Senin, 28 April 2014

Hasan dan husain

Satu tahun sesudah kelahiran Al-Hasan, cucu Rasulullah SAW, tanggal 3 Sya’ban tahun keempat

Rasulullah SAW menerima

gembira dengan kelahiran Al-Husain. Maka, beliau pun segera menuju rumah Sayyidina Ali dan Sayyidah Zahra, dan berkata kepada Asma binti ‘Umais, “Hai Asma, tolong bawa kemari anakku itu.”

pun lalu membawa bayi yang terbungkus kain putih itu

Rasulullah

kepada

memberikannya

Beliau begitu gembira

mendekapnya. Dibacakannya adzan di telinga kanan bayi itu, dan iqamat di telinga kirinya. Kemudian ditidurkannya

lalu

kamarnya,

di

itu

cucunya

menangis tersedu-sedu. Mendengar tangis Rasulullah SAW itu, bertanyalah Asma, “Demi ayah

ibuku, siapa yang engkau tangisi ya Rasulullah?” “Anakku ini,” jawab beliau. “Dia anak zaman,” kata Asma. “Wahai

dibunuh

akan

kelak

dia

sekelompok pembangkang sesudahku,

syafaatku tidak akan

kepada mereka,” kata Rasulullah menjelaskan. Kemudian beliau berkata

jangan

Asma,

“Wahai

sampaikan apa yang kukatakan

kepada Fatimah, dia baru

melahirkan.” Kemudian Rasulullah

bertanya kepada Ali, “Engkau beri nama siapa anakku ini?” “Saya tidak berani mendahului Anda, ya Rasulullah,” jawab Ali. Allah SWT kemudian menurunkan wahyu yang suci kepada kekasih-Nya Muhammad SAW, dengan membawa nama yang diberikan-Nya untuk anak itu. Dan ketika beliau telah menerima perintah untuk memberi nama anaknya

Ali

menatap

beliau

tersebut,

berkata, “Namai dia Husain.” Pada hari yang ketujuh, Rasulullah SAW bergegas datang ke rumah Az-Zahra,

menyembelih seekor

sebagai aqiqah untuk Husain, mencukur rambutnya, dan bersedekah

seberat timbangan rambut

cucunya

agar

menyuruh

dikhitan. Begitulah, telah dilakukan untuk Al-Husain upacara sebagaimana yang dilakukan Rasulullah SAW untuk kakaknya Al-Hasan. Kedudukan Al-Husain Kedudukan Sayyidina

mempunyai kedudukan yang luhur yang

mungkin dicapai kecuali

ayahnya, ibunya, kakaknya serta para

yang merupakan

puteranya. Dalam kesempatan

mencoba

akan

kami

ini,

terbatas

mengemukakan hal-hal penting

memperlihatkan kedudukan

Husain dalam pandangan syariat Islam. Al-Quran Al-Karim, dokumen Ilahi yang

yang tidak mengandung kebatilan di dalamnya, mengungkapkan dalam banyak ayatnya sebagian besar

derajat luhur di sisi Allah

Al-Husain. Beberapa di

ayat-ayat tersebut adalah :

Ayat Tathhir : “Sesungguhnya Allah bermaksud menghilangkan dosa dari kamu wahai Ahlul Bait, dan menyucikan kamu sesuci-sucinya.”(QS. Al-Ahzab :

Para penyusun kitab-kitab hadis shahih menuturkan, sebab

melatarbelakangi turunnya ayat

adalah, bahwa suatu kali Nabi

kain

diambilkan

meminta

muncullah Ali, Fatimah, Hasan

Husain. Maka Nabi SAW pun berdoa, “Allahumma, ya Allah, mereka ini adalah Ahlul Baitku, karena itu hilangkanlah

sucikanlah

dan

mereka,

dari

mereka sesuci-sucinya.” Maka turunlah

ini dalam hubungannya

peristiwa tersebut. Ayat ini merupakan kesaksian dari Allah tentang kesucian

Bait dan tingginya kedudukan mereka di sisi Allah, dan bahwa mereka itu adalah orang-orang yang memiliki kepribadian paling luhur dalam Islam. . Ayat Mubahalah : “Barangsiapa yang membantahmu tentang Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu),

katakanlah kepadanya,

kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, wanita-wanita kami dan wanita-wanita kamu, diri kami dan diri kamu, kemudian marilah kita ber-mubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang berdusta.” (QS. Ali Imran : 61). Tentang sebab turunnya ayat ini, para ahli tafsir dan orang-orang yang berilmu berpendapat, ayat ini diturunkan ketika orang-orang Nasrani Najran bersepakat dengan Nabi SAW untuk bermubahalah. Masing-masing pihak bersaksi kepada Allah agar barangsiapa yang berdusta

hendaknya

pengakuannya,

ditimpa bencana (mati). Di

mubahalah yang dijanjikan, Rasulullah SAW datang dengan membawa Ahlul Baitnya. Nabi menggendong Al-Husain dan menggandeng Al-Hasan, Fatimah berjalan di belakang beliau, kemudian

belakang

di

berjalan

menyusul

mereka. Lalu Nabi SAW berkata, “Apabila nanti aku berdoa, aminkanlah ….” Akan tetapi orang-orang Nasrani, ketika melihat wajah-wajah yang suci dan mulia yang sedang mereka hadapi

segera meminta maaf

Rasulullah SAW dan membatalkan mubahalah. Mereka lalu tunduk kepada kekuasaan Negara beliau

bisa

Disini

membayar jizyah.

bahwa ayat yang mulia ini mengakui Al-

dan Al-Husain sebagai “anak-

kami”, sedangkan diri

sendiri dan diri Ali dinyatakan sebagai

kami”, sedangkan Fatimah yang

wanita

seluruh

mewakili

mukminin yang ada saat itu dinyatakan sebagai “wanita-wanita kami” – suatu

yang secara jelas dan

mengungkapkan bahwa apa

tersebut

Bait

Ahlul

oleh

dilakukan

mempunyai kedudukan yang mulia di

Allah, yang tak mungkin

dicapai oleh orang lain. Sebab, kalau

demikian, niscaya saat

Rasulullah SAW membawa orang-orang lain selain mereka untuk bermubahalah. . Ayat Mawaddah : “Katakanlah, aku tidak meminta kepadamu sesuatu upah pun

seruanku, kecuali kasih

terhadap keluargaku.”(QS. As-Syura

Para ahli tafsir mengatakan bahwa, ayat tersebut diturunkan mengenai

Fatimah, Al-Hasan dan Al-Husain. Jabir bin Abdullah mengatakan, “Ada seorang Arab dusun datang kepada Nabi SAW

Muhammad,

“Wahai

berkata,

tuturkan kepadaku tentang Islam.” Nabi berkata, “Hendaknya engkau bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, yang

Esa dan tanpa sekutu,

bahwasanya Muhammad itu hamba dan utusan-Nya.” “Apakah untuk ini engkau meminta upah?” Tanya orang itu pula.

“Kecuali

Nabi,

jawab

“Tidak,”

sayang terhadap keluarga (mawaddah fi al-qurba).” “Kasih sayang terhadap keluargaku atau keluargamu?”

orang itu pula. “Keluargaku,” jawab Nabi SAW. Orang Arab itu lalu berkata, “Baik, mari sekarang aku baiat engkau, dan kepada orang yang tidak mencintaimu dan keluargamu, hendaknya laknat Allah ditimpakan kepadanya.” “Amin,”

Dari ayat-ayat tersebut diatas, tampak jelaslah kedudukan Al-Husain dan Ahlul

Rasul, serta kedudukan

yang tinggi di sisi Allah SWT. Selain itu, perlu ditambahkan di sini sebagian nash

diterima dari Rasulullah

mengenai Al-Husain yang tercermin

risalah dan umat, antara

adalah : . Dalam Shahih Al-Turmudzi diriwayatkan hadis dari Ya’la bin Murrah, katanya,

bersabda, “Husain merupakan bagian dariku, dan aku merupakan bagian darinya. Allah akan mencintai

Husain,

mencintai

yang

Husain adalah cucu di antarav segala cucu.” [Fadha’il Al-Khamsah] . Dari Salman Al-Farisi, “Aku mendengar Rasulullah SAW berkata, Al-Hasan dan Al-Husain adalah dua orang anakku. Barangsiapa yang mencintai

berdua berarti mencintaiku,

pasti Allah

mencintaiku,

barangsiapa

mencintainya, dan barangsiapa dicintai Allah, niscaya Dia memasukkannya ke

surga. Barangsiapa membenci mereka berdua, berarti membenciku,

barangsiapa membenciku,

Allah membencinya, dan barangsiapa dibenci Allah, niscaya

memasukkannya ke dalam

dengan mukanya terlebih dahulu.” [Al-Thibrisi, I’lam Al-Wara] . Dari Al-Barra’ bin ‘Azib, “Aku melihat Rasulullah SAW menggendong Husain

pundaknya,

atas

di

Ali

berdoa, “Ya Allah, aku sungguh mencintainya, karena itu cintailah dia.”

Al-Shabagh, Al-Fushul

Muhimmah] . Dari Abdullah bin Mas’ud, “Rasulullah SAW berkata tentang Al-Hasan dan Al-Husain, mereka berdua adalah

orang anakku. Barangsiapa mencintai mereka berdua, berarti mencintai aku,

barangsiapa membenci

berdua, berarti membenciku.” . Dari Ali ibn Al-Hasan, dari ayahnya, dari kakeknya, “Rasulullah

menggandeng tangan Al-Hasan dan Al-Husain, dan berkata, barangsiapa mencintai aku dan mencintai

anak ini dan kedua orangtua mereka,

di dalam

bersamaku

berada

niscaya

surga.” [Ibn Al-Jauzi, Tadzkirat

Khawwash] Al-Husain dan Peristiwa Karbala Ketika Sayyidina Ali ditunjuk

setelah terbunuhnya

Khalifah

sebagai

Utsman, ia berusaha untuk menegakkan kembali keadilan Islam. Ia mendapat perlawanan yang tidak terhenti dari para penguasa Bani Umayyah.

pengikutnya mengkhianatinya. Seorang

sahabatnya

dari

seorang

setia dipanggil Tuhan. Sementara itu, para tiran menggunakan kekayaan dan kekerasan untuk menguasai

banyak. Dan menjelang akhir Ramadhan 40 H, di dalam relung mihrabnya, Ali dibunuh ketika shalat subuh. Hasan bin Ali, anak lelaki pertama

menjadi

diangkat

Thalib,

Abi

bin

Khalifah. Ia melihat ketakutan

kezaliman telah menyelimuti Madinah,

Basrah dan kota-kota

muslimin

Kaum

Islam.

shaleh tidak henti-hentinya mendapat penganiayaan. Muawiyah juga

menerus memfitnah keluarga Nabi dan menyebarkan keresahan.

berunding dengan saudaranya

memutuskan

ia

Husain,

menghentikan semua derita umat

melalui perjanjian damai

Muawiyah. Segera setelah perjanjian damai

Kufah.

ke

masuk

Muawiyah

berkata: “Hai, penduduk Kufah. Adakah kamu mengira aku memerangi kalian agar shalat, zakat dan haji. Aku tahu kalian sudah melakukan shalat, zakat

haji. Kuperangi kalian

menguasai kalian. Untuk itu, aku akan

dan

darah,

tumpahkan

perjanjian yang telah aku buat akan aku letakkan di bawah injakan kakiku.” Ia melanggar perjanjian itu, Pertama, membunuh Sayyidina Hasan

racun. Hasan syahid pada 50 H. Kedua,

pembantaian

meneruskan

penganiayaan pada para pengikut Imam

Ketiga, ia dan para pejabatnya menggunakan harta umat (Baytul Mal) untuk kepentingan pribadi dan keempat, ia mengangkat anaknya Yazid sebagai

mahkota dan memerintahkan

agar

paksa

dengan

menerimanya. “Yazid manusia yang selalu berbuat dosa dan maksiat, peminum khamar, pembunuh orang yang tidak bersalah. Ia lakukan kefasikan dan kemaksiatannya secara terbuka. Orang sepertiku tidak mungkin berbaiat kepada orang seperti

Rasulullah

Cucu

Husain.

Yazid,” kata

SAW itu akhirnya memutuskan

melakukan perlawanan terhadap Yazid.

yang menghabiskan

beribadat kepada Tuhan,

siang dalam berkhidmat kepada insan,

dengan

berhadapan

sekarang

menghabiskan malam

bermaksiat kepada Yang Mahakuasa

siang untuk berkhianat

keluarga

beserta

Al-Husain

manusia.

meninggalkan Madinah

Mekkah. Begitu sampai di Mekkah, ia menerima 12000 surat dari

Mereka mengundang Imam

Kufah

ke

datang

membaiatnya sebagai Khalifah.

Husain mengirim Muslim bin Aqil untuk membuktikan keseriusan penduduk Kufah tersebut. Dari Mekkah,

meninggalkan wuquf di Arafah, Husain

sahabat-

dan

keluarga

beserta

sahabatnya berangkat menuju

Kerabatnya mendesak Al-Husain untuk membatalkan kepergiannya,

Husain berkata: “Aku berangkat bukan

berbuat

untuk

bukan

ambisi,

karena

atau untuk menimbulkan kerusakan. Aku berangkat

mendatangkan kemaslahatan

Aku

kakekku.

memerintahkan yang makruf

melarang yang mungkar.”

berangkatlah kafilah Husain, dalam terik matahari musim panas yang membakar,

menempuh perjalanan

1800 Km. Ketika kafilah Husain sampai di dekat Kufah, ia menerima berita yang sangat mengejutkan. Muslim bin Aqil dan dua orang pendukungnya di Kufah

dibunuh Ibnu Ziyad, gubernur

Husain mengumpulkan

menceritakan

dan

pengikutnya

Karena ketakutan, sebagian pengikutnya meninggalkan Husain. Al-Husain melanjutkan perjalanan sampai

berhadapan dengan

penunggang kuda yang dipimpin oleh Al-Hurr. Ia didesak ke sebuah tempat yang disebut Karbala, pada tanggal 2 Muharram, 61 H. Ibnu Ziyad mengirim pasukan tambahan di bawah pimpinan

bin Sa’ad. Pada 9 Muharram, pasukan Umar mengepung kemah-

Al-Husain. Ia meminta

untuk menangguhkan serangan sampai keesokan harinya. Bersama

pengikutnya yang setia Imam

menghabiskan malam dalam

berkata: “Musuh

menghendaki nyawaku. Dengan senang

pulang.”

untuk

kalian

izinkan

Pengikutnya berkata: “Demi Allah, tidak mungkin dan tidak pernah terjadi. Kami hidup bersama Anda atau mati bersama

Pada 10 Muharram atau Asyura, berhadapanlah 72 pecinta

dengan 5000 penyembah

keadilan

penegak

segelintir

pendukung kezaliman.

beberapa hari kelompok keluarga Rasulullah kehausan karena jalan

sungai Eufrat ditutup musuh. Beberapa saat sebelum terjadi pertempuran Al-

perbuatannya

menyesali

bergabung dengan Al-Husain. Menjelang sore hari, sudah 70 orang pengikut Husain syahid,

perjuangan yang sangat keras

tengah-tengah sengatan matahari dan kehausan. Musuh bertindak

dengan secara membuta membunuh siapa saja, termasuk

Asghar 6 bulan, yang bersimbah darah

Mereka

Al-Husain.

tangan

membakar kemah-kemah

perempuan dan anak-anak. Pembantaian keluarga Nabi ini berakhir,

ribuan tentara mengeroyok

melepaskan

Syimr

Husain.

seorang

kepala Imam Husain dan ribuan kuda mencabik-cabik dan menginjak-injak jenazahnya. Kepalanya bersama kepala-kepala para syuhada

ditancapkan di ujung tombak dan diarak sepanjang 965 Km. di samping dan di belakang mereka, perempuan-perempuan dan anak-anak

dalam belenggu. Sebuah prosesi yang

mengharukan dalam

prosesi yang

Sebuah

umat manusia.

melambangkan perlawanan tanpa henti terhadap kepongahan para tiran. Bagi

mukmin, setiap hari

ASYURA dan setiap bumi

KARBALA. (Disarikan dari berbagai sumber)

Hasan dan husain

Satu tahun sesudah kelahiran Al-Hasan, cucu Rasulullah SAW, tanggal 3 Sya’ban tahun keempat

Rasulullah SAW menerima

gembira dengan kelahiran Al-Husain. Maka, beliau pun segera menuju rumah Sayyidina Ali dan Sayyidah Zahra, dan berkata kepada Asma binti ‘Umais, “Hai Asma, tolong bawa kemari anakku itu.”

pun lalu membawa bayi yang terbungkus kain putih itu

Rasulullah

kepada

memberikannya

Beliau begitu gembira

mendekapnya. Dibacakannya adzan di telinga kanan bayi itu, dan iqamat di telinga kirinya. Kemudian ditidurkannya

lalu

kamarnya,

di

itu

cucunya

menangis tersedu-sedu. Mendengar tangis Rasulullah SAW itu, bertanyalah Asma, “Demi ayah

ibuku, siapa yang engkau tangisi ya Rasulullah?” “Anakku ini,” jawab beliau. “Dia anak zaman,” kata Asma. “Wahai

dibunuh

akan

kelak

dia

sekelompok pembangkang sesudahku,

syafaatku tidak akan

kepada mereka,” kata Rasulullah menjelaskan. Kemudian beliau berkata

jangan

Asma,

“Wahai

sampaikan apa yang kukatakan

kepada Fatimah, dia baru

melahirkan.” Kemudian Rasulullah

bertanya kepada Ali, “Engkau beri nama siapa anakku ini?” “Saya tidak berani mendahului Anda, ya Rasulullah,” jawab Ali. Allah SWT kemudian menurunkan wahyu yang suci kepada kekasih-Nya Muhammad SAW, dengan membawa nama yang diberikan-Nya untuk anak itu. Dan ketika beliau telah menerima perintah untuk memberi nama anaknya

Ali

menatap

beliau

tersebut,

berkata, “Namai dia Husain.” Pada hari yang ketujuh, Rasulullah SAW bergegas datang ke rumah Az-Zahra,

menyembelih seekor

sebagai aqiqah untuk Husain, mencukur rambutnya, dan bersedekah

seberat timbangan rambut

cucunya

agar

menyuruh

dikhitan. Begitulah, telah dilakukan untuk Al-Husain upacara sebagaimana yang dilakukan Rasulullah SAW untuk kakaknya Al-Hasan. Kedudukan Al-Husain Kedudukan Sayyidina

mempunyai kedudukan yang luhur yang

mungkin dicapai kecuali

ayahnya, ibunya, kakaknya serta para

yang merupakan

puteranya. Dalam kesempatan

mencoba

akan

kami

ini,

terbatas

mengemukakan hal-hal penting

memperlihatkan kedudukan

Husain dalam pandangan syariat Islam. Al-Quran Al-Karim, dokumen Ilahi yang

yang tidak mengandung kebatilan di dalamnya, mengungkapkan dalam banyak ayatnya sebagian besar

derajat luhur di sisi Allah

Al-Husain. Beberapa di

ayat-ayat tersebut adalah :

Ayat Tathhir : “Sesungguhnya Allah bermaksud menghilangkan dosa dari kamu wahai Ahlul Bait, dan menyucikan kamu sesuci-sucinya.”(QS. Al-Ahzab :

Para penyusun kitab-kitab hadis shahih menuturkan, sebab

melatarbelakangi turunnya ayat

adalah, bahwa suatu kali Nabi

kain

diambilkan

meminta

muncullah Ali, Fatimah, Hasan

Husain. Maka Nabi SAW pun berdoa, “Allahumma, ya Allah, mereka ini adalah Ahlul Baitku, karena itu hilangkanlah

sucikanlah

dan

mereka,

dari

mereka sesuci-sucinya.” Maka turunlah

ini dalam hubungannya

peristiwa tersebut. Ayat ini merupakan kesaksian dari Allah tentang kesucian

Bait dan tingginya kedudukan mereka di sisi Allah, dan bahwa mereka itu adalah orang-orang yang memiliki kepribadian paling luhur dalam Islam. . Ayat Mubahalah : “Barangsiapa yang membantahmu tentang Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu),

katakanlah kepadanya,

kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, wanita-wanita kami dan wanita-wanita kamu, diri kami dan diri kamu, kemudian marilah kita ber-mubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang berdusta.” (QS. Ali Imran : 61). Tentang sebab turunnya ayat ini, para ahli tafsir dan orang-orang yang berilmu berpendapat, ayat ini diturunkan ketika orang-orang Nasrani Najran bersepakat dengan Nabi SAW untuk bermubahalah. Masing-masing pihak bersaksi kepada Allah agar barangsiapa yang berdusta

hendaknya

pengakuannya,

ditimpa bencana (mati). Di

mubahalah yang dijanjikan, Rasulullah SAW datang dengan membawa Ahlul Baitnya. Nabi menggendong Al-Husain dan menggandeng Al-Hasan, Fatimah berjalan di belakang beliau, kemudian

belakang

di

berjalan

menyusul

mereka. Lalu Nabi SAW berkata, “Apabila nanti aku berdoa, aminkanlah ….” Akan tetapi orang-orang Nasrani, ketika melihat wajah-wajah yang suci dan mulia yang sedang mereka hadapi

segera meminta maaf

Rasulullah SAW dan membatalkan mubahalah. Mereka lalu tunduk kepada kekuasaan Negara beliau

bisa

Disini

membayar jizyah.

bahwa ayat yang mulia ini mengakui Al-

dan Al-Husain sebagai “anak-

kami”, sedangkan diri

sendiri dan diri Ali dinyatakan sebagai

kami”, sedangkan Fatimah yang

wanita

seluruh

mewakili

mukminin yang ada saat itu dinyatakan sebagai “wanita-wanita kami” – suatu

yang secara jelas dan

mengungkapkan bahwa apa

tersebut

Bait

Ahlul

oleh

dilakukan

mempunyai kedudukan yang mulia di

Allah, yang tak mungkin

dicapai oleh orang lain. Sebab, kalau

demikian, niscaya saat

Rasulullah SAW membawa orang-orang lain selain mereka untuk bermubahalah. . Ayat Mawaddah : “Katakanlah, aku tidak meminta kepadamu sesuatu upah pun

seruanku, kecuali kasih

terhadap keluargaku.”(QS. As-Syura

Para ahli tafsir mengatakan bahwa, ayat tersebut diturunkan mengenai

Fatimah, Al-Hasan dan Al-Husain. Jabir bin Abdullah mengatakan, “Ada seorang Arab dusun datang kepada Nabi SAW

Muhammad,

“Wahai

berkata,

tuturkan kepadaku tentang Islam.” Nabi berkata, “Hendaknya engkau bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, yang

Esa dan tanpa sekutu,

bahwasanya Muhammad itu hamba dan utusan-Nya.” “Apakah untuk ini engkau meminta upah?” Tanya orang itu pula.

“Kecuali

Nabi,

jawab

“Tidak,”

sayang terhadap keluarga (mawaddah fi al-qurba).” “Kasih sayang terhadap keluargaku atau keluargamu?”

orang itu pula. “Keluargaku,” jawab Nabi SAW. Orang Arab itu lalu berkata, “Baik, mari sekarang aku baiat engkau, dan kepada orang yang tidak mencintaimu dan keluargamu, hendaknya laknat Allah ditimpakan kepadanya.” “Amin,”

Dari ayat-ayat tersebut diatas, tampak jelaslah kedudukan Al-Husain dan Ahlul

Rasul, serta kedudukan

yang tinggi di sisi Allah SWT. Selain itu, perlu ditambahkan di sini sebagian nash

diterima dari Rasulullah

mengenai Al-Husain yang tercermin

risalah dan umat, antara

adalah : . Dalam Shahih Al-Turmudzi diriwayatkan hadis dari Ya’la bin Murrah, katanya,

bersabda, “Husain merupakan bagian dariku, dan aku merupakan bagian darinya. Allah akan mencintai

Husain,

mencintai

yang

Husain adalah cucu di antarav segala cucu.” [Fadha’il Al-Khamsah] . Dari Salman Al-Farisi, “Aku mendengar Rasulullah SAW berkata, Al-Hasan dan Al-Husain adalah dua orang anakku. Barangsiapa yang mencintai

berdua berarti mencintaiku,

pasti Allah

mencintaiku,

barangsiapa

mencintainya, dan barangsiapa dicintai Allah, niscaya Dia memasukkannya ke

surga. Barangsiapa membenci mereka berdua, berarti membenciku,

barangsiapa membenciku,

Allah membencinya, dan barangsiapa dibenci Allah, niscaya

memasukkannya ke dalam

dengan mukanya terlebih dahulu.” [Al-Thibrisi, I’lam Al-Wara] . Dari Al-Barra’ bin ‘Azib, “Aku melihat Rasulullah SAW menggendong Husain

pundaknya,

atas

di

Ali

berdoa, “Ya Allah, aku sungguh mencintainya, karena itu cintailah dia.”

Al-Shabagh, Al-Fushul

Muhimmah] . Dari Abdullah bin Mas’ud, “Rasulullah SAW berkata tentang Al-Hasan dan Al-Husain, mereka berdua adalah

orang anakku. Barangsiapa mencintai mereka berdua, berarti mencintai aku,

barangsiapa membenci

berdua, berarti membenciku.” . Dari Ali ibn Al-Hasan, dari ayahnya, dari kakeknya, “Rasulullah

menggandeng tangan Al-Hasan dan Al-Husain, dan berkata, barangsiapa mencintai aku dan mencintai

anak ini dan kedua orangtua mereka,

di dalam

bersamaku

berada

niscaya

surga.” [Ibn Al-Jauzi, Tadzkirat

Khawwash] Al-Husain dan Peristiwa Karbala Ketika Sayyidina Ali ditunjuk

setelah terbunuhnya

Khalifah

sebagai

Utsman, ia berusaha untuk menegakkan kembali keadilan Islam. Ia mendapat perlawanan yang tidak terhenti dari para penguasa Bani Umayyah.

pengikutnya mengkhianatinya. Seorang

sahabatnya

dari

seorang

setia dipanggil Tuhan. Sementara itu, para tiran menggunakan kekayaan dan kekerasan untuk menguasai

banyak. Dan menjelang akhir Ramadhan 40 H, di dalam relung mihrabnya, Ali dibunuh ketika shalat subuh. Hasan bin Ali, anak lelaki pertama

menjadi

diangkat

Thalib,

Abi

bin

Khalifah. Ia melihat ketakutan

kezaliman telah menyelimuti Madinah,

Basrah dan kota-kota

muslimin

Kaum

Islam.

shaleh tidak henti-hentinya mendapat penganiayaan. Muawiyah juga

menerus memfitnah keluarga Nabi dan menyebarkan keresahan.

berunding dengan saudaranya

memutuskan

ia

Husain,

menghentikan semua derita umat

melalui perjanjian damai

Muawiyah. Segera setelah perjanjian damai

Kufah.

ke

masuk

Muawiyah

berkata: “Hai, penduduk Kufah. Adakah kamu mengira aku memerangi kalian agar shalat, zakat dan haji. Aku tahu kalian sudah melakukan shalat, zakat

haji. Kuperangi kalian

menguasai kalian. Untuk itu, aku akan

dan

darah,

tumpahkan

perjanjian yang telah aku buat akan aku letakkan di bawah injakan kakiku.” Ia melanggar perjanjian itu, Pertama, membunuh Sayyidina Hasan

racun. Hasan syahid pada 50 H. Kedua,

pembantaian

meneruskan

penganiayaan pada para pengikut Imam

Ketiga, ia dan para pejabatnya menggunakan harta umat (Baytul Mal) untuk kepentingan pribadi dan keempat, ia mengangkat anaknya Yazid sebagai

mahkota dan memerintahkan

agar

paksa

dengan

menerimanya. “Yazid manusia yang selalu berbuat dosa dan maksiat, peminum khamar, pembunuh orang yang tidak bersalah. Ia lakukan kefasikan dan kemaksiatannya secara terbuka. Orang sepertiku tidak mungkin berbaiat kepada orang seperti

Rasulullah

Cucu

Husain.

Yazid,” kata

SAW itu akhirnya memutuskan

melakukan perlawanan terhadap Yazid.

yang menghabiskan

beribadat kepada Tuhan,

siang dalam berkhidmat kepada insan,

dengan

berhadapan

sekarang

menghabiskan malam

bermaksiat kepada Yang Mahakuasa

siang untuk berkhianat

keluarga

beserta

Al-Husain

manusia.

meninggalkan Madinah

Mekkah. Begitu sampai di Mekkah, ia menerima 12000 surat dari

Mereka mengundang Imam

Kufah

ke

datang

membaiatnya sebagai Khalifah.

Husain mengirim Muslim bin Aqil untuk membuktikan keseriusan penduduk Kufah tersebut. Dari Mekkah,

meninggalkan wuquf di Arafah, Husain

sahabat-

dan

keluarga

beserta

sahabatnya berangkat menuju

Kerabatnya mendesak Al-Husain untuk membatalkan kepergiannya,

Husain berkata: “Aku berangkat bukan

berbuat

untuk

bukan

ambisi,

karena

atau untuk menimbulkan kerusakan. Aku berangkat

mendatangkan kemaslahatan

Aku

kakekku.

memerintahkan yang makruf

melarang yang mungkar.”

berangkatlah kafilah Husain, dalam terik matahari musim panas yang membakar,

menempuh perjalanan

1800 Km. Ketika kafilah Husain sampai di dekat Kufah, ia menerima berita yang sangat mengejutkan. Muslim bin Aqil dan dua orang pendukungnya di Kufah

dibunuh Ibnu Ziyad, gubernur

Husain mengumpulkan

menceritakan

dan

pengikutnya

Karena ketakutan, sebagian pengikutnya meninggalkan Husain. Al-Husain melanjutkan perjalanan sampai

berhadapan dengan

penunggang kuda yang dipimpin oleh Al-Hurr. Ia didesak ke sebuah tempat yang disebut Karbala, pada tanggal 2 Muharram, 61 H. Ibnu Ziyad mengirim pasukan tambahan di bawah pimpinan

bin Sa’ad. Pada 9 Muharram, pasukan Umar mengepung kemah-

Al-Husain. Ia meminta

untuk menangguhkan serangan sampai keesokan harinya. Bersama

pengikutnya yang setia Imam

menghabiskan malam dalam

berkata: “Musuh

menghendaki nyawaku. Dengan senang

pulang.”

untuk

kalian

izinkan

Pengikutnya berkata: “Demi Allah, tidak mungkin dan tidak pernah terjadi. Kami hidup bersama Anda atau mati bersama

Pada 10 Muharram atau Asyura, berhadapanlah 72 pecinta

dengan 5000 penyembah

keadilan

penegak

segelintir

pendukung kezaliman.

beberapa hari kelompok keluarga Rasulullah kehausan karena jalan

sungai Eufrat ditutup musuh. Beberapa saat sebelum terjadi pertempuran Al-

perbuatannya

menyesali

bergabung dengan Al-Husain. Menjelang sore hari, sudah 70 orang pengikut Husain syahid,

perjuangan yang sangat keras

tengah-tengah sengatan matahari dan kehausan. Musuh bertindak

dengan secara membuta membunuh siapa saja, termasuk

Asghar 6 bulan, yang bersimbah darah

Mereka

Al-Husain.

tangan

membakar kemah-kemah

perempuan dan anak-anak. Pembantaian keluarga Nabi ini berakhir,

ribuan tentara mengeroyok

melepaskan

Syimr

Husain.

seorang

kepala Imam Husain dan ribuan kuda mencabik-cabik dan menginjak-injak jenazahnya. Kepalanya bersama kepala-kepala para syuhada

ditancapkan di ujung tombak dan diarak sepanjang 965 Km. di samping dan di belakang mereka, perempuan-perempuan dan anak-anak

dalam belenggu. Sebuah prosesi yang

mengharukan dalam

prosesi yang

Sebuah

umat manusia.

melambangkan perlawanan tanpa henti terhadap kepongahan para tiran. Bagi

mukmin, setiap hari

ASYURA dan setiap bumi

KARBALA. (Disarikan dari berbagai sumber)