Negara-negara Teluk telah sepakat untuk menyatakan kelompok milisi
Libanon, Hizbullah sebagai organisasi teroris. Keputusan Dewan Kerjasama
Teluk (GCC) ini dikecam Hizbullah yang menyebutnya sebagai hal yang
tidak bertanggung jawab.
"Keputusan oleh Dewan Kerjasama Teluk untuk menunjuk Hizbullah sebagai organisasi teroris tersebut tidak bertanggung jawab dan merupakan permusuhan. Rezim Saudi harus menerima konsekuensi," cetus anggota parlemen Hizbullah, Hassan Fadlalla usai pertemuan parlemen kelompok tersebut seperti dilansir kantor berita AFP, Jumat (4/3/2016).
Pada Rabu (2/3), GCC menunjuk gerakan Syiah tersebut sebagai organisasi teroris dikarenakan "aksi-aksi teroris dan hasutannya di Suriah, Yaman dan Irak".
"Ini (putusan GCC) tak akan mencegah kami untuk mengutuk kejahatan-kejahatan Arab Saudi di Yaman, pendanaan dan dukungan kerajaan (Saudi) terhadap kelompok-kelompok teroris di Irak dan Suriah, atau kolaborasinya dengan Israel," kata Fadlallah.
Langkah ini merupakan langkah terbaru terhadap Hizbullah yang diambil negara-negara Teluk, yang dipimpin oleh Arab Saudi. Kelompok Hizbullah selama ini didukung oleh Iran, rival utama Saudi di wilayah tersebut.
Bulan lalu, pemerintah Saudi menghentikan program senilai US$ 3 miliar untuk pasokan militer ke Libanon. Penghentian ini dilakukan sebagai protes atas apa yang disebut Saudi sebagai cengkeraman Hizbullah atas Libanon. Pekan lalu, pemerintah Saudi bahkan mendesak warga negaranya yang berada di Libanon agar meninggalkan negeri itu. Warga Saudi juga diserukan untuk tidak bepergian ke Libanon.
"Keputusan oleh Dewan Kerjasama Teluk untuk menunjuk Hizbullah sebagai organisasi teroris tersebut tidak bertanggung jawab dan merupakan permusuhan. Rezim Saudi harus menerima konsekuensi," cetus anggota parlemen Hizbullah, Hassan Fadlalla usai pertemuan parlemen kelompok tersebut seperti dilansir kantor berita AFP, Jumat (4/3/2016).
Pada Rabu (2/3), GCC menunjuk gerakan Syiah tersebut sebagai organisasi teroris dikarenakan "aksi-aksi teroris dan hasutannya di Suriah, Yaman dan Irak".
"Ini (putusan GCC) tak akan mencegah kami untuk mengutuk kejahatan-kejahatan Arab Saudi di Yaman, pendanaan dan dukungan kerajaan (Saudi) terhadap kelompok-kelompok teroris di Irak dan Suriah, atau kolaborasinya dengan Israel," kata Fadlallah.
Langkah ini merupakan langkah terbaru terhadap Hizbullah yang diambil negara-negara Teluk, yang dipimpin oleh Arab Saudi. Kelompok Hizbullah selama ini didukung oleh Iran, rival utama Saudi di wilayah tersebut.
Bulan lalu, pemerintah Saudi menghentikan program senilai US$ 3 miliar untuk pasokan militer ke Libanon. Penghentian ini dilakukan sebagai protes atas apa yang disebut Saudi sebagai cengkeraman Hizbullah atas Libanon. Pekan lalu, pemerintah Saudi bahkan mendesak warga negaranya yang berada di Libanon agar meninggalkan negeri itu. Warga Saudi juga diserukan untuk tidak bepergian ke Libanon.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar