" habis sholat subuh nih "
"sholat isya dulu deh ! "
"sholat isya dulu deh ! "
" Menunggu bedug maghrib lho ini ~ "
" Nikmat sekali yang habis berbuka :9 "
Ini menunjukkan bahwa orang tersebut berpuasa.Memang mereka melakukan sesuatu yang sangat benar, yaitu beribadah kepada Allah SWT,
Tapi, alangkah baiknya jika hal tersebut ditutupi sehingga mengantisipasi adanya sifat Riya' yang muncul.
Ri'ya termasuk syirik ashghar (kecil) karena seseorang yang melakukan
riya' ini telah menyekutukan Allah dengan selainNya dalam urusan
ibadah. Dan terkadang perbuatan ini bisa saja sampai pada derajat
syirik akbar. Ibnu Qayyim Al jauziyah mengungkapkan bahwa riya'
yang termasuk dalam kategori syirik ashghar ini dengan istilah riya'
yang ringan. Ini menunjukkan bahwa riya yang berat dapat menyebabkan
orang sampai derajat syirik akbar.
Berikut ini tentang Hukum Riya' :
"Sesuatu
yang paling aku khawatirkan menimpa kamu sekalian ialah syirik paling
kecil. Maka beliau ditanya tentang itu. Beliau berkata: Riya" (HR.
Ahmad)
Berikut ini lafaz Ahmad:
Yunus menceritakan kepadaku, menceritakan kepadaku Laits dari Yazid, yakni Ibnu Ilhad, dari Amru dari Mahmud bin Labid.
"Bahwa Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya yang paling aku
khawatirkan menimpa kamu sekalian ialah syirik yang paling kecil. Mereka
bertanya: Apakah itu syirik yang paling kecil ya Rasulullah? Beliau
menjawab: Riya! Allah berfirman pada hari kiyamat, ketika memberikan
pahala terhadap manusia sesuai perbuatan-perbuatannya: Pergilah kamu
sekalian kepada orang-orang yang kamu pamerkan perilaku amal kamu di
dunia. Maka nantikanlah apakah kamu menerima balasan dari mereka itu."
Nabi SAW bersabda:
"Allah tidak membangkitkan seorang pun Nabi kecuali benar adanya,
menunjukkan ummatnya kepada kebaikan yang diketahuinya untuk mereka dan
melarang mereka itu terhadap kejahatan yang diketahuinya."
Al-�alamah Ibnu Qudamah memberikan uraian tentang Riya�, Hakekat, Pembagian dan Celaannya, termasuk keterangan riya� yang menggugurkan amal dan yang tidak, obat dan cara mengobati riya� dan sebagainya. Uraiannya yang berdasar keterangan dari qur�an dan sunnah cukup jelas, dapat membuat takut orang yang terlalu beharap hingga meremehkan dan memberikan harapan kepada orang yang terlalu takut. Berikut ini saya kutipkan beberapa paragraf dari nasehat beliau yang bisa di jadikan perhatian agar kita bisa hati-hati, karena ini masalah hati. (ALS)
Riya�
itu ada yang tampak dan ada pula yang tersembunyi. Riya� yang tampak
ialah yang dibangkitkan amal dan yang dibawanya. Yang sedikit
tersembunyi dari itu adalah riya� yang tidak dibangkitkan amal, tetapi
amal yang sebenarnya ditujukan bagi Allah menjadi ringan, seperti orang
yang biasa tahajud setiap malam dan merasa berat melakukannya, namun
kemudian dia menjadi ringan mengerjakannya tatkala ada tamu di rumahnya.
Yang lebih tersembunyi lagi ialah yang tidak berpengaruh terhadap amal
dan tidak membuat pelaksanaannya mudah, tetapi sekalipun begitu riya�
itu tetap ada di dalam hati. Hal ini tidak bisa diketahui secara pasti
kecuali lewat tanda-tanda.
Tanda yang paling jelas adalah, dia merasa senang jika ada orang yang melihat ketaatannya. Berapa banyak orang yang ikhlas mengerjakan amal secara ikhlas dan tidak bermaksud riya� dan bahkan membencinya. Dengan begitu amalnya menjadi sempurna. Tapi jika ada orang-orang yang melihat dia merasa senang dan bahkan mendorong semangatnya, maka kesenangan ini dinamakan riya� yang tersembunyi. Andaikan orang-orang tidak melihatnya, maka dia tidak merasa senang. Dari sini bisa diketahui bahwa riya� itu tersembunyi di dalam hati, seperti api yang tersembunyi di dalam batu. Jika orang-orang melihatnya, maka bisa menimbulkan kesenangannya. Kesenangan ini tidak membawanya kepada hal-hal yang dimakruhkan, tapi ia bergerak dengan gerakan yang sangat halus, lalu membangkitkannya untuk menampakkan amalnya, secara tidak langsung maupun secara langsung.
Kesenangan atau riya� ini sangat tersembunyi, hampir tidak mendorongnya untuk mengatakannya, tapi cukup dengan sifat-sifat tertentu, seperti muka pucat, badan kurus, suara parau, bibir kuyu, bekas lelehan air mata dan kurang tidur, yang menunjukkan bahwa dia banyak shalat malam.
Yang lebih tersembunyi lagi ialah menyembunyikan sesuatu tanpa menginginkan untuk diketahui orang lain, tetapi jika bertemu dengan orang-orang, maka dia merasa suka merekalah yang lebih dahulu mengucapkan salam, menerima kedatangannya dengan muka berseri dan rasa hormat, langsung memenuhi segala kebutuhannya, menyuruhnya duduk dan memberinya tempat. Jika mereka tidak berbuat seperti itu, maka ada yang terasa mengganjal di dalam hati.
Orang-orang yang ikhlas senantiasa merasa takut terhadap riya� yang tersembunyi, yaitu yang berusaha mengecoh orang-orang dengan amalnya yang shalih, menjaga apa yang disembunyikannya dengan cara yang lebih ketat daripada orang-orang yang menyembunyikan perbuatan kejinya. Semua itu mereka lakukan karena mengharap agar diberi pahala oleh Allah pada Hari Kiamat.
Noda-noda riya� yang tersembunyi banyak sekali ragamnya, hampir tidak terhitung jumlahnya. Selagi seseorang menyadari darinya yang terbagi antara memperlihatkan ibadahnya kepada orang-orang dan antara tidak memperlihatkannya, maka di sini sudah ada benih-benih riya�. Tapi tidak setiap noda itu menggugurkan pahala dan merusak amal. Masalah ini harus dirinci lagi secara detail.
Telah disebutkan dalam riwayat Muslim, dari hadits Abu Dzarr Radliyallahu Anhu, dia berkata, "Ada orang yang bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimana pendapat engkau tentang orang yang mengerjakan suatu amal dari kebaikan dan orang-orang memujinya?" Beliau menjawab, "Itu merupakan kabar gembira bagi orang Mukmin yang diberikan lebih dahulu di dunia."
Namun jika dia ta�ajub agar orang-orang tahu kebaikannya dan memuliakannya, berarti ini adalah riya�.
Dipetik dari: Al-Imam Asy-syeikh Ahmad bin Abdurrahman bin Qudamah Al-Maqdisy , "Muhtashor Minhajul Qoshidin, Edisi Indonesia: Minhajul Qashidhin Jalan Orang-orang yang Mendapat Petunjuk", penerjemah: Kathur Suhardi, Pustaka al-Kautsar, Jakarta Timur, 1997, hal. 271-286.
Riya Lebih Tersembunyi Daripada Rambatan Semut
Al-Imam Asy-syeikh Ahmad bin Abdurrahman bin Qudamah Al-Maqdisy (Ibnu Qudamah)
Pengantar:
Duhai betapa beruntung pembaca e-mail ini dan betapa rugi penulisnya. Antum mendapatkan air jernih darinya sementara penulisnya mendapat air keruh. Tapi inilah perdagangan yang saya tawarkan. Bila hati pembaca lebih bersih maka itulah yang diharapkan, dengan tanpa terkotorinya hati penulis tentunya. Bila yang terjadi adalah sebaliknya maka Allah Subhanahu wa Ta�ala adalah tempat meminta pertolongan, dan segala kebaikan yang ada berasal dari Allah Yang Maha Tunggal semata.
Duhai betapa beruntung pembaca e-mail ini dan betapa rugi penulisnya. Antum mendapatkan air jernih darinya sementara penulisnya mendapat air keruh. Tapi inilah perdagangan yang saya tawarkan. Bila hati pembaca lebih bersih maka itulah yang diharapkan, dengan tanpa terkotorinya hati penulis tentunya. Bila yang terjadi adalah sebaliknya maka Allah Subhanahu wa Ta�ala adalah tempat meminta pertolongan, dan segala kebaikan yang ada berasal dari Allah Yang Maha Tunggal semata.
Al-�alamah Ibnu Qudamah memberikan uraian tentang Riya�, Hakekat, Pembagian dan Celaannya, termasuk keterangan riya� yang menggugurkan amal dan yang tidak, obat dan cara mengobati riya� dan sebagainya. Uraiannya yang berdasar keterangan dari qur�an dan sunnah cukup jelas, dapat membuat takut orang yang terlalu beharap hingga meremehkan dan memberikan harapan kepada orang yang terlalu takut. Berikut ini saya kutipkan beberapa paragraf dari nasehat beliau yang bisa di jadikan perhatian agar kita bisa hati-hati, karena ini masalah hati. (ALS)
Ketahuilah bahwa kata riya� itu berasal dari kata ru�yah (melihat), sedangkan sum�ah (reputasi) berasal dari kata sami�a (mendengar). Orang yang riya� menginginkan agar orang-orang bisa melihat apa yang dilakukannya.
Tanda yang paling jelas adalah, dia merasa senang jika ada orang yang melihat ketaatannya. Berapa banyak orang yang ikhlas mengerjakan amal secara ikhlas dan tidak bermaksud riya� dan bahkan membencinya. Dengan begitu amalnya menjadi sempurna. Tapi jika ada orang-orang yang melihat dia merasa senang dan bahkan mendorong semangatnya, maka kesenangan ini dinamakan riya� yang tersembunyi. Andaikan orang-orang tidak melihatnya, maka dia tidak merasa senang. Dari sini bisa diketahui bahwa riya� itu tersembunyi di dalam hati, seperti api yang tersembunyi di dalam batu. Jika orang-orang melihatnya, maka bisa menimbulkan kesenangannya. Kesenangan ini tidak membawanya kepada hal-hal yang dimakruhkan, tapi ia bergerak dengan gerakan yang sangat halus, lalu membangkitkannya untuk menampakkan amalnya, secara tidak langsung maupun secara langsung.
Kesenangan atau riya� ini sangat tersembunyi, hampir tidak mendorongnya untuk mengatakannya, tapi cukup dengan sifat-sifat tertentu, seperti muka pucat, badan kurus, suara parau, bibir kuyu, bekas lelehan air mata dan kurang tidur, yang menunjukkan bahwa dia banyak shalat malam.
Yang lebih tersembunyi lagi ialah menyembunyikan sesuatu tanpa menginginkan untuk diketahui orang lain, tetapi jika bertemu dengan orang-orang, maka dia merasa suka merekalah yang lebih dahulu mengucapkan salam, menerima kedatangannya dengan muka berseri dan rasa hormat, langsung memenuhi segala kebutuhannya, menyuruhnya duduk dan memberinya tempat. Jika mereka tidak berbuat seperti itu, maka ada yang terasa mengganjal di dalam hati.
Orang-orang yang ikhlas senantiasa merasa takut terhadap riya� yang tersembunyi, yaitu yang berusaha mengecoh orang-orang dengan amalnya yang shalih, menjaga apa yang disembunyikannya dengan cara yang lebih ketat daripada orang-orang yang menyembunyikan perbuatan kejinya. Semua itu mereka lakukan karena mengharap agar diberi pahala oleh Allah pada Hari Kiamat.
Noda-noda riya� yang tersembunyi banyak sekali ragamnya, hampir tidak terhitung jumlahnya. Selagi seseorang menyadari darinya yang terbagi antara memperlihatkan ibadahnya kepada orang-orang dan antara tidak memperlihatkannya, maka di sini sudah ada benih-benih riya�. Tapi tidak setiap noda itu menggugurkan pahala dan merusak amal. Masalah ini harus dirinci lagi secara detail.
Telah disebutkan dalam riwayat Muslim, dari hadits Abu Dzarr Radliyallahu Anhu, dia berkata, "Ada orang yang bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimana pendapat engkau tentang orang yang mengerjakan suatu amal dari kebaikan dan orang-orang memujinya?" Beliau menjawab, "Itu merupakan kabar gembira bagi orang Mukmin yang diberikan lebih dahulu di dunia."
Namun jika dia ta�ajub agar orang-orang tahu kebaikannya dan memuliakannya, berarti ini adalah riya�.
Dipetik dari: Al-Imam Asy-syeikh Ahmad bin Abdurrahman bin Qudamah Al-Maqdisy , "Muhtashor Minhajul Qoshidin, Edisi Indonesia: Minhajul Qashidhin Jalan Orang-orang yang Mendapat Petunjuk", penerjemah: Kathur Suhardi, Pustaka al-Kautsar, Jakarta Timur, 1997, hal. 271-286.
Allah SWT Berfirman :
"Katakanlah wahai Muhammad sesungguhnya aku
ini hanyalah seorang manusia seperti kalian, yang diwahyukan kepadaku
bahwa sesungguhnya Tuhan kalian adalah tuhan yang Maha Esa. Barangsiapa
mengharapkan perjumpaan dengan tuhannya maka hendaklah ia megerjakan
amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seseorang pun
dalam beribadah kepada Tuhannya" (AL Kahfi
110)
Amal shalih ini adalah amal yang dilakukan secara
benar dan ikhlas. Dan amalan yang ikhlas adalah yang dilakukan
untuk mendapatkan ridha Allah, sementara amalan yang benar adalah
yang sesuai dengan tuntunan syariah sehingga amalan yang dilakukan
bukan karena Allah tidaklah termasuk amal shalih. Bahkan ia akan
ditolak berdasarkan sabda Rasulullah sholallohu alaihi wasalam :
"Barangsiapa yang melakukan amalan yang tidak sesuai
dengan perintah kami maka ia akan tertolak"
Rasulullah juga bersabda
"Amalan itu tergantung niatnya, dan setiap orang
akan mendapatkan apa yang ia niatkan"
Sebagian ulama mengatakan bahwa kedua hadits ini
adalah timbangan bagi seluruh amalan , maka hadits tentang niat
adalah timbangan bagi amalan batianiah dan hadits sebelumnya adalah
timbangan bagi amalan lahiriah.
Astagfirullahal 'adzim.Begitu besar efek Riya' sehingga kita dapat dijerumuskan dalam kesyirikan Na'udzubillahi min dzalik
Semoga kita bisa terhindar dari sifat seperti itu.Amin
Mari kita mengingatkan sesama muslim agar kita semua mendapat keridhaan-NYA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar