah SWT:
Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah SWT (al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah SWT dan hari kemudian.. (QS. An-Nisaa`:59)
Fitnah Kubur:
1. Dari al-Bara` bin ‘Azib r.a, ia berkata, ‘Kami keluar bersama Rasulullah SAW pada satu jenazah…’ -dan pada hadits ini-, Nabi SAW bersabda, ‘Dan datanglah kepadanya dua orang malaikat, lalu keduanya mendudukkannya, lalu bertanya kepadanya: ‘Siapa Rabbmu? Ia menjawab, ‘Rabb-ku adalah Allah SWT. ‘Keduanya bertanya kepadanya, ‘Apa agamamu?’ Ia menjawab, ‘Agamaku Islam.’ Keduanya bertanya lagi, ‘Siapa laki-laki yang diutus kepadamu ini?’ Ia menjawab, ‘Dia adalah Rasulullah SAW…‘ HR. Ahmad dan Abu Daud. (Shahih. HR. Ahmad no 18733 dan Abu Daud no 4753 dan ini lafazhnya, Shahih Sunan Abi Daud no 3979)
2. Dari Anas r.a, dari Nabi SAW, beliau bersabda, ‘Apabila seorang hamba diletakkan di kuburnya dan ditinggalkan serta teman-temannya telah pergi, sehingga ia mendengar suara sendal mereka. Datanglah kepadanya dua orang malaikat, lalu keduanya mendudukkannya seraya bertanya kepadanya, ‘Apa yang kamu katakan pada laki-laki ini (Muhammad SAW)?’ Ia menjawab, ‘Saya bersaksi bahwa ia adalah hamba Allah SWT dan rasul-Nya.’ Dikatakan kepadanya, ‘Lihatlah tempatmu di neraka, Allah SWT telah menggantikan engkau dengannya satu tempat di surga.’ Nabi SAW bersabda,’Maka ia melihat keduanya secara bersama-sama. Adapun orang kafir atau munafik, ia berkata, ‘Saya tidak tahu, dahulu aku mengatakan apa yang dikatakan manusia.’ Dikatakan: ‘Kamu tidak tahu dan tidak membaca, kemudian ia dipukul dengan palu besar dari besi satu pukulan di antara dua telinganya. Maka ia berteriak yang bisa didengar orang yang berada di sekelilingnya kecuali jin dan manusia.” Muttafaqun ‘alaih. (Muttafaqun ‘alaihi HR. al-Bukhari no 1338 dan ini lafazhnya, dan Muslim no. 2870)
Siksa kubur terbagi dua:
1. Siksa yang terus menerus, tidak pernah berakhir hingga hari kiamat, yaitu siksa kepada orang-orang kafir dan orang-orang munafik, sebagaimana firman Allah SWT tentang para pengikut Fir’aun:
Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya Kiamat (Dikatakan kepada malaikat): “Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya kedalam azab yang sangat keras”. (QS. Ghafir: 46)
2. Siksa yang berlangsung satu kurun waktu, kemudian berakhir. Yaitu siksa kepada orang-orang bertauhid yang berdosa, maka ia mendapat siksa sesuai dosanya. Kemudian siksa tersebut diringankan darinya, atau terputus (secara total) disebabkan rahmat Allah SWT, atau adanya penebus-penebus dosa yaitu berupa sedekah jariyah, atau ilmu yang berguna, atau anak shalih yang berdoa untuknya, atau semisal yang demikian itu.
Dari Ibnu Umar r.a, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, ‘Sesungguhnya apabila meninggal salah seorang dari kamu, diperlihatkan kepadanya tempat duduknya di pagi dan sore hari. Jika ia termasuk (calon) penghuni surga maka dari penghuni surga, dan jika ia adalah (calon) penghuni neraka maka dari penghuni neraka. Dikatakan: inilah tempat dudukmu sehingga Allah SWT membangkitkan engkau kepada-Nya di hari kiamat.’ Muttafaqun ‘alaih. (Muttafaqun ‘alaihi. HR. Bukhari no. 1379 dan Muslim no. 2866 dan ini adalah lafazhnya)
Nikmat kubur:
Nikmat kubur diperuntukkan bagi orang-orang beriman yang jujur.
1. Firman Allah SWT:
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami ialah Allah SWT” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah SWT kepadamu.” (QS. Al-Fushshilat:30)
2. Dari al-Barra` bin ‘Azib r.a, sesungguhnya Nabi SAW mengatakan pada seorang mukmin, apabila dia telah menjawab pertanyaan dua malaikat di kuburnya: …Maka penyeru dari langit mengatakan: bahwa benarlah hamba-Ku, berilah ia kasur dari surga, berilah ia pakaian dari surga, dan bukalah untuknya satu pintu ke surga. Beliau bersabda, ‘Maka datanglah dari aroma dan wangi-wangiannya (surga), dan diluaskan untuknya di kuburnya sejauh matanya memandang.’ HR. Ahmad dan Abu Daud. (Shahih. HR. Ahmad no. 18733 dan ini adalah lafazhnya. Dan Abu Daud no 4753. Shahih Sunan Abu Daud no 3979)
Ada beberapa perkara yang menyelamatkan seorang mukmin dari huru-hara dalam kubur, fitnahnya, dan siksanya seperti: mati syahid fi sabilillah, ribath (berjaga malam fi sabilillah), orang yang meninggal karena penyakit perut dan semisalnya.
Tempat menetapnya ruh setelah meninggal dunia hingga hari kiamat:
Ruh-ruh di alam barzakh memiliki perbedaan-perbedaan besar: di antaranya ruh-ruh yang berada di a’la Illiyiin (tingkat tertinggi) dalam kelompok tertinggi, yaitu ruh para Nabi ‘alaihimush shalatu was salaam, mereka berbeda-beda dalam kedudukan mereka.
Di antaranya, ruh-ruh yang berada pada bentuk burung yang bergantung di pohon surga, yaitu ruh orang-orang yang beriman.
Di antaranya, ruh-ruh yang berada di talih (paruh) burung hijau yang berjalan-jalan di surga, yaitu ruh sebagian orang-orang mati syahid (syuhada).
Di antaranya, ruh-ruh yang ditahan di dalam kubur, seperti orang yang menyembunyikan harta ghanimah. Di antaranya ada yang ditahan di atas pintu surga disebabkan hutang yang ditanggungnya. Di antaranya ada yang ditahan di dalam bumi disebabkan ruhnya yang rendah.
Di antaranya, ruh-ruh yang berada di dalam tungku api para pezinah.
Di antaranya, ruh-ruh yang berenang di sungai darah dan menelan batu, mereka adalah para pemakan riba… dst.
TANDA-TANDA HARI KIAMAT
Pengetahuan tentang hari kiamat:
Pengetahuan tentang waktu hari kiamat tidak ada yang mengetahuinya selain Allah SWT, sebagaimana firman Allah SWT:
Manusia bertanya kepadamu tentang hari berbangkit. Katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan tentang hari berbangkit itu hanya di sisi Allah SWT”. Dan tahukah kamu hai (Muhammad), boleh jadi hari berbangkit itu sudah dekat waktunya. (QS. Al-Ahzaab:63)
Tanda-tanda hari kiamat:
Nabi SAW memberikan informasi tentang tanda-tanda dan ciri-ciri yang mengindikasikan sudah dekatnya hari kiamat, yaitu tanda-tanda yang kecil dan besar.
TANDA-TANDA HARI KIAMAT YANG KECIL:
Tanda-tanda hari kiamat yang kecil itu ada tiga bagian:
1. Tanda-tanda yang sudah terjadi dan telah berakhir. Di antaranya: diutusnya Nabi SAW dan meninggalnya, terbelahnya bulan sebagai tanda (mukjizat) bagi beliau SAW, penaklukan Baitul Maqdis, keluarnya api di tanah hijaz.
Dari ‘Auf bin Malik r.a, ia berkata, ‘Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Hitunglah enam di antara tanda hari kiamat, kematianku, kemudian takluknya Baitul Maqdis, …”HR. al-Bukhari. (HR. al-Bukhari no. 3176.)
Dari Abu Hurairah r.a, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Hari kiamat tidak terjadi sehingga (terlebih dahulu) keluar api dari bumi Hijaz yang menerangi punuk unta di Bushra”. Muttafaqun ‘alaih. (Muttafaqun ‘alaihi. HR. al-Bukhari no 7118 dan Muslim no. 2902)
2. Tanda-tanda yang sudah nampak dan masih tetap berlangsung, di antaranya:
Nampaknya fitnah-fitnah, munculnya orang-orang yang mengaku menjadi nabi, tersebarnya keamanan, dipegangnya ilmu syara’, nampaknya kebodohan, banyaknya polisi dan pembantu kezaliman, nampaknya alat-alat musik dan menghalalkannya, nampaknya perzinahan, banyak orang yang minum arak dan menghalalkannya, orang yang tidak beralas kaki, tidak berpakaian, penggembala kambing berlomba-lomba dalam bangunan, manusia berbangga-bangga terhadap masjid dan perhiasannya, banyak terjadi peperangan, waktu terasa amat dekat, menyerahkan urusan kepada yang bukan ahlinya, orang-orang jahat ditinggikan dan orang-orang baik dan terpilih direndahkan, dibuka perkataan dan disimpan amal ibadah, pasar saling berdekatan, nampak kesyirikan pada umat ini, banyak kebakhilan, banyak dusta, banyak harta, meluasnya perdagangan, banyak terjadi gempa, orang yang amanah dianggap khianat dan orang khianat diberi amanah, nampaknya perbuatan keji, terputusnya silaturrahim, buruknya hubungan antar tetangga, terangkatnya orang-orang rendah, menjual hukum, menyerahnya orang-orang khusus, menuntut ilmu kepada orang-orang kecil, munculnya wanita-wanita berpakaian namun telanjang, banyaknya saksi palsu, banyaknya kematian mendadak, tidak berusaha mencari rizqi yang halal, bumi Arab kembali menjadi hijau dan sungai-sungai, berbicaranya binatang buas kepada manusia, laki-laki berbicara kepada lumut cambuknya dan tali sendalnya, dan pahanya mengabarkannya dengan apa yang dibicarakan keluarganya sesudahnya, Iraq dikepung dan dihalangi darinya makanan dan uang, kemudian Syam dikepung dan dihalangi darinya makanan dan uang, kemudian terjadi perdamaian di antara kaum muslimin dan bangsa Roma, kemudian bangsa Roma melanggar perjanjian.
Dari Ibnu Umar r.a, sesungguhnya ia mendengar Rasulullah SAW dan beliau menghadap arah Timur, seraya bersabda, ‘Ketahuilah, sesungguhnya fitnah itu berasal dari sini. Ketahuilah, sesungguhnya fitnah itu di sini. Dari tempat munculnya tanduk syetan.” Muttafaqun ‘alaih. (Muttafaqun ‘alaihi HR. al-Bukhari no. 7093. dan Muslim no. 2905 dan ini adalah lafazhnya)
3. Tanda-tanda yang belum nampak dan akan terjadi tanpa diragukan, seperti yang diberitakan oleh Nabi SAW, di antaranya adalah:
Sungai Eufrat menyingkap gunung emas, takluknya Konstantinopel tanpa senjata, memerangi bangsa Turki, memerangi kaum Yahudi dan menangnya kaum muslimin terhadap mereka, seorang laki-laki keluar dari Qahthan menghalau manusia dengan tongkatnya dan mereka taat kepadanya, sedikitnya laki-laki dan banyaknya wanita sehingga bagi lima puluh orang wanita hanya seorang penanggung jawab, orang-orang jahat keluar dari Madinah kemudian hancurnya. Di antaranya, munculnya al-Mahdi, yaitu seorang laki-laki dari ahli bait Rasulullah SAW. Allah SWT memperkuat agama dengannya, memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana telah dipenuhi kezaliman. Menjadi raja selama tujuh tahun. Umat merasakan nikmat di masanya dengan kenikmatan yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya. Muncul di wilayah Timur dan dibai’at di Baitullah.
Di antaranya lagi adalah runtuhnya Ka’bah lewat tangan seorang laki-laki dari Etiopia yang diberi nama Dzus Suwaiqitain, kemudian tidak pernah dibangun lagi sesudahnya itu. Wallahu ‘Alam.
Semua yang telah kami sebutkan berupa tanda-tanda yang telah lewat dijelaskan dengan hadits-hadits shahih dari Nabi SAW.
TANDA-TANDA HARI KIAMAT BESAR
Dari Hudzaifah bin Usaid al-Ghifari r.a, ia berkata, ‘Rasulullah SAW memperhatikan kami sewaktu kami saling berbincang. Beliau bertanya, ‘Apa yang sedang kalian perbincangkan?’ Mereka menjawab, ‘Kami menyebutkan hari kiamat.’ Beliau bersabda, ‘Sesungguhnya kiamat tidak akan terjadi sehingga kamu melihat sepuluh tanda.’ Lalu beliau menyebut asap, Dajal, binatang, terbitnya matahari dari tempat tenggelamnya (sebelah Barat), turunnya Isa bin Maryam a.s, Ya’juj dan Ma’juj, tiga longsor besar, longsor di Timur, longsor di Barat, dan longsor di semenanjung Arab. Yang akhir yang demikian itu adalah keluarnya api yang keluar dari Yaman yang menggiring manusia ke tempat mahsyar mereka.’ HR. Muslim. (HR. Muslim no. 2901)
1. Keluarnya Dajjal:
Dajjal adalah seorang laki-laki dari anak cucu Adam a.s. Muncul di akhir zaman dan mengaku memiliki sifat rububiyah. Keluar dari Timur dari Khurasan. Kemudian ia berjalan di muka bumi, maka ia tidak meninggalkan satu negeri kecuali ia memasukinya, kecuali Masjidil Aqsha, Tursina, Makkah dan Madinah, ia tidak bisa memasukinya; karena malaikat menjaganya. Turun di danau asin, maka kota Madinah bergetar tiga kali, keluar darinya setiap orang kafir dan munafik.
Dari Abdullah bin Umar r.a, ia berkata, ‘Kami sedang duduk di sisi Rasulullah SAW, lalu beliau menyebutkan fitnah, beliau banyak menyebutnya sehingga menyebutkan fitnah ahlaas. Ada yang bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apakah fitnah ahlaas itu?’ Beliau menjawab, ‘Ia adalah lari dan perang.’ Kemudian fitnah as-saraa, asapnya dari bawah dua kaki seorang laki-laki dari ahli baitku. Dia mengaku bahwa dia dariku dan dia bukanlah dariku, sesungguhnya wali-wali (kekasih-kekasihku) adalah orang-orang yang bertaqwa. Kemudian manusia berdamai di atas seorang laki-laki seperti pinggul di atas tulang rusuk. Kemudian fitnah Duhaima yang tidak membiarkan seseorang dari umat ini kecuali menamparnya satu tamparan. Apabila dikatakan: berakhir fitnah tersebut malah semakin panjang. Jadilah pada saat seseorang pagi hari beriman dan sore hari menjadi kafir sehingga jadilah manusia ke kemah-kemah, kemah iman yang tidak ada kemunafikan padanya dan kemah nifak yang tidak ada iman padanya. Apabila sudah seperti itu, maka tunggulah Dajjal dari harinya atau besoknya.’ HR. Ahmad dan Abu Daud. (Shahih. HR. Ahmad no. 6168. Lihat as-Silsilah ash-Shahihah no. 974 dan Abu Daud no 4242 dan ini adalah lafazhnya, Shahih Sunan Abi Daud no. 3568)
Fitnah Dajjal:
Keluarnya Dajjal adalah fitnah besar disebabkan apa yang Allah SWT ciptakan bersamanya berupa perkara-perkara di luar kebiasan yang besar, yang membingungkan akal. Disebutkan dalam hadits shahih bahwa bersamanya ada surga dan neraka. Nerakanya adalah surga dan surganya adalah neraka. Dan sesungguhnya bersamanya ada gunung roti, sungai air. Dia menyuruh langit (untuk menurunkan hujan) maka turunlah hujan. Menyuruh bumi (untuk menumbuhkan tumbuhan) maka tumbuhlah tumbuhan. Perbendaharan bumi mengikutinya. Melewati bumi dengan kecepatan besar seperti hujan bila dibawa angin. Dia menetap di bumi selama empat puluh hari. Satu hari seperti setahun, satu hari seperti satu bulan, satu hari seperti satu Jum’at, dan semua harinya seperti hari-hari kita. Kemudian dia dibunuh oleh Isa bin Maryam a.s di sisi pintu ludd di Palestina.
Sifat Dajjal:
Rasulullah SAW memperingatkan kita dari mengikuti Dajjal atau membenarkannya. Beliau menjelaskan kepada kita sifat-sifatnya agar kita berhati-hati darinya. Menjelaskan bahwa ia seorang laki-laki, muda, berkulit merah, buta sebelah matanya, tidak mempunyai anak, tertulis di antara kedua matanya ‘kafir’ yang bisa dibaca setiap muslim.
Dari ‘Ubadah bin ash-Shamit r.a, ia berkata, ‘Rasulullah SAW bersabda, ‘Sesungguhnya Dajjal adalah seorang laki-laki pendek, berkaki bengkok, keriting, buta sebelah mata, terhapus mata, tidak menonjol dan tidak bermata cekung. Jika disamarkan kepadamu, maka ketahuilah bahwa Rabb kamu SWT tidak buta sebelah matanya.’ HR. Ahmad dan Abu Daud. (Shahih. HR. Ahmad no. 23144 dan ini lafadznya. Abu Daud no 4320, Shahih Sunan Abu Daud no.3630)
Tempat keluarnya Dajjal:
Dari an-Nawwas bin Sam’an r.a, ia berkata, ‘Rasulullah SAW menyebutkan Dajjal dan padanya…: ‘Sesungguhnya ia keluar (dari) celah-celah di antara Syam dan Iraq. Berbuat kerusakan di kanan dan di kiri.’ HR. Muslim. (HR. Muslim no 2937)
Tempat-tempat yang tidak bisa di masuki Dajjal:
1. Dari Anas r.a, ia berkata, ‘Rasulullah SAW bersabda, ‘Tidak ada satu kota melainkan akan diinjak oleh Dajjal kecuali Makkah dan Madinah.’ Muttafaqun ‘alaih. (Muttafaq ‘alaihi. HR. al-Bukhari no. 1881. dan Muslim no. 2942)
2. Dari seorang laki-laki dari sahabat Nabi SAW, sesungguhnya Nabi SAW menyebutkan Dajjal dan tentangnya ia berkata:… dan ia tidak bisa mendekati empat masjid: Masjidil Haram, masjid Madinah, Masjid ath-Thuur, dan Masjidil Aqsha.’ HR. Ahmad. (Shahih, HR. Ahmad no/ 24085. Lihat as-Silsilah ash-Shahihah no. 2934)
Pengikut-pengikut Dajjal:
Kebanyakan pengikut Dajjal adalah kaum Yahudi, Ajam (bangsa selain arab), Turki, dan berbagai manusia, kebanyakannya dari bangsa Arab badui dan wanita. Dari Anas bin Malik r.a, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, ‘Yang mengikuti Dajjal dari Yahudi Asfahan sebanyak 70.000 orang, mereka memakai jubah hijau (yang biasa dipakai ulama Persia).’ HR. Muslim. (HR. Muslim no. 2944.)
Menjaga dari fitnah Dajjal:
Hal itu dengan cara beriman kepada Allah SWT, berlindung dari fitnah Dajjal di dalam shalat secara khusus dan berlari darinya: “Barang siapa yang hapal sepuluh ayat dari permulaan surah Kahfi niscaya ia dipelihara dari Dajjal.” Dan dalam satu lafazh: ‘Barang siapa yang menemuinya dari kamu, maka hendaklah ia menbaca pembuka surah al-Kahfi.” HR. Muslim. (HR. Muslim no. 8009 dan no. 2937)
2. Turunnya Isa bin Maryam:
Setelah Dajjal keluar dan berbuat kerusakan di muka bumi, Allah SWT mengutus Isa bin Maryam a.s. Beliau turun ke bumi di sisi menara putih sebelah
Timur Damaskus, meletakkan kedua telapak tangannya di atas sayap dua orang malaikat, lalu ia membunuh Dajjal, berhukum dengan hukum Islam, mematahkan salib, membunuh babi, meletakkan pajak, harta melimpah ruah dan hilangnya permusuhan. Dia menetap selama tujuh tahun dan tidak ada permusuhan di antara manusia. Kemudian ia meninggal dunia dan kaum muslimin menshalatkannya.
Kemudian Allah SWT mengirim angin dingin yang baik dari arah Syam (Siria) maka tidak tersisa lagi seseorang di atas muka bumi yang di hatinya masih ada sedikit kebaikan atau iman melainkan ia mematikannya. Dan tersisalah manusia-manusia yang jahat secepat burung (dalam melampiaskan syahwat dan kejahatannya) dan watak binatang buas (dalam kezaliman dan permusuhan). Melakukan persetubuhan sebagaimana yang dilakukan keledai. Kemudian syetan memerintahkan mereka menyembah berhala, dan atas mereka terjadi hari kiamat.
Dari Abu Hurairah r.a, ia berkata, ‘Rasulullah SAW bersabda, ‘Demi Allah SWT yang diriku berada di Tangan-Nya, sudah dekat bahwa turun padamu Ibnu Maryam a.s sebagai pemimpin yang adil. Ia mematahkan salib, membunuh babi, meletakkan pajak, harta melimpah sehingga tidak ada seseorang yang menerimanya, sehingga satu kali sujud lebih baik dari dunia dan apa yang ada di dalamnya.”
Kemudian Abu Hurairah r.a berkata: Bacalah jika kamu menghendaki:
Tidak ada seorangpun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya. Dan di hari kiamat nanti Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka. (QS. An-Nisaa`:159) Muttafaqun ‘alaih. (Muttafaq ‘alaihi. HR. al-Bukhari 3448 dan ini adalah lafazhnya dan Muslim no. 155.)
3. Keluarnya Ya’juj dan Ma’juj:
Ya’juj dan Ma’juj adalah dua umat yang besar dari keturunan Adam a.s. Mereka adalah laki-laki yang kuat, tidak ada seorang pun yang mampu melawan mereka. Keluarnya mereka termasuk salah satu tanda hari kiamat yang besar. Mereka berbuat kerusakan di muka bumi, kemudian Isa a.s dan para sahabatnya berdoa untuk kebinasaan mereka, maka mereka semuanya mati.
1. Firman Allah SWT:
Hingga apabila dibukakan (tembok) Ya’juj dan Ma’juj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi. (QS. Al-Anbiyaa`:96)
2. Dari an-Nawwas bin Sam’an r.a, ia berkata, “Rasulullah SAW menyebutkan tentang Dajjal dan bahwa sesungguhnya Isa a.s membunuhnya di pintu Ludd… -dan di dalamnya-: ‘Tatkala Allah SWT mewahyukan kepada Isa a.s: ‘Sesungguhnya aku telah mengeluarkan hamba-hamba-Ku yang tidak ada seseorang pun yang bisa melawan mereka. Maka jagalah hamba-hamba-Ku ke (Gunung) Thur.’ Allah SWT membangkitkan Ya’juj dan Ma’juj dan mereka turun dengan cepat dari setiap tempat yang tinggi. Yang terdepan dari mereka melewati danau Thabariyah, lalu minum semua yang ada padanya. Dan lewat yang akhir dari mereka, mereka berkata, ‘Sungguh di tempat ini pernah ada air.’ Nabi Isa a.s dan para sahabatnya dikepung sehingga kepala sapi lebih baik bagi salah seorang dari mereka dari seratus dinar bagi salah seorang dari kalian pada hari ini (karena sangat kelaparan-pent). Maka Nabi Isa a.s dan para sahabatnya berdoa. Lalu Allah SWT mengutus ulat di leher mereka, lalu mereka semua terbunuh seperti matinya satu jiwa. Kemudian turunlah Nabi Isa a.s dan para sahabatnya ke bumi….”HR. Muslim. (HR. Muslim no. 2937)
Setelah turunnya Isa dan para sahabatnya ke bumi, beliau a.s berdoa kepada Allah SWT. Lalu Allah SWT mengirim burung-burung yang membawa Ya’juj dan Ma’juj dan melemparkan mereka di tempat yang dikehendaki oleh Allah SWT. Kemudian Allah SWT mengirimkan hujan untuk membersihkan bumi. Kemudian turunlah berkah di muka bumi, nampaklah sayuran dan buah-buahan, dan terasa berkah pada tumbuhan dan hewan.
4,5,6 Tiga peristiwa terbenamnya tanah (longsor):
Tiga peristiwa longsor besar termasuk tanda-tanda hari kiamat yang besar, yaitu longsor di Timur, longsor di Barat, dan longsor di Semenanjung Arab. Ini belum terjadi.
7. Asap/Kabut: Munculnya kabut di akhir zaman termasuk tanda-tanda hari kiamat yang besar.
1. Firman Allah SWT:
Maka tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang nyata. Yang meliputi manusia. Inilah azab yang pedih. (QS. Ad-Dukhaan:10-11)
2. Dari Abu Hurairah r.a, dari Nabi SAW, beliau bersabda, ‘Bersegeralah beramal shalih (sebelum) enam perkara: terbitnya matahari dari tempat tenggelamnya (sebelah Barat) atau kabut atau Dajal atau binatang atau kematian atau hari kiamat.” HR. Muslim. (HR. Muslim no. 2947)
8. Terbitnya matahari dari sebelah Barat:
Terbitnya matahari dari sebelah Barat termasuk salah satu tanda hari kiamat yang besar. Ia adalah tanda besar pertama yang memberitahukan perubahan kondisi alam. Di antara dalil-dalil keluarnya adalah sebagai berikut:
1. Firman Allah SWT:
Pada hari datangnya sebagian tanda-tanda Rabbmu tidaklah bermanfa’at lagi iman seseorang bagi dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya. …”. (QS. Al-An’aam:158)
2. Dari Abu Hurairah r.a, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, ‘Tidak terjadi hari kiamat sehingga terbit matahari dari sebelah Barat. Apabila matahari telah terbit dari sebelah Barat semua manusia beriman, maka pada hari itu: “tidaklah bermanfa’at lagi iman seseorang bagi dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya.” (QS. Al-An’aam:158). Muttafaqun ‘alaih. (Muttafaq ‘alaihi. HR. al-Bukhari no. 4635 dan Muslim no. 157 dan ini adalah lafazhnya.)
3. Dari Abdullah bin ‘Amr r.a, ia berkata, ‘Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Sesungguhnya pertama-tama tanda hari kiamat yang keluar adalah
terbitnya matahari dari sebelah Barat dan keluarnya binatang kepada manusia pada waktu dhuha. Apapun juga dari keduanya yang lebih dulu dari yang lain, maka yang lain itu akan menyusul dalam waktu dekat.”
HR. Muslim no.2942 (HR. Muslim no.2942)
9. Keluarnya binatang melata:
Keluarnya binatang melata di akhir zaman sebagai tanda sudah dekatnya hari kiamat. Ia keluar, lalu memberi tanda kepada manusia di atas hidung mereka. Mengekang hidung orang kafir dan menerangi wajah orang yang beriman. Di antara dalil-dalil keluarnya adalah:
1. Firman Allah SWT:
Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka, bahwa sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami. (QS. An-Naml:82)
2. Dari Abu Hurairah r.a, ia berkata, ‘Rasulullah SAW bersabda, ‘Apabila telah keluar tiga perkara niscaya tidaklah bermanfa’at lagi iman seseorang bagi dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya: terbitnya matahari dari sebelah Barat, Dajjal, dan binatang melata dari bumi.” HR. Muslim. (HR. Muslim no. 158)
10. Keluarnya api yang menggiring manusia:
Itu adalah api besar dari Timur, dari Yaman, dari dasar Adan. Ia adalah akhir tanda-tanda hari kiamat yang besar dan tanda pertama yang mengabarkan terjadinya hari kiamat. Ia keluar dari Yaman, kemudian tersebar di bumi dan menggiring manusia ke bumi mahsyar di Syam.
Tata cara api menggiring manusia:
Dari Abu Hurairah r.a, dari Nabi SAW, beliau bersabda, ‘Manusia digiring menurut tiga cara: senang, takut, dua di atas unta, tiga di atas unta, empat di atas unta, sepuluh di atas unta. Api yang menggiring selain mereka. Api tersebut tidur qailulah (di pagi hari) bersama mereka di tempat mereka tidur dan bermalam bersama mereka di tempat mereka bermalam. Berpagi-pagi bersama mereka di tempat mereka berpagi-pagi, dan bersore-sore bersama mereka di tempat mereka bersore-sore.”Muttafaqun ‘alaih. (Muttafaq ‘alaihi. HR. al-Bukhari no. 6522 dan ini adalah lafazhnya dan Muslim no. 2861)
Awal tanda hari kiamat:
Dari Anas bin Malik r.a, sesungguhnya Abdullah bin Salam r.a tatkala masuk Islam, ia bertanya kepada Nabi SAW tentang beberapa masalah. Di antaranya: apakah pertama-tama tanda hari kiamat? Nabi SAW menjawab, ‘Adapun pertama-tama tanda hari kiamat adalah adanya api yang menggiring manusia dari Timur ke Barat.” HR. al-Bukhari. (HR. al-Bukhari no. 3329)
Tanda-tanda yang terus menerus dan perubahan keadaan:
1. Apabila telah nampak salah satu tanda hari kiamat yang besar, niscaya tanda-tanda yang lain mengikutinya, sebagian mengikuti yang lain, seperti sabda Nabi SAW: “Tanda-tanda (hari kiamat itu bagaikan) manik-manik yang disusun dengan benang (kawat, tali). Apabila benang itu terputus, niscaya sebagiannya mengikuti yang lain.” HR. Hakim. (Shahih. HR. al-Hakim no. 8639. lihat as-Silsilah ash-Shahihah no. 1762)
2. Dari Anas r.a, ia berkata, ‘Rasulullah SAW bersabda, ‘Tidak terjadi hari kiamat sehingga tidak dikatakan lagi di muka bumi ‘Allah, Allah.
(HR. Muslim no. 148)
3. Dari Huzaifah bin al-Yaman r.a, ia berkata, ‘Rasulullah SAW bersabda, ‘Tidak terjadi hari kiamat sehingga orang paling bahagia di dunia adalah Luka’ bin Luka‘ (hamba yang bodoh anak hamba yang bodoh). HR. at-Tirmidzi. (Shahih. HR. at-Tirmidzi no 2209. Shahih Sunan Tirmidzi no. 1799)
TIUPAN TEROMPET
Shuur adalah tanduk seperti terompet. Allah SWT memerintahkan Israfil a.s agar meniup terompet yang pertama, yaitu tiupan kematian. Maka matilah yang ada di langit dan yang ada di bumi kecuali yang dikehendaki oleh Allah SWT.
Kemudian Allah SWT memerintahkannya agar meniup yang kedua, yaitu tiupan kebangkitan.
Kondisi semua makhluk saat tiupan terompet:
1. Firman Allah SWT:
Maka berpalinglah kamu dari mereka.(Ingatlah) hari (ketika) seorang penyeru (malaikat) menyeru kepada sesuatu yang tidak menyenangkan (hari pembalasan), sambil menundukkan pandangan-pandangan mereka keluar dari kuburan seakan-akan mereka belalang yang beterbangan, mereka datang dengan cepat kepada penyeru itu. Orang-orang kafir berkata: “Ini adalah hari yang berat”. (QS. 54:6-8)
2. Firman Allah SWT:
Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah SWT. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannnya masing-masing). (QS. Az-Zumar:68)
3. Firman Allah SWT:
Dan (ingatlah) hari (ketika) ditiup sangkakala, maka terkejutlah segala yang di langit dan segala yang di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah SWT. Dan semua mereka datang menghadap-Nya dengan merendahkan diri. (QS. An-Naml:87)
Jarak di antara dua tiupan:
Dari Abu Hurairah r.a, ia berkata, ‘Rasulullah SAW bersabda, ‘Jarak di antara dua tiupan adalah empat puluh .’ Mereka bertanya, ‘Wahai Abu Hurairah r.a, empat puluh hari? Ia menjawab, ‘Saya tidak mau (menjawab).’ Mereka bertanya, ‘Empat puluh bulan?’ Abu Hurairah r.a menjawab, ”Saya tidak mau (menjawab).’ Mereka bertanya lagi: ‘Empat puluh tahun?’ Abu Hurairah r.a menjawab,’Saya tidak mau (menjawab).” Muttafaqun ‘alaih. (Muttafaq ‘alaihi. HR. al-Bukhari no 4935 dan Muslim no 2955 dan ini adalah lafazhnya.)
Kapan terjadi hari kiamat:
1. Abu Hurairah r.a berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya pandangan peniup sangkakala (terompet) sejak diberi tugas kepadanya selalu siap memandang ke arah arasy karena khawatir ia diberi perintah sebelum matanya berkedip. Kedua matanya bagaikan dua bintang yang berkilau.” (HR. Al-Hakim). (Shahih. HR. Al-Hakim No. 8676. Lihat As-Silsilah Al-Shahihah No. 1078.)
2. Abu Hurairah r.a berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Sebaik baik hari yang matahari terbit padanya adalah hari Jum’at, pada hari itu Adam diciptakan, dan padanya ia dimasukkan ke dalam surga, dan pada hari itu pula ia dikeluarkan darinya. Hari kiamat tidak terjadi kecuali pada hari Jum’at.” (HR. Muslim). (HR. Muslim No. 854.)
HARI KEBANGKITAN
Alam-alam yang dilewati Hamba:
Alam ada tiga: alam dunia, kemudian alam barzakh, kemudian alam ketetapan di surga atau neraka. Allah SWT telah menjadikan hukum-hukum tertentu bagi setiap alam. Dia menciptakan manusia ini terdiri dari badan dan ruh dan menjadikan hukum-hukum dunia atas badan dan ruh mengikutinya, dan menjadikan hukum-hukum barzakh atas ruh dan badan mengikutinya, dan Dia SWT menjadikan hukum-hukum hari kiamat berupa kenikmatan dan siksa terhadap badan dan ruh secara bersamaan.
Al-Ba’ts (kebangkitan): yaitu menghidupkan orang mati saat ditiup terompet pada tiupan kedua. Lalu manusia berdiri untuk menghadap Rabb Semesta Alam dalam kondisi tidak beralas kaki, bertelanjang, tidak berkhitan. Setiap hamba dibangkitkan menurut apa yang dia mati atasnya.
1. Firman Allah SWT:
Dan ditiuplah sangkakala, maka tiba-tiba mereka keluar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Rabb mereka. Mereka berkata: “Aduh celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?” Inilah yang dijanjikan (Rabb) Yang Maha Pemurah dan benarlah Rasul-rasul(Nya). (QS. Yasiin: 51-52).
2. Firman Allah SWT:
Kemudian, sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati. Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat. (QS. Al-Mukminun: 15-16).
Gambaran Kebangkitan:
Allah SWT menurunkan air dari langit, lalu manusia tumbuh seperti tumbuhnya sayuran.
1. Firman Allah SWT:
Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab angin itu berbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran. (QS. Al-A’raaf: 57).
2. Abu Hurairah r.a berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Jarak di antara dua tiupan sangkakala ada empat puluh. Mereka bertanya: ‘Wahai Abu Hurairah r.a, empat puluh hari?’ Ia berkata: ‘Aku enggan (menjawab).’ Mereka bertanya: ‘Empat puluh bulan?’ Ia menjawab: Aku enggan.’ Mereka bertanya: ‘Empat puluh tahun?’ Ia menjawab: ‘Aku enggan.’ Kemudian Allah SWT menurunkan air dari langit. Lalu mereka tumbuh seperti tumbuhnya sayuran. Tidak ada sesuatu dari (tubuh) manusia kecuali hancur selain ujung tulang sulbi bagian bawah. Dan darinya disusun makhluk pada hari kiamat.” (Muttafaqun ‘alaih). (Muttafaq ‘alaihi HR. Bukhari No. 4935 dan Muslim No 2955. ini adalah lafadznya.)
Orang yang pertama kali terbelah kuburnya:
Abu Hurairah r.a berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Aku adalah pemimpin anak cucu Adam pada hari kiamat, orang yang pertama kali terbelah kuburnya, yang pertama memberi syafaat, dan yang pertama diberi syafaat.” (HR. Muslim). (HR. Muslim No. 2278.)
Siapa yang dikumpulkan pada hari kiamat?:
1. Firman Allah SWT:
Katakanlah: “Sesungguhnya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang kemudian, benar-benar akan dikumpulkan di waktu tertentu pada hari yang dikenal. (QS. Al-Waqi’ah: 49-50).
2. Firman Allah SWT:
ٰ
Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba. Sesungguhnya Allah SWT telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti. Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah SWT pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri. (QS. Maryam: 93-95).
3. Firman Allah SWT:
Dan (ingatlah) akan hari (yang ketika itu) Kami perjalankan gunung-gunung dan kamu akan melihat bumi itu datar dan Kami kumpulkan seluruh manusia, dan tidak Kami tinggalkan seorangpun dari mereka. (QS. Al-Kahfi: 47).
(Sifat Karakteristik) Padang Mahsyar:
1. Firman Allah SWT:
(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan mereka semuanya (di padang Mahsyar) berkumpul menghadap ke hadirat Allah SWT yang Maha Esa lagi Maha Perkasa. (QS. Ibrahim : 48).
2. Sahl bin Sa’ad r.a berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Manusia akan dibangkitkan pada hari kiamat di atas bumi putih berdebu seperti selembar roti yang bersih, tidak ada padanya tanda/bendera bagi seseorang.” (Muttafaqun ‘alaih). (HR. Bukhari No. 6521 dan Muslim No. 2790 dan ini adalah lafazhnya.)
Sifat (Karakteristik) pengumpulan manusia pada hari kiamat:
1. Aisyah radhiyAllahu’anha berkata bahwa ‘Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Manusia dibangkitkan pada hari kiamat dalam kondisi tidak beralas kaki, bertelanjang, tidak dikhitan.” Aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah, wanita dan laki-laki semuanya, satu sama lain saling memandang?’ Beliau SAW menjawab: “Hai Aisyah, perkaranya lebih berat dari (kesempatan) saling melihat satu sama lain.” (Muttafaqun ‘alaih). (HR. Bukhari No. 6527 dan Muslim No. 2859 dan ini adalah lafazhnya)
2. Orang-orang beriman dikumpulkan sebagai putusan yang terhormat lagi dimuliakan, sebagaimana firman Allah SWT:
(Ingatlah) hari (ketika) Kami mengumpulkan orang-orang yang taqwa kepada Yang Maha Pemurah sebagai putusan yang terhormat. (QS. Maryam: 85).
3. Orang-orang kafir dikumpulkan diseret atas wajah mereka dalam kondisi buta, tuli, bisu, haus, dan biru buram, yang pertama dari mereka ditahan atas yang terakhir, lalu mereka dihalau ke neraka secara bersama-sama.
1. Firman Allah SWT:
Dan Kami akan mengumpulkan mereka pada hari kiamat (diseret) atas muka mereka dalam keadaan buta, bisu dan tuli. Tempat kediaman mereka adalah neraka jahanam. Tiap-tiap kali nyala api jahanam itu akan padam, Kami tambah lagi bagi mereka nyalanya. Itulah balasan bagi mereka, karena sesungguhnya mereka kafir kepada ayat-ayat Kami …” (QS. Al-Isra: 97-98).
2.Firman Allah SWT:
dan Kami akan menghalau orang-orang yang durhaka ke neraka Jahannam dalam keadaan dahaga. (QS. Maryam: 86).
3. Firman Allah SWT:
(yaitu) pada hari (yang pada waktu itu) ditiup sangkakala dan Kami akan mengumpulkan pada hari itu orang-orang yang berdosa dengan muka yang biru buram; (QS. Thaha: 102).
4. Firman Allah SWT:
Dan (ingatlah) hari (ketika) musuh-musuh Allah SWT digiring ke dalam neraka lalu mereka dikumpulkan (semuanya). (QS. Fushshilat: 19).
5. Firman Allah SWT:
(kepada malaikat diperintahkan): “Kumpulkanlah orang-orang yang zalim bersama teman sejawat mereka dan sembahan-sembahan yang selalu mereka sembah selain Allah SWT; maka tunjukkanlah kepada mereka jalan ke neraka. (QS. Ash-Shaffat: 22-23).
6. Dari Anas bin Malik r.a, sesungguhnya seorang laki-laki bertanya, ‘Hai Rasulullah SAW, bagaimana digiring orang kafir di atas mukanya pada hari kiamat?’ Beliau menjawab: “Bukankah Allah SWT Yang menjalankannya di atas kedua kakinya di dunia Maha Kuasa menjalankannya di di atas mukanya pada hari kiamat?” (Muttafaqun ‘alaih). (HR. Bukhari No 4760 dan Muslim No 2806 dan ini adalah lafazhnya.)
4. Pada hari kiamat, Allah SWT mengumpulkan dan menggiring binatang melata, binatang berkaki empat, binatang liar, dan burung. Kemudian terjadi qishash di antara mereka. Lalu diqishash untuk kambing yang tidak bertanduk dari yang bertanduk yang dulu telah menanduknya. Apabila Allah SWT telah selesai melakukan qishash di antara binatang, Dia berfirman baginya: ‘Jadilah tanah.’ Firman Allah SWT:
Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatu apapun di dalam Al-Kitab, kemudian kepada Rabblah mereka dihimpunkan. (QS. Al-An’aam: 38).
HURU HARA HARI KIAMAT
Hari kiamat adalah hari yang besar perkaranya dan berat huru haranya. Pada hari itu, hamba-hamba dihantui rasa takut dan terkejut, dan terangkat padanya pandangan-pandangan gelap. Allah SWT menjadikannya atas orang-orang beriman seperti waktu di antara Zhuhur dan Ashar, dan terhadap orang-orang kafir (50.000) lima puluh ribu tahun. Di antara huru haranya:
1. Firman Allah SWT:
Maka apabila sangkakala ditiup sekali tiup, dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali bentur. Maka pada hari itu terjadilah kiamat, dan terbelahlah langit, karena pada hari itu langit menjadi lemah. (QS. Al-Haaqqah: 13-16).
2. Firman Allah SWT:
Apabila matahari digulung dan apabila bintang-bintang berjatuhan, dan apabila gunung-gunung dihancurkan, dan apabila unta-unta yang bunting ditinggalkan (tidak diperdulikan), dan apabila binatang-binatang liar dikumpulkan, dan apabila lautan dipanaskan. (QS. At-Takwiir: 1-6).
3. Firman Allah SWT:
Apabila langit terbelah, dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan, dan apabila lautan dijadikan meluap, dan apabila kuburan-kuburan dibongkar, (QS. Al-Infithar: 1-4).
4. Firman Allah SWT:
Apabila langit terbelah, dan patuh kepada Rabbnya, dan sudah semestinya langit itu patuh, apabila bumi diratakan, dan memuntahkan apa yang ada di dalamnya dan menjadi kosong, dan patuh kepada Rabbnya, dan sudah semestinya bumi itu patuh, (pada waktu itu manusia akan mengetahui akibat perbuatannya). (QS. Al-Insyiqaaq: 1-5).
5. Firman Allah SWT:
Apabila terjadi hari kiamat, terjadinya kiamat itu tidak dapat didustakan (disangkal). (Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan yang lain), apabila bumi digoncangkan sedahsyat-dasyatnya dan gunung-gunung dihancur luluhkan sehancur-hancurnya, maka jadilah ia debu yang beterbangan, (QS. Al-Waaqi’ah: 1-6).
6. Ibnu Umar r.a berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang ingin melihat hari kiamat seakan-akan melihat dengan pandangan mata telanjang, maka hendaklah ia membaca: Apabila matahari digulung (QS. At-Takwiir: 1). Apabila langit terbelah, (QS. Al-Infithar :1), Apabila langit terbelah,. (QS. Al-Insyiqaaq: 1).” (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi). (Shahih. HR. Ahmad No. 4806. Lihat As-Silsilah Ash-Shahihah No 108. dan At-Tirmidzi No. 3333 dan ini adalah lafazhnya, Shahih Sunan Abu Daud no 2653.)
Pergantian Bumi dan Langit pada Hari Kiamat:
1. Firman Allah SWT:
(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan mereka semuanya (di padang Mahsyar) berkumpul menghadap ke hadirat Allah SWT yang Maha Esa lagi Maha Perkasa. (QS. Ibrahim: 48).
2. Firman Allah SWT:
(Yaitu) pada hari Kami menggulung langit sebagai menggulung lembaran-lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah janji yang pasti Kami tepati; sesungguhnya Kami-lah yang akan melaksanakannya. (QS. Al-Anbiyaa: 104).
Manusia berada di mana saat pergantian langit dan bumi:
Dari Tsauban r.a maula Rasulullah SAW, ia berkata, ‘Aku berdiri di sisi Rasulullah SAW, lalu datang salah seorang dari pendeta Yahudi … Orang Yahudi itu berkata, ‘Manusia berada di mana saat terjadi pergantian langit dan bumi?’ Rasulullah SAW bersabda: “Mereka di dalam kegelapan sebelum jembatan.’ Dalam satu riwayat: ‘di atas titian‘.” (HR. Muslim). (HR. Muslim No. 315 dan No. 2791 dari Aisyah radhiyAllahu ‘anha.)
Tempat Berhenti yang sangat panas dan huru haranya:
Allah SWT mengumpulkan semua makhluk setelah membangkitkan mereka dalam satu tanah terbuka di halaman depan hari kiamat dalam kondisi tidak beralas kaki, tidak berpakaian, lagi tidak dikhitan. Dan hal itu untuk memberi keputusan, dan manusia berkeringat menurut ukuran amal perbuatan mereka (semasa hidup di dunia).
1. Al-Miqdad bin Al-Aswad r.a berkata bahwa ‘Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Matahari berada di dekat semua makhluk pada hari kiamat, sampai ada yang berada di dekat mereka seperti ukuran mil. Dalam berkeringat, manusia juga menurut amal ibadah mereka. Di antara mereka ada yang sampai dua mata kakinya, ada yang sampai dua lututnya, ada yang sampai dua pinggangnya, dan ada yang dikekang (digenangi) oleh keringat. Al-Miqdad bin al-Aswad r.a berkata: ‘Dan Rasulullah SAW mengisyaratkan ke mulutnya.” (HR. Muslim). (HR. Muslim No. 2864)
2. Dari Abu Hurairah r.a, Nabi SAW bersabda: “Pada hari kiamat, Allah SWT memegang bumi dan melipat langit dengan tangan kanan-Nya, kemudian Dia SWT berfirman: Aku adalah Sang Raja, di manakah raja-raja di bumi?” (Muttafaqun ‘alaih). (HR. Bukhari No 7382 dan Muslim No. 2787.)
Allah SWT Datang untuk Memberi Keputusan:
Allah SWT akan datang pada hari kiamat untuk memberi keputusan, lalu bumi bersinar dengan cahaya-Nya dan semua makhluk pingsan karena pengaruh, keagungan dan kebesaran-Nya.
1. Firman Allah SWT:
Jangan (berbuat demikian). Apabila bumi digoncangkan berturut-turut, dan datanglah Rabbmu; sedang malaikat berbaris-baris. (QS. Al-Fajr: 21-22).
2. Dari Abu Hurairah r.a, sesungguhnya Nabi SAW bersabda: “Janganlah kamu mengutamakan aku atas Musa a.s. Sesungguhnya semua manusia pingsan pada hari kiamat, aku pingsan bersama mereka. Lalu aku adalah orang pertama yang sadar/siuman, ternyata Musa a.s bergantung dengan kuat di samping arasy. Aku tidak tahu, apakah dia (Musa a.s) termasuk orang yang pingsan, lalu siuman lebih dahulu dariku, atau Musa a.s termasuk orang yang dikecualikan oleh Allah SWT.” (Muttafaqun ‘alaih). (HR. Bukhari No 2411 dan ini adalah lafazhnya, dan Muslim No. 2373.)
KEPUTUSAN PEMISAH
Apabila manusia digiring dan dikumpulkan kepada Rabb mereka pada hari kiamat, dan kepayahan sudah mencapai puncaknya karena beratnya huru-hara dan susahnya mauqif, mereka berharap kepada Rabb agar memberi keputusan pada mereka dan memisahkan di antara mereka. Apabila mereka sudah lama berdiri dan berat kesusahan mereka, mereka pergi kepada para nabi agar memberi syafaat untuk mereka di sisi Rabb agar Dia SWT memberi keputusan di antara mereka.
1. Firman Allah SWT:
Ini adalah hari, yang mereka tidak dapat berbicara (pada hari itu), dan tidak diizinkan kepada mereka minta uzur sehingga mereka (dapat) minta uzur. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. Ini adalah hari keputusan; (pada hari ini) Kami mengumpulkan kamu dan orang-orang yang terdahulu. Jika kamu mempunyai tipu daya, maka lakukanlah tipu dayamu itu terhadap-Ku. (QS. Al-Mursalaat: 35-39).
2. Dari Abu Hurairah r.a, sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: “Aku adalah pemimpin anak cucu Adam a.s pada hari kiamat. Tahukah kamu, dengan apa?’ Pada hari kiamat Allah SWT mengumpulkan generasi pertama dan generasi terakhir (dari umat manusia) di satu tanah lapang. Maka pemanggil memperdengarkan mereka, pandangan menembuskan mereka, matahari dekat, duka cita dan kesusahan sampai kepada manusia, apa yang tidak tertahankan lagi dan mereka tidak bisa memikulnya lagi. Sebagian manusia berkata kepada sebagian yang lain: ‘Apakah kamu tidak melihat apa yang kamu padanya? Apakah kamu tidak melihat apa yang telah sampai kepadamu? Apakah kamu tidak memperhatikan siapa yang bisa memberi syafaat untuk kamu kepada Rabbmu.
Sebagian manusia berkata kepada yang lain: ‘Datanglah kepada Adam. Lalu mereka datang kepada Adam a.s. Mereka berkata: ‘Hai Adam, engkau adalah bapak umat manusia. Allah SWT telah menciptakanmu dengan Tangan-Nya, meniup padamu dari ruh (yang berasal dari)Nya. Dia SWT menyuruh malaikat (agar sujud kepadamu), lalu mereka sujud kepadamu. Mintalah syafaat untuk kami kepada Rabbmu. Apakah engkau tidak melihat musibah apa yang menimpa kami?. Apakah kamu tidak melihat kepada apa yang telah sampai kepada kami.’ Adam berkata, ‘Sesungguhnya Rabb-ku sangat marah pada hari ini yang Dia SWT belum pernah marah sebelumnya dengan kemarahan serupa, dan tidak akan marah sesudahnya dengan kemarahan serupa. Dia SWT telah melarang aku dari mendekati pohon, lalu aku melanggarnya. Diriku-diriku, pergilah kepada selain Aku. Lalu mereka pergi kepada Nuh a.s, Ibrahim a.s, Musa a.s, dan Isa a.s. Maka setiap orang meminta maaf dan semuanya berkata: ‘Sesungguhnya Rabb-ku sangat marah pada hari ini yang Dia SWT belum pernah marah sebelumnya dengan kemarahan serupa, dan tidak akan marah sesudahnya dengan kemarahan serupa… Diriku diriku.
Kemudian Isa a.s berkata: ‘Pergilah kepada selain aku, pergilah kepada Muhammad SWT. Lalu mereka datang kepadaku seraya berkata: ‘Wahai Muhammad, engkau adalah utusan Allah SWT dan penutup para Nabi. Allah SWT telah mengampuni dosamu yang terdahulu dan yang akan datang. Mintakanlah syafaat untuk kami kepada Rabbmu. Apakah engkau tidak melihat apa-apa yang kami berada di dalamnya. Apakah engkau tidak melihat apa-apa yang telah sampai kepada kami?
Lalu aku pergi, lalu aku datang di bawah arys. Aku tersungkur sujud kepada Rabb-ku. Kemudian Allah SWT membuka atasku dan memberi ilham kepadaku dari segala pujiannya. Memberi pujian dengan baik kepada-Nya sesuatu yang belum pernah dibukakan kepada seseorang sebelum aku. Kemudian dikatakan: ‘Hai Muhammad, angkatlah kepalamu, mintalah niscaya engkau akan diberi, mintalah syafaat niscaya engkau diberi syafaat.’ Lalu aku mengangkat kepalaku, aku berkata: ‘Wahai Rabbku, umatku-umatku.’
Dikatakan: ‘Hai Muhammad, masukkanlah ke dalam surga dari umatmu, orang yang tidak ada hisab atasnya dari pintu kanan dari pintu-pintu surga. Dan mereka bersama-sama manusia pada pintu-pintu lainnya. Demi (Allah SWT) yang diri Muhammad berada di tangan-Nya, sesungguhnya jarak di antara dua daun pintunya dari daun-daun pintu surga sebagaimana jarak di antara Makkah dan Hajar, atau seperti jarak di antara Makkah dan Bushra.”. (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari No 4712 dan Muslim No. 194 dan ini adalah lafazhnya)
Kemudian Allah SWT memisahkan di antara manusia, lalu diberikan buku-buku (catatan amal), diletakkan timbangan, dan manusia dihisab. Maka, ada yang mengambil buku catatan amalnya dengan tangan kanannya ke surga dan ada yang mengambil catatan amalnya dengan tangan kirinya ke neraka.
1. Firman Allah SWT:
Dan kamu (Muhammad) akan melihat melaikat-malaikat berlingkar di sekeliling ‘Arsy bertasbih sambil memuji Rabb-nya; dan diberi putusan di antara hamba-hamba Allah SWT dengan adil dan diucapkan: “Segala puji bagi Allah SWT, Rabb semesta alam”. (QS. Az-Zumar: 75).
2. Dari Abu Sa’id al-Khudri r.a, ia berkata, ‘Kami bertanya, ‘Ya Rasulullah, apakah kami akan melihat Rabb kami pada hari kiamat?’ Beliau menjawab: “Apakah kamu disamarkan dalam melihat matahari dan bulan bila cuaca cerah.’ Kami menjawab, ‘Tidak.’ Beliau bersabda: “Sesungguhnya kalian tidak disamarkan dalam melihat Rabb kalian pada hari itu melainkan sebagaimana kamu disamarkan dalam melihat keduanya.’ Kemudian beliau bersabda, ‘Kemudian munadi (penyeru) memanggil, ‘Hendaklah setiap kaum pergi kepada apa yang mereka sembah. Maka penyembah salib pergi bersama salibnya, penyembah berhala pergi bersama berhalanya, dan penyembah setiap tuhan bersama tuhannya. Sehingga tersisa orang yang menyembah Allah SWT, dari yang baik dan yang fasik, dan sisa-sisa ahli kitab.
Kemudian didatangkan neraka Jahannam yang dipaparkan seakan-akan fatamorgana, dikatakan kepada kaum Yahudi: ‘Apakah yang kamu sembah?’ Mereka menjawab, ‘Kami menyembah Uzair anak Allah SWT.’ Dikatakan: ‘Kamu berdusta, Allah SWT tidak mempunyai istri dan anak, apa yang kamu inginkan?’ Mereka menjawab, ‘Kami ingin Engkau memberi minum kepada kami.’ Dikatakan: ‘Minumlah, lalu mereka berjatuhan di Neraka Jahanam.’
Kemudian dikatakan kepada kaum Kristen: ‘Apakah yang kamu sembah?’ Mereka menjawab: ‘Kami menyembah al-Masih anak Allah SWT.’ Dikatakan: ‘Kamu berdusta, Allah SWT tidak mempunyai istri dan anak, apa yang kamu inginkan?’ Mereka menjawab: ‘Kami ingin Engkau memberi minum kepada kami.’ dikatakan: ‘Minumlah, lalu mereka berjatuhan di Neraka Jahanam.’
Sehingga tersisa orang yang menyembah Allah SWT dari yang shalih dan fasik. Dikatakan kepada mereka: ‘Apakah yang kamu butuhkan, dan sementara manusia telah pergi?’ Mereka menjawab: ‘Kami telah berpisah dengan mereka, dan kami lebih membutuhkan air pada hari ini, dan sesungguhnya kami mendengar orang yang memanggil: ‘Hendaklah setiap kaum menemui apa yang mereka sembah.’ Dan kami menunggu Rabb kami.’ Beliau bersabda, ‘Lalu datanglah al-Jabbar (Allah SWT) bukan dalam bentuk yang mereka lihat pertama kali. Dia SWT berfirman: ‘Aku adalah Rabbmu.’ Mereka berkata: ‘Engkau adalah Rabb kami.’ Maka tidak ada yang berbicara kepada-Nya selain para Nabi‘alaihimusssalam.’
Ia berkata: ‘Adakah di antaramu dan di antara-Nya tanda yang kamu kenal?’ Mereka menjawab: ‘Betis.’ Lalu Dia SWT membuka betis-Nya, maka sujudlah setiap orang yang beriman, dan tersisalah orang yang sujud kepada Allah SWT karena riya dan sum’ah, lalu ia sujud seperti apa yang ia sujud, lalu belakangnya kembali satu lapisan.
Kemudian didatangkan jembatan, lalu dijadikan di antara dua punggung (di atas) neraka Jahannam.’ Kami bertanya: ‘Apakah jisr (jembatan) itu?’ Beliau menjawab: ‘Tempat yang licin, di atasnya ada besi pengait, dan duri keras yang diratakan, baginya ada duri yang melinggar, ia ada di Najd. Dinamakan baginya: as-Sa’daan. Orang beriman di atasnya (jembatan) seperti kedipan mata, seperti kilat, seperti angin, seperti kuda dan tunggangan yang baik/terlatih. Ada yang selamat diselamatkan, yang selamat tapi tergores, dan yang didorong di Neraka Jahannam. Hingga yang terakhir dari mereka diseret satu seretan. Kamu tidaklah berharap melebihi aku dalam kebenaran. Sudah jelas orang yang beriman pada hari itu bagi al-Jabbar (Allah).
Apabila mereka telah melihat bahwa mereka telah selamat pada saudara-saudara mereka, mereka berkata: ‘Rabb kami, saudara-saudara kami. Mereka shalat dan puasa serta beramal bersama kami.’ Allah SWT berfirman: ‘Pergilah, siapa yang kamu dapatkan di hatinya ada iman seberat dinar, maka keluarkanlah ia, dan Allah SWT mengharamkan rupa/wajah mereka atas api neraka. Lalu mereka datang, dan sebagian mereka telah hilang di neraka hingga tumit/kakinya, sampai pertengahan kedua betisnya. Lalu mereka mengeluarkan orang yang mereka kenal. Kemudian mereka kembali, lalu Dia berfirman: “Pergilah, siapa yang kamu temukan iman di hatinya seberat atom, maka keluarkanlah. Lalu mereka mengeluarkan orang yang mereka kenal.’
Abu Said r.a berkata: ‘Jika kamu tidak membenarkan saya, bacalah: “Sesungguhnya Allah SWT tidak berbuat aniaya seberat biji sawipun, dan jika amal perbuatan itu baik niscaya Dia SWT akan melipatgandakannya“.
Lalu para Nabi, malaikat dan kaum mukminin memberi syafaat. Al-Jabbar berfirman: ‘Tersisa syafaat-Ku.’ Lalu Dia SWT mengambil satu genggam dari neraka, lalu mengeluarkan beberapa kaum yang telah dibakar. Maka dilemparkan di sungai di tepi surga yang dinamakan air kehidupan. Tumbuhlah mereka di dua tepinya sebagaimana tumbuhnya biji-bijian yang hanyut dibawa banjir. Kamu telah melihatnya di tepi batu besar, ke tepi pohon. Apa (tumbuhan) yang mengarah ke matahari darinya, ia lebih hijau dan apa (tumbuhan) yang darinya lebih teduh, ia lebih putih.
Lalu mereka keluar bagaikan mutiara, di leher mereka diberikan tanda, maka mereka masuk surga. Para penghuni surga berkata: ‘Mereka adalah orang-orang yang dibebaskan oleh ar-Rahman (Allah SWT). Dia SWT memasukkan mereka di dalam surga tanpa amalan yang mereka lakukan, dan tidak pula kebaikan yang mereka upayakan.’ Dikatakan kepada mereka: ‘Bagimu apa yang kamu lihat dan seumpamanya bersamanya.’ Muttafaqun alaih.(
HR. Bukhari No 7439 dan ini adalah lafazhnya, dan Muslim No. 183.)
HISAB (PERHITUNGAN AMAL) DAN MIZAN (TIMBANGAN)
Hisab: Yaitu Allah SWT menahan hamba-hamba-Nya di hadapan-Nya dan memperlihatkan pada mereka amal perbuatan yang telah mereka lakukan. Kemudian membalas mereka menurut kadar amal perbuatan mereka. Satu kebaikan dengan balasan sepuluh kali lipat hingga tujuh ratus kali lipat hingga kelipatan yang banyak, dan kejahatan dengan balasan seumpamanya.
Mengambil catatan amal:
Setiap orang yang berada di mauqif diberikan kitab catatan amalnya. Di antara mereka ada yang diberikan kitabnya dengan tangan kanannya, dan mereka adalah orang-orang yang beruntung. Dan di antara mereka ada yang diberi kitabnya dengan tangan kiri dari belakang punggungnya, dan mereka adalah orang-orang yang celaka.
1. Firman Allah SWT:
Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja sungguh-sungguh menuju Rabbmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya. Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka ia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, dan dia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira. Adapun orang yang diberikan kitabnya dari belakang, maka dia akan berteriak: “Celakalah aku”. Dan dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka). (QS. Al-Insyiqaaq: 6-12).
2. Firman Allah SWT:
Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya dari sebelah kirinya, maka dia berkata: “Wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini), Dan aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku, Wahai kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu, (QS. Al-Haaqqah: 25-27).
Meletakkan Timbangan:
Diletakkan timbangan pada hari kiamat untuk menghisab semua makhluk. Manusia maju satu persatu untuk dihisab. Lalu Rabb mereka menghisab mereka dan bertanya kepada mereka tentang amal perbuatan mereka. Apabila hisab telah sempurna, sesudahnya adalah timbangan amal perbuatan.
1. Firman Allah SWT:
Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tidaklah dirugikan seseorang barang sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun pasti kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan. (QS. Al-Anbiyaa: 47).
2. Dan firman Allah SWT:
Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, maka tempat kembalinya adalah Neraka Hawiyah. Dan tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu (yaitu) api yang sangat panas. (QS. Al-Qaari’ah: 6-11).
3. Ibnu Umar r.a berkata bahwa saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Orang beriman didekatkan dari Rabb-nya pada hari kiamat sehingga Dia SWT meletakkan atasnya perlindungan-Nya, lalu mengikrarkan kepadanya dosa-dosanya. Dia SWT bertanya: ‘Apakah kamu mengetahuinya?’ Ia menjawab: ‘Benar, wahai Rabb, aku mengetahuinya.’ Allah SWT berfirman: ‘Sesungguhnya Aku telah menutupinya semasa di dunia dan sungguh Aku mengampuninya untukmu pada hari ini.’ Lalu diberilah catatan amal kebaikannya. Adapun orang-orang kafir dan orang-orang munafik, maka Allah SWT menyeru mereka di hadapan semua makhluk, mereka adalah orang-orang yang berdusta kepada Allah SWT.’ (Muttafaqun ‘alaih). (Muttafaqun’alaihi. HR. Bukhari No 2441 dan Muslim No 2768 dan ini adalah lafazhnya.)
Pertanyaan yang diajukan kepada manusia pada hari kiamat:
1. Firman Allah SWT:
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya. (QS. Al-Israa: 36).
2. Firman Allah SWT:
Dan (ingatlah) hari (di waktu) Allah SWT menyeru mereka seraya berkata: “Di manakah sekutu-sekutu-Ku yang dahulu kamu katakan?” (QS. Al-Qashash: 62).
3. Firman Allah SWT:
Dan (ingatlah) hari (di waktu) Allah SWT menyeru mereka, seraya berkata:”Apakah jawabanmu kepada para rasul?” (QS. Al-Qashash: 65).
4. Firman Allah SWT:
Maka demi Rabbmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua, tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu. (QS. Al-Hijr: 92-93).
5. Firman Allah SWT:
…dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya. (QS. Al-Isra: 34).
6. Firman Allah SWT:
kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu). (QS. At-Takatsur: 8).
7. Firman Allah SWT:
Maka sesungguhnya Kami akan menanyai umat-umat yang telah diutus rasul-rasul kepada mereka dan sesungguhnya Kami akan menanyai (pula) rasul-rasul (Kami), Maka sesungguhnya akan Kami kabarkan kepada mereka (apa-apa yang telah mereka perbuat), sedang (Kami) mengetahui (keadaan mereka), dan Kami sekali-kali tidak jauh (dari mereka). (QS. Al-A’raaf: 6-7).
8. Abu Barzah al-Aslami r.a berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Tidak bergerak kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai ia ditanya tentang umurnya kemana ia menghabiskannya, tentang ilmunya apa yang dia lakukan, tentang hartanya dari mana ia mendapatkannya dan kemana ia belanjakan, dan tentang tubuhnya kemana ia hancurkan.” (HR. At-Tirmidzi dan ad-Darimi). (Shahih, HR. At-Tirmidzi No. 2417 dan ini adalah lafazhnya, Shahih Sunan at-Tirmidzi No 1970, dan ad-Darimi No 543.
Lihat as-Silsilah ash-Shahihah No 946.)
Tata Cara Hisab:
Orang-orang yang dihisab pada hari kiamat ada dua golongan:
1. Di antara mereka ada yang dihisab dengan hisab yang mudah, yaitu dilewatkan saja.
Dari Aisyah radhiyAllahu ‘anha, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, ‘Tidak ada seseorang yang dihisab pada hari kiamat kecuali binasa.’ Saya katakan: ‘Wahai Rasulullah, bukankah Allah SWT berfirman:
Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka ia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah.
Rasulullah SAW bersabda, ‘Sesungguhnya hal itu hanyalah sekedar lewat, dan tidak ada seseorang yang dihisab pada kiamat kecuali disiksa.” (Muttafaqun ‘alaih). (HR. Bukhari No. 6537 dan ini adalah lafazhnya, dan Muslim No 2876.)
2. Di antara mereka ada yang dihisab dengan hisab yang susah dan ditanya tentang segala yang kecil dan besar. Jika ia benar, maka alangkah baiknya. Dan jika ia berusaha bohong atau menyembunyikan, maka sesungguhnya ditutup mulutnya dan anggota tubuhnya yang berbicara, sebagaimana firman Allah SWT:
Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksian kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan. (QS. Yasiin: 65).
Umat-umat yang dihisab:
Hisab pada hari kiamat berlaku umum kepada semua umat kecuali mereka yang dikecualikan oleh Nabi SAW. Mereka adalah 70.000 orang dari umat ini, mereka masuk surga tanpa hisab dan tidak ada siksa.
Orang-orang kafir akan dihisab dan diperlihatkan amal perbuatan mereka pada hari kiamat sebagai celaan bagi mereka. Mereka berbeda-beda dalam siksaan. Siksaan orang yang banyak kejahatannya lebih besar dari pada siksaan orang yang memiliki kesalahan sedikit. Barangsiapa yang memiliki kebaikan-kebaikan niscaya diringankan siksaan darinya, akan tetapi dia tidak masuk surga.
Umat yang pertama kali dihisab adalah umat Muhammad SAW, dan amal perbuatan yang pertama kali dihisab adalah shalat. Jika shalatnya baik niscaya baiklah semua amalnya dan jika rusak niscaya rusaklah semua amalnya. Dan yang pertama kali diputuskan di antara manusia adalah persoalan darah.
Tata Cara Timbangan:
Amal perbuatan hamba akan ditimbang pada hari kiamat berupa kebaikan atau keburukan. Barangsiapa yang kebaikannya lebih banyak niscaya ia beruntung dan barangsiapa yang kejahatannya lebih banyak niscaya ia binasa. Ditimbang pelakunya, amalnya, dan daun timbangannya; untuk menampakkan keadilan-Nya di antara semua hamba-Nya. Dan (amal ibadah) yang paling berat yang diletakkan dalam timbangan hamba pada hari kiamat adalah akhlak yang baik.
1. Firman Allah SWT:
Timbangan pada hari itu ialah kebenaran (keadilan), maka barangsiapa berat timbangan kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan siapa yang ringan timbangan kebaikannya, maka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, disebabkan mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami. (QS.al-A’raaf: 8-9).
2. Dari Abu Hurairah r.a, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya akan datang seorang laki-laki pada Hari Kiamat yang tidak ada timbangannya (nilainya) di sisi Allah SWT seberat sayap lalatpun. Dan Beliau berkata: “Bacalah jika kamu menghendaki (maka tidak tegakkan sedikitpun timbangan untuk mereka pada hari kiamat).” (Muttafaqun ‘alaih). (Muttafaqun ‘alaihi. HR. Bukhari No 4729 dan ini adalah lafazhnya, dan Muslim No. 2785.)
Hukum amal perbuatan orang-orang kafir:
Orang-orang kafir dan kaum munafik, tidak diterima amal ibadah dan taat mereka karena tidak terpenuhi syaratnya, yaitu iman. Dan amal ibadah mereka bagaikan abu yang ditiup angin keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka dipanggil di hadapan semua makhluk pada hari kiamat dan mereka adalah orang-orang berdusta kepada Rabb mereka.
1. Firman Allah SWT:
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah SWT. Mereka itu akan dihadapkan kepada Rabb mereka, dan para saksi akan berkata:”Orang-orang inilah yang telah berdusta terhadap Rabb mereka”. Ingatlah, kutukan Allah SWT (ditimpakan) atas orang-orang yang zalim. (QS. Hud: 18).
2. Firman Allah SWT:
Orang-orang yang kafir kepada Rabbnya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang.Mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia).Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh. (QS. Ibrahim: 18).
3. Firman Allah SWT:
Pada hari mereka melihat malaikat di hari itu tidak ada kabar gembira bagi orang-orang yang berdosa dan mereka berkata: “Hijraan mahjuuraa.” Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan. (QS. Al-Furqaan: 22-23).
Melihat Amal Perbuatan:
Semua amal perbuatan hamba akan dihadapkan kepada mereka pada hari kiamat. Seseorang melihat amal perbuatannya, dia melihatnya secara langsung, kecil atau besar, baik atau pun buruk, sebagaimana firman Allah SWT:
Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan yang bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. (QS. Az-Zalzalah: 6-8).
Balasan amal perbuatan di dunia dan akhirat:
Anas r.a berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah SWT tidak melakukan aniaya satu kebaikan pun kepada orang yang beriman, ia diberi (segala nikmat) dengannya di dunia dan ia diberi balasan (pahala) dengannya di akhirat. Adapun orang kafir, maka ia diberi makan di dunia dengan sebab kebaikan yang dilakukannya karena Allah SWT. Hingga bila ia membawa ke akhirat, tidak ada lagi satu kebaikanpun miliknya yang ia diberi balasan dengannya.” (HR. Muslim). (HR. Muslim No. 2808.)
Hukum anak-anak pada hari kiamat:
Anak-anak kaum mukminin akan masuk surga pada hari kiamat, sebagaimana masuknya orang-orang sudah baligh menurut rupa ayah mereka Adam a.s. Demikian pula anak-anak orang musyrik. Mereka menikah sebagaimana menikahnya orang-orang dewasa. Barangsiapa yang meninggal dunia dan belum sempat menikah, baik perempuan maupun laki-laki, sesungguhnya ia akan menikah di akhirat karena tidak yang membujang di surga.
TELAGA
Allah SWT menciptakan telaga bagi setiap Nabi, dan telaga Nabi kita SAW yang terbesar, paling manis dan yang paling banyak didatangi pada hari kiamat.
Gambaran Telaga Nabi SAW:
1. Abdullah bin ‘Amar r.a berkata bahwa Nabi SAW bersabda: “Telagaku (panjangnya) perjalanan satu bulan, airnya lebih putih dari susu, wanginya lebih wangi dari misk (minyak kesturi), cahayanya seperti bintang-bintang di langit. Barangsiapa yang minum darinya niscaya ia tidak akan pernah merasa haus selama-lamanya.” (Muttafaqun ‘alaih). (HR. Bukhari No 6579 dan ini adalah lafazhnya dan Muslim No.2292)
2. Dari Anas bin Malik r.a, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Sesesungguhnya kadar (ukuran) telagaku adalah seperti jarak di antara Ailah dan Shan’a dari Yaman. Dan sesungguhnya di dalamnya ada teko-teko sejumlah bintang di langit.” (Muttafaqun ‘alaih). (HR. Bukhari No. 6580 dan ini adalah lafazhnya dan Muslim No. 2303.)
Orang yang Terusir dari Telaga:
Dari Abu Hurairah r.a, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Segolongan sahabatku datang kepadaku pada hari kiamat, lalu mereka terusir dari telaga. Aku bertanya: ‘Ya Rabb, sahabat-sahabatku.’ Lalu Allah SWT berfirman: ‘Sesungguhnya engkau tidak tahu apa yang mereka ciptakan (perbuatan-perbuatan bid’ah) setelah (kematian)mu. Sesungguhnya mereka kembali di atas pantat mereka (murtad).” (Muttafaqun ‘alaih). (HR. Bukhari No. 6585 dan ini adalah lafazhnya dan Muslim No. 2290 dan 2291.)
Shirat (JEMBATAN)
Shirath: ia adalah jembatan/titian yang dipasang di atas neraka Jahanam, orang-orang beriman melewatinya ke surga.
Orang yang melewati shirath:
Yang dapat melewati jembatan itu adalah orang-orang beriman. Adapun orang-orang kafir dan kaum musyrik, maka setiap golongan dari mereka mengikuti apa yang disembahnya di dunia, yaitu berhala, syetan, dan semisal keduanya dari tuhan-tuhan yang batil, lalu ia mendatangi neraka bersama sesembahannya yang pertama.
Kemudian setelah itu, tersisalah orang yang hanya menyembah Allah SWT pada zahir, sama saja ia benar atau munafik. Mereka itulah yang ditegakkan jembatan untuk mereka. Kemudian berbedalah kaum munafik dari orang-orang beriman dengan terhalangnya mereka melakukan sujud, dan cahaya yang meliputi orang-orang beriman. Maka kembalilah kaum munafik ke belakang, ke neraka, dan orang-orang beriman melewati titian menuju surga.
Lewat di atas titian adalah setelah dihisab, timbangan amal perbuatan, dan selesai darinya. kemudian manusia dipaksa lewat di atas jembatan, sebagaimana firman Allah SWT:
Dan tidak ada seorangpun daripadamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Rabbmu adalah suatu kepastian yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertaqwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut. (QS. Maryam: 71-72).
Gambaran titian dan melewatinya:
Dari Abu Sa’id al-Khudri r.a dalam hadits melihat dan gambaran titian… dan padanya ada yang bertanya, ‘Wahai Rasulullah SAW, apakah titian itu?’ Beliau menjawab: “Tempat yang licin, di atasnya ada besi pengait, dan duri keras yang diratakan, baginya ada duri yang melinggar, ia ada di Najd. Dinamakan baginya: as-Sa’daan. Orang beriman di atasnya (jembatan) seperti kedipan mata, seperti kilat, seperti angin, seperti kuda dan tunggangan yang baik/terlatih. Ada yang selamat diselamatkan, yang selamat tapi tergores, dan yang didorong di Neraka Jahannam.” (Muttafaqun ‘alaih). (HR. Bukhari No. 7439 dan Muslim No. 183 dan ini adalah lafazhnya)
Orang yang pertama kali melewati titian:
Orang yang pertama kali melewati titian adalah Muhammad SAW dan umatnya, dan tidak bisa melewati titian selain orang-orang yang beriman. Mereka diberi cahaya menurut kadar iman dan amal perbuatan mereka. Kemudian mereka melewati titian menurut hal tersebut. Dan diutus amanah dan silaturrahim lalu keduanya berdiri di dua tepi titian, di kanan dan di kiri. Doa para rasul pada hari itu adalah: Ya Allah SWT, selamatkan-selamatkan.
Dari Abu Hurairah r.a, sesungguhnya Nabi SAW bersabda dalam hadits melihat Allah SWT: ‘Kemudian dipancangkan titian di atas neraka Jahanam. Aku dan umatnya adalah yang pertama lewat, tidak ada yang berbicara pada hari itu selaian para rasul. Dan doa para rasul pada hari itu:
Ya Allah SWT, selamatkan, selamatkan.’ Muttafaqun ‘alaih.(
Muttafaqun’alaihi. HR Bukhari no 806. Muslim no: 182. dan ini adalah lafadznya.)
Apakah yang diterima orang-orang beriman setelah melewati titian:
Dari Abu Sa’id al-Khudri, ia berkata, ‘Rasulullah SAW bersabda, ‘Orang-orang beriman selamat dari neraka, lalu mereka ditahan di atas titian di antara surga dan nereka. Maka dilakukan qisas untuk sebagian mereka dari yang lain, yaitu kezaliman yang terjadi di antara mereka di dunia. Sehingga apabila mereka telah dibersihkan, mereka mendapat izin masuk surga. Demi diri Muhammad yang berada di tangan-Nya, sungguh salah seorang dari mereka lebih mengenali tempatnya di surga melebihi tempatnya di dunia.” (HR. Bukhari). (HR. al-Bukhari no 6535)
SYAFA’AT
Syafaat adalah mohon pertolongan untuk orang lain.
Bagian-bagian syafaat:
Syafaat pada hari kiamat terbagi dua:
1. Syafaat istimewa bagi Nabi SAW, ada beberapa macam:
a. Yang terbesar adalah syafaat Nabi Muhammad SAW yang besar pada semua manusia agar diberi keputusan di antara mereka. Lalu beliau SAW memberi syafaat pada mereka dan Allah SWT memberi keputusan di antara mereka. Ini adalah kedudukan terpuji bagi Rasulullah SAW.
b. Di antaranya, syafaat Rasulullah SAW untuk segolongan dari umat beliau. Mereka masuk surga tanpa hisab. Mereka berjumlah 70.000 orang. Di mana Allah SWT berfirman kepadanya: “Masukkan ke dalam surga dari umat engkau, orang yang tidak ada hisab atasnya dari pintu kanan, seperti yang telah dijelaskan.
c. Syafaat Rasulullah SAW kepada beberapa golongan, yang sama berat kebaikan dan keburukan mereka. Beliau memberi syafaat kepada mereka agar mereka masuk surga.
d. Syafaat Rasulullah SAW dalam mengangkat derajat orang yang masuk surga melebihi kadar pahala amal mereka.
e. Syafaat Rasulullah SAW kepada pamannya Abu Thalib agar diringankan siksanya.
f. Di antaranya syafaat beliau SAW agar diberi izin untuk seluruh orang-orang yang beriman untuk masuk surga.
2. Syafaat umum untuk Nabi SAW dan para nabi lainnya, para malaikat, dan orang-orang yang beriman. Yaitu syafaat kepada orang yang masuk neraka agar ia tidak memasukinya, dan kepada orang yang memasukinya agar jangan keluar darinya.
1. Dari Abu Hurairah r.a, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, “Bagi setiap nabi ada doa yang dikabulkan. Setiap nabi sudah mengajukan doanya. Dan sesungguhnya aku menyimpan doaku sebagai syafaat untuk umatku pada hari kiamat. Ia akan tercapai insya Allah yaitu orang yang meninggal dunia dari umatku, yang tidak menyekutukan sesuatu dengan Allah SWT.”
2. Firman Allah SWT tentang malaikat:
Dan berapa banyaknya malaikat di langit, syafa’at mereka sedikitpun tidak berguna kecuali sesudah Allah SWT mengizinkan bagi orang yang dikehendaki dan diridhai(Nya). (QS. An-Najm: 26).
3. Dari Abu ad-Darda` r.a, ia berkata, ‘Rasulullah SAW berdabda, ‘Syahid (orang yang mati di medan perang melawan orang kafir) diizinkan memberi syafaat 70 (tujuh puluh) orang dari keluarganya.” (HR. Abu Daud). (Shahih. HR. Abu Daud No 2522. Shahih Sunan Abu Daud No 2201.)
Untuk syafaat ini disyaratkan dua perkara:
1. Ijin Allah SWT dalam memberi syafaat, sebagaimana firman Allah SWT:
Siapakah yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah SWT tanpa izin-Nya (QS. Al-Baqarah: 255).
2. Ridha Allah SWT kepada pemberi dan penerima syafaat, sebagaimana firman Allah SWT:
dan mereka tidak memberi syafa’at melainkan kepada orang-orang yang diridhai Allah SWT,. (QS. Al-Anbiyaa: 28).
Tidak ada syafaat untuk orang kafir, dia kekal di neraka, tidak akan masuk surga. Andaikan ada yang seseorang yang memberi syafaat untuknya, niscaya syafaatnya tidak berguna, sebagaimana firman Allah SWT:
Maka tidak berguna lagi bagi mereka syafa’at dari orang-orang yang memberikan syafa’at. (QS. Al-Muddatsir: 48).
Meminta syafa’at Nabi SAW:
Barangsiapa yang ingin mendapat syafaat Nabi SAW hendaklah ia memintanya dari Allah SWT, seperti ia berkata: ‘Ya Allah SWT, berilah rizqi syafaat Nabi Engkau kepadaku.’ Dan hal itu diikuti dengan melaksanakan amal shalih yang mengharuskan hal itu seperti ikhlas dalam ibadah hanya karena Allah SWT saja, mengucap shalawat kepada Nabi SAW, dan memohon wasilah untuknya.
Dari Abu Hurairah r.a, sesungguhnya Nabi SAW bersabda, ‘Manusia yang paling bahagia dengan mendapat syafa’atku pada hari kiamat adalah yang mengucap ‘Tiada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah SWT murni dari hati atau dirinya.” (HR. Bukhari).(
HR. Bukhari No. 99.)
Negeri Balasan:
Dunia adalah negeri beramal dan bekerja dan akhirat adalah negeri balasan. Akan tetapi tidak berhenti beramal dan meminta kecuali setelah masuk negeri yang tetap (di surga atau neraka). Adapun di alam barzakh dan padang hari kiamat, maka hal itu (amal dan minta) tidak terhenti, seperti pertanyaan dua orang malaikat kepada jenazah di dalam kuburnya, ajakan semua makhluk untuk sujud kepada Allah SWT pada hari kiamat, ujian kepada orang-orang gila, orang yang mati di masa tidak ada rasul. Kemudian Allah SWT memutuskan di antara semua hamba menurut iman dan amal perbuatan mereka. Satu golongan di surga dan yang lain di neraka.
1. Firman Allah SWT:
ٰ
Demikianlah Kami wahyukan kepadamu al-Qur’an dalam bahasa Arab supaya kamu memberi peringatan kepada ummul Qura (penduduk Mekah) dan penduduk (negeri-negeri) sekelilingnya serta memberi peringatan (pula) tentang hari berkumpul (kiamat) yang tidak ada keraguan padanya. Segolongan masuk surga dan segolongan masuk neraka. (QS. Asy-Syura: 7).
2. Firman Allah SWT:
Kekuasaan di hari itu ada pada Allah SWT, Dia memberi keputusan di antara mereka. Maka orang-orang yang beriman dan beramal saleh adalah di dalam surga yang penuh kenikmatan. Dan orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, maka bagi mereka azab yang menghinakan. (QS. Al-Hajj: 56-57).
3. Firman Allah SWT:
Dan pada hari terjadinya kiamat, di hari itu mereka (manusia) bergolong-golongan. Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, maka mereka di dalam taman (surga) bergembira. Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami (Al-Qur’an) serta (mendustakan) menemui hari akhirat, maka mereka tetap berada di dalam siksaan (neraka). (QS. Ar-Rum: 14-16)
KEMBALI KE MENU UTAMA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar