Sabtu, 04 Juni 2016

Fardhu ‘ain ya fardhu ‘ain

ada masalah fatal yang seringkali nggak diperhatikan oleh komunitas yang mengadakan buka puasa bersama ini: Shalat.
Coba saja bayangkan. Habis adzan Maghrib, orang-orang berbuka, makan, minum, ngobrol-ngobrol, cekakak-cekikik kayak kuntilanak kesorean, selfie-selfiean, narsis-narsisan, terus saja begitu sampai waktu Maghrib lewat. Tahu-tahu sudah adzan Isya, dan nggak ada yang sama sekali kaget karena itu. Seolah-olah melewatkan shalat Maghrib itu sangat normalbuat mereka.
Jangan dulu ngomong soal tarawih, yang memang pada dasarnya nggak wajib. Shalat Isya, yang dimana-mana wajib dilakukan sebelum beranjak ke tarawih, bablas juga. Dua shalat wajib, Maghrib dan Isya, kelewat begitu saja, gara-gara asyik dengan yang mereka sebut ‘buka bersama’. Barangkali pas Subuh juga kelewat, gara-gara habis sahur kekenyangan dan tidur sampai jam 8 pagi.
Ini soal kebiasaan, sebenarnya. Orang yang sehari-harinya memang nggak pernah shalat, malas-malasan buat shalat, tentunya nggak akan merasa aneh dengan terlewatnya dua shalat wajib ketika acara ‘buka bersama’ itu. Gampang ditebak bahwa komunitas yang ketika buka bersama-nya melewatkan shalat wajib itu dengan sangat enteng, para pesertanya juga rata-rata nggak pernah shalat sehari-harinya. Minimal menganggap remeh shalat, lah. Puasa tapi nggak shalat, duh…
Kalau kondisinya begitu, buka puasa bersama-nya malah bakalan jadi maksiat bersama, dosa bersama. Soalnya semuanya sama-sama meninggalkan kewajiban—yang melaksanakannya pun sebenarnya nggak susah-susah amat—buat sesuatu yang secara filosofis dan teknis nggak lebih penting daripada shalat.
Padahal ini bulan Ramadhan, bulan yang harusnya jadi ladang untuk meningkatkan amal shalih karena ganjarannya yang dibikin jauh lebih berlipat daripada diskon lebaran di Ramayana. Minimal jadi turning point, dari yang awalnya malas ibadah sama sekali jadi seenggaknya melaksanakan kewajiban-kewajiban yang fardhu ‘ain. Ini malah kebiasaan maksiat sehari-hari, meninggalkan shalat, dipiara juga. Terus apa esensi puasa yang dilakukannya seharian itu? Dan selama sebulan kelak? Nggak ada. Puasa nggak menjadikannya lebih bertakwa, puasanya cuma dapat lapar dan haus saja.
Padahal sudah jelas mafhum bahwa meninggalkan shalat itu dosa besar yang ancamannya nggak tanggung-tanggung: neraka. Bahkan, dalam beberapa kondisi, para ulama menyatakan bahwa meninggalkan shalat bisa berujung pada kekafiran seseorang! Dan menunaikan kewajiban puasa sama sekali nggak menghapuskan kewajiban shalat ini.Fardhu ‘ain ya fardhu ‘ain, tetap wajib dikerjakan.
Puasa Ramadhan itu wajib. Shalat lima waktu juga wajib. Kerjakan semuanya, jangan pilah-pilih. Mengerjakan puasa tapi meninggalkan shalat wajib, termasuk waktu ‘buka bersama’, menunjukkan bahwa puasanya itu sekadar formalitas. Nggak ada perubahan, nggak dapat esensi apa-apa dari puasanya itu. Puasanya nggak berguna untuk menjadikan mereka pribadi yang lebih bertakwa, yang mendekatkan diri pada surga dan menjauhkan diri dari neraka abadi. Sebagaimana dikatakan Nabi, cuma dapat lapar dan haus doang. Nggak lebih. Sah mungkin sah, tapi pahalanya? Well…
Buat yang masih sering begitu, sebaiknya segera diubah. Kebiasaan jelek jangan dipiara, ntar dicemplungin neraka gara-gara itu baru tahu rasa. Tahu diri dengan kewajiban lain yang mau nggak mau harus dikerjakan. Jadi muslim jangan pilih-pilih kewajiban.
Apa artinya buka puasa bersama itu nggak boleh? Nggak, silakan saja kalau mau buka puasa bersama. Nggak ada larangannya. Tapi tolong perhatikan soal apa yang kalian lakukanselama buka bersama itu. Jangan sampai ‘buka bersama’ tapi lalai akan shalat (apalagi dicampur ikhtilat nggak karuan), itu celaka. Aturlah yang baik, supaya buka puasa bersama yang dilakukan itu benar-benar berkah, bukannya jadi dosa berjamaah.

Tidak ada komentar: