Setelah melakukan PEMBANTAIAN terhadap
Umat Islam Maluku Tahun 1999 (Idul Fitri Berdarah),
ternyata Umat Kristen masih melanjutkan pembantaiannya terhadap Umat
Islam di Poso (Tahun 2000), Ratusan Nyawa Melayang di Pesantren Wali
Songo.
Kabar duka dari Desa Togolu, Kecamatan Lage, Poso, begitu menggetarkan
hati semua warga. Ratusan nyawa telah melayang di pesantren Wali Songo
yang terletak di wilayah itu, belum lagi mereka yang luka-luka dan
melarikan diri penuh dengan ketakutan. Begitulah kesaksian Nyonya Ani,
istri komandan Kodim 1307 Poso.
"
Mayat yang sudah teridentifikasi sekitar 200 orang," demikian Nyonya Ani menjelaskan.
Sementara, Kantor Berita Antara menuturkan, ratusan penghuni pesantren
Wali Songo di Kilometer Sembilan (Desa Togolu) Kecamatan Lage Kabupaten
Poso, Sulawesi Tengah, "hilang" dan diduga kuat lari menyelamatkan diri
saat Kelompok perusuh melakukan penyerangan tanggal 28 Mei 2000.
Sejumlah saksi mata yang ditemui Antara di Palu dan Poso--205km timur
Palu Senin mengatakan, penyerangan kelompok perusuh hari Minggu itu di
pondok pesantren tersebut mengakibatkan banyak korban tewas, namun
beberapa di antaranya berhasil menyelamatkan diri lari ke hutan-hutan di
sekitar pasantren itu.
|
[Disiksa Dulu Sebelum Di Bunuh] |
Para saksi mata tidak merinci jumlah korban yang dibantai di tempat itu,
namun mereka memperkirakan sebagian besar dari puluhan mayat yang
hanyut di Sungai Poso adalah penghuni pondok pesantren Wali Songo.
Bahkan salah seorang aparat keamanan setempat mengatakan lima dari
puluhan mayat penuh bacokan sekujur tubuhnya dan terikat menjadi satu
yang ditemukan mengapung di Sungai Poso kemungkinan adalah penghuni
pondok pesantren itu.
Komandan Kodim 1307 Poso Letkol Inf Budiardjo kepada Antara di Poso
Senin, saat mendampingi Pangdam VII/Wirabuana Mayjen TNI Slamet
Kirbiantoro mengatakan, belum dapat memastikan nasib ratusan penghuni
pesantren itu.
Namun ia membenarkan bahwa jika mengacu kepada laporan stafnya di
lapangan memang benar terjadi penyanderaan dan pembantaian di pesantren
Wali Songo.
Pasukan TNI yang tergabung dalam "Operasi Cinta Damai' kini sibuk
mengumpulkan bukti-bukti pembantaian di sekitar pesantren itu dan
menurut Dandim Budihardjo akan segera ditindak-lanjuti setelah pihak TNI
melakukan operasi pembersihan di kawasan itu.
Budiardjo mengatakan TNI-Polri juga masih melakukan penyelidikan
intensif terhadap mayat-mayat yang belum diidentifikasi petugas
sekalipun sebagian besar sudah dikuburkan di pemakaman Tegal Rejo.
Ketika ditanya jumlah mayat yang ditemukan petugas di Pesantren Wali
Songo, Budiardjo mengatakan belum tahu pasti sebab setiap ada mayat yang
ditemukan setelah dirawat seadanya langsung dimakamkan.
|
[Korban Pembantaian] |
"
Saya memperkirakan mayat-mayat yang
ditemukan hanyut di Sungai Poso berasal dari sana (Pesantren Wali Songo)
sebab lokasi pasantren tersebut berada di bagian hulu Sungai Poso," katanya.
Berdasarkan data sementara, jumlah mayat yang ditemukan Penduduk sudah
mencapai 146 sosok dan 60 sosok di antaranya ditemukan penduduk
mengambang di Sangai Poso, dan yang lainnya ditemukan penduduk di tiga
titik bentrokan, yakni Kelurahan Sayo, Kelurahan Mo'engko dan Desa Malei
di pinggiran selatan kota Poso.
Wartawan Antara melaporkan dari Poso bahwa hingga hari Senin di lokasi
pasantren itu masih tercium bau bangkai. Bau sangat menyengat juga
tercium di sepanjang poros jalan Poso-Parigi di Kecamatan Poso Pesisir
terutama di daerah rawa yang ditumbuhi banyak pohon sagu.
Panglima Kodam VII Wirabuana, Mayjen TNI Slamet Kirbiantoro mengatakan
bahwa pihaknya sudah memerintahkan Kodim Poso untuk mengusut tuntas
kasus pembataian di pesantren Wali Songo itu.
"Saya telah memerintahkan Dandim 1307 Poso (Letkol Inf Budihardjo)
untuk mengusut tuntas kasus ini," kata Jenderal berbintang dua itu.
Kisah Pengasuh Ponpes Wali Songo Poso Yang Selamat Diikat dan Disiksa, Lolos Lewat Sungai
Kasus pertikaian di Poso tidak hanya membawa korban dan kerugian
materil, tapi juga menjadi beban masyarakat lain yang tidak berdosa.
Berikut cerita yang disajikan dalam gaya bertutur dari dua pengasuh
Pondok Pesantren Wali Songo, Ilham (23) yang selamat dari penyanderaan,
setelah Pondok Pesantren (Ponpes) Wali Songo dibumihanguskan.
PADA saat itu hari Kamis (1/6) kami masih berada di hutan bersama
adik-adik (santri, red) yang lain. Setelah ditangkap, mereka memisahkan
kami. Perempuan jalan terus, sedangkan kami disuruh tetap tinggal di
hutan.
Setelah adik-adik santri dan ibu-ibu pergi, kami semua disuruh buka
baju. Tangan kami diikat satu per satu. Jumlah kami saat itu ada 28
orang, menurut hitungan mereka (penyandera, red). Terdiri dari enam
orang dari pesantren dan penduduk biasa.
|
[Korban Pembantaian Salibis Kristen] |
Setelah diikat dengan tali nilon, kabel atau sabut kelapa, kami
digandeng tiap lima orang. Saya sendiri diikat tiga ikatan. Kami
digiring jalan melewati hutan, tembus di suatu desa Lembomao. Di sana
kami berhenti sebentar. Mereka kayaknya memanggil pemimpinnya. Saat itu
juga pemimpinnya keluar dan memerintahkan anggotanya untuk membawa.
Kami digiring lagi berjalan melewati jembatan gantung tembus di desa
Ranononcu, terus dibawa ke Baruga. Di sana kami disiksa dalam keadaan
berdiri, berbanjar membuat dua barisan. Setelah itu tangan kami ditambah
ikatannya. Saya sendiri diikat dengan tali sabut kelapa kemudian
ditambah dengan tali nilon warna biru, kemudian diikat dengan kabel.
Setelah itu kami disiksa dengan begitu sadis.
Badan
kami diiris-iris, ditendang, dipukul, pokoknya sudah segala macam
penyiksaan, ada yang dipukul dengan gagang pedang, ada yang dengan popor
senjata. Saya sudah tidak tahu lagi dengan alat apa semua yang mereka gunakan memukul kami.
Setelah disiksa mereka mengeluarkan pertanyaan kepada kami. pertanyaan
pertama. Siapa yang tahu mengaji ? Pertanyaan kedua siapa guru mengaji ?
Dan yang ketiga, siapa yang pernah naik mimbar, dan pertanyaan keempat,
siapa yang imam. Pada saat itu, kami tidak ada yang mengaku.
|
[Luka Akibat Siksaan] |
Setelah disiksa, badan-badan kami diiris dan setelah ditaruh tanah,
disiram air panas. Sekitar kurang lebih dua jam kami disiksa di tempat
itu, kami dinaikkan ke mobil. Mereka tujukan ke arah atas. Menurut
pengamatan kami saat itu ke arah Desa Togolu. Sampai di situ mereka
giring ke pinggir kuala Poso.
Sampai di pinggiran kuala kami disuruh turun. Saya sendiri loncat dari
mobil tersebut. Saya melihat teman saya sudah dibacok satu orang. Dan
saat itu, saya langsung mengambil keputusan, berlari menuju kuala
tersebut yang jaraknya kurang lebih 10 meter.
Sebelum kami turun dari mobil, mereka sudah berdiri untuk menjaga kami
di pinggir kuala tersebut. Yang anehnya bagi saya. Mungkin sudah gerakan
Allah, pada saat saya lari di antara mereka tidak ada yang bergerak.
Sekitar satu meter lagi dari pinggiran kuala, saya sudah terjun. Dan
tiba-tiba ikatan yang mengikat tangan saya terlepas. Setelah saya terjun
ke kuala baru mereka mengambil gerakan. Ada yang menembak, tapi
alhamdulillah -saya berenang, muncul lagi untuk mengambil nafas sedikit,
mereka menembak lagi. Menyelam lagi saya, sampai waktunya sekitar satu
menit, baru saya sampai ke seberang kuala, dalam kondisi badan saya yang
sudah teriris-iris.
Setelah saya sampai, saya langsung naik ke daratan. Lari ke hutan. Saya
perkirakan dan melihat mereka tidak kelihatan lagi, saya balik ke kuala .
Saya masuk melebur kembali mencari tempat yang aman - mendapatkan
pinggir kuala, ada rumput yang menutup. Saya masuk di semak-semak rumput
tersebut. Badan saya setengah dalam air, setengah di atas.
|
[Mayat Korban Pembantaian Di Buang Ke Sungai] |
Dan saat itu mereka mengadakan pencarian pada saya. Mereka lewat, saya
lihat mereka. Tetapi mereka tidak melihat saya. Pada saat itu waktunya,
saya perkirakan jam 04.00 sore. Sekitar dua jam saya merendam di kuala,
untuk menunggu waktu malam.
Setelah malam, saya naik ke darat untuk mengambil alat renang. Saya
cabut pohon pisang. Setelah saya cabut, saya langsung buang ke kuala,
saya gunakan untuk membantu berenang. Baru sekitar 10 meter saya
berenang, mereka sudah hadang di depan dengan senternya yang begitu
terang. Saya melihat senter mereka itu seperti senter mobil. Jadi tidak
mungkin pakai baterei, mungkin sudah memakai accu (aki, red) atau alat
canggih lain.
Pada saat itu saya lepaskan pohon pisang yang saya pakai. Saya
menyeberang kembali, mendekati kembali pinggiran kuala tersebut. Setelah
itu tiba-tiba saya lihat ada tiga orang yang lewat kuala. Mungkin
teman-teman saya, yang masih ada di hutan, yang belum tertangkap pada
saat itu. Dan alhamdulillah, tiga orang lewat itu lolos.
Kemudian lewat lagi tiga orang naik perahu, dan ini kelihatan oleh
pengejar. Mereka langsung mengejar dengan perahu pula. Dua yang lolos
pada saat itu. Satu orang tertangkap. Dia berteriak-teriak "Saya tidak
salah". Kedengarannya mereka menyiksa. Dan pada saat itu tiba-tiba
terdengar suara letusan. Dan teriakan itu langsung lenyap.
|
[Korban Pembantaian Dibuang Ke Sungai Poso] |
Setelah itu, saya berpikir, berarti saya ini akan tertangkap juga kalau
saya teruskan untuk berenang. Saya ke darat dan duduk berdoa. Ya Allah
turunkan lah hujan, ya Allah. Supaya mereka menghindar dari pinggiran
kuala tersebut.
Dalam kurun waktu kurang lebih setengah jam, yang awalnya
bintang-bintang lengkap di langit. Tiba-tiba gelap dan langsung turun
hujan. Setelah hujan turun, saya berlari ke atas sekitar 20 meter.
Kemudian saya masuk lagi ke dalam kuala, dan saya lanjutkan berenang.
Dalam jarak 10 meter lagi saya berenang ke bawah, ada lagi mereka yang
menghadang di depan. Saya naik lagi ke daratan. Duduk saya di daratan
berkisar kurang lebih satu jam. Badan saya kayaknya sudah tak mampu lagi
digerakkan, dengan merasakan luka, kedinginan. Rasanya badan saya sudah
tidak bisa lagi bergerak.
Pada saat itu, saya berpikir. Kalau siang di sini, saya sembunyi dimana
lagi. Setelah pemikiran itu muncul kepasrahan, saya berdoa: bismillahi
tawaqqaltu alallahi la haula wala quwata illah billah. Saya berdiri,
lalu mencari alat bantu renang lagi. Alhamdulillah, saya ketemukan satu
biji kelapa kering. Saya bawa kembali ke kuala.
Setelah saya masuk, melebur kembali ke kuala, rasanya badan ini sudah
kuat kembali. Tangan dan kaki saya, yang semula sudah tidak mampu
digerakkan, setelah saya melebur ke kuala, badan saya terasa pulih
kembali. Kayaknya tidak ada luka yang melekat.
Setelah itu saya berenang sampai melewati pinggir kuala tersebut. Setiap
pinggiran kuala tetap juga mereka jaga. Tetapi sudah tidak terlalu
ketat. Karena hujan turun terus. Saya temukan jembatan yang saya lewati
pertama pada saat kami menuju di desa Ranononcu itu. Mereka berjaga di
jembatan itu, alhamdulillah saya masih sempat lolos. Kemudian terus
lagi, menemukan lagi jembatan satu. Yang pertama jembatan gantung
Ranononcu dan yang kedua jembatan gantung Lembomawo.
Setelah itu, saya terus lanjutkan berenang. Dan apabila mereka mencari,
menyenter dari sebelah, saya menghindar, menyeberang ke sebelah. Jadi,
saya memotong-motong kuala Poso itu, yang jaraknya, yang disebut orang
sering ambil korban manusia, ada buaya kayaknya sudah tidak lagi saya
pikirkan.
Setelah itu, saya tiba di jembatan II Poso, yang direncanakan untuk
dijadikan "kriminal dua". Setelah mendekati jembatan tersebut, saya
melihat pancaran cahaya. Lampu mereka begitu terang. Mereka memakai
lampu sorot. Mereka pancarkan ke kuala tersebut. Kualanya terang sekali.
Jadi apapun yang lewat, kayu sepenggal pun yang lewat, kelihatan dalam
kuala tersebut. Tetap saya terus dan berhenti di jembatan tersebut.
Saya berhenti di bawah jembatan dan berdiri serta duduk bergantian
sambil berpikir, bagaimana caranya bisa lolos. Sedangkan kuala ini
terang sekali. Berpikir saya di situ sekitar satu jam. Bagaimana
caranya, tidak ada hasil. Kayaknya, secara jernih saya tidak mampu lagi
untuk berpikir, bagaimana caranya untuk lolos.
Setelah itu, saya terpikir dalam satu firman "Jangan takut Allah bersama
kita". Saya membaca doa bismillahi tawaqqaltu alallahi la haula wala
quwata illah billah. Segala daya dan kekuatan saya serahkan kepada Allah
sepenuhnya. Muncul keyakinan saya pada saat itu, saya langsung meloncat
berenang ke kuala.
Setelah saya mendekati lampu tersebut, tiba-tiba lampunya langsung mati.
Saya berpikir jangan-jangan saya dijebak, dengan sengaja mematikan
senter, agar saya terus berenang. Dan setelah melewati tempat terang
tersebut baru lampunya menyala. Tidak tahu mengapa lampu mereka mati.
Berarti mereka sebenarnya bukan menjebak saya. Tetapi memang benar
lampunya mati pada saat itu. Mungkin sudah digariskan oleh Allah. Sudah
memberikan pertolongan pada saat itu kepada saya.
|
[Anak-anakpun Menjadi Korban] |
Sebagai manusia biasa, yang sudah luka parah, muka saya sudah hancur
dipukul, mungkin tidak bisa melanjutkan perjalanan. Tapi kekuatan yang
ada, saya melanjutkan berenang melewati jembatan dan tiba-tiba saya
mendegar suara azan. Berarti menandakan waktu subuh atau pagi telah
tiba. Saya makin cepat berenang sebelum terang, karena kalau sudah siang
mereka akan temukan saya.
Sekitar pukul 6 pagi saya mendengar suara pengumuman yang menyebutkan
nama kompi. Saya berpikir bahwa itu adalah asrama tentara dan langsung
mendekati. Di dekat lokasi asrama saya melihat seorang pemuda dan saya
tanyakan asalnya. Saya juga tanya mengapa ada disini dan pemuda itu
mengatakan dirinya pengungsi. Saya tanya lagi agamamu apa, dan dia
menjawab agama Islam.
Disaat dia menjawab Islam, saya langsung mengatakan tolong, dan dia pun
langsung menolong saya membawa ke asrama kompi dan dirawat. Pada saat
disiksa, saya melihat seorang aparat tentara yang juga saya sudah pernah
lihat sebelumnya. Waktu di kompi saya juga melihat tentara itu, kami
sempat berpapasan mata kemudian tentara itu langsung pergi. Saya periksa
di semua ruangan tentara itu tidak ada. Saya yakin dia adalah tentara
yang saya lihat ketika saya disiksa. (ud/jpnn)
Jejak Kelalawar Hitam, Pembantai Muslim Poso
Ratusan Muslim Poso dibantai, pelakunya adalah kelompok orang terlatih
bernama Kelalawar Hitam. Investigasi Sahid di lapangan menunjukkan
selain dipicu persoalan politik lokal ada keterlibatan tokoh-tokoh di
Jakarta.
Puluhan warga Pesantren Walisongo itu dibariskan menghadap Sungai Poso.
Mereka dihimpun dalam beberapa kelompok yang saling terikat. Ada yang
tiga orang, lima, enam atau delapan orang. Para pemuda digabungkan
dengan pemuda dalam satu kelompok. Tangan mereka semua terikat ke
belakang dengan kabel, ijuk, atau tali rafiah yang satu dengan lainnya
saling ditautkan.
|
[Anak-anakpun Jadi Korban Pembantaian] |
Sebuah aba-aba memerintahkan agar mereka membungkuk. Secepat kilat
pedang yang dipegang para algojo haus darah itu memenggal tengkuk
mereka. Bersamaan dengan itu, terdengar teriakan takbir. Ada yang
kepalanya langsung terlepas, ada pula yang setengah terlepas. Ada yang
anggota badannya terpotong, ada pula badannya terbelah. Darah segarpun
muncrat. Seketika itu pula tubuh-tubuh yang tidak berdosa itu berjatuhan
ke sungai.
Bersamaan dengan terceburnya orang-orang yang dibantai itu, air sungai
Poso yang sebelumnya bening berubah warna menjadi merah darah. Sesaat
tubuh orang-orang yang dibantai itu menggelepar meregang nyawa sambil
mengikuti aliran sungai. Tidak semuanya meninggal seketika, masih ada
yang bertahan hidup dan berusaha menyelamatkan diri. Namun regu tembak
siap menghabisi nyawa korban sebelum mendapatkan ranting, dahan, batang
pisang, atau apapun untuk menyelamatkan diri.
Itulah salah satu babak dalam tragedi pembantaian ummat Islam di Poso,
Sulawesi Tengah beberapa waktu lalu. Warga Pesantren Walisongo merupakan
salah satu sasaran yang dibantai. Di komplek pesantren yang terletak di
Desa Sintuwulemba, Kecamatan Lage, Poso ini tidak kurang 300-an orang
yang tinggal. Mulai dari ustadz , santri, pembina, dan istri pengajar
serta anak-anaknya.
|
[Korban Pembantaian, Disiksa Secara Biadab] |
Tidak satupun orang yang tersisa di komplek pesantren itu. Sebagian
besar dibantai, sebagian lainnya lari ke hutan menyelamatkan diri.
Bangunan yang ada dibakar dan diratakan dengan tanah. Pesantren Poso
hanya tinggal puing-puing belaka.
Ilham (27) satu-satunya ustadz Pesantren Walisongo yang turut dibantai
namun selamat setelah mengapung beberapa kilometer mengikuti aliran
sungai Poso, menuturkan kepada Sahid, sebelum dibantai mereka mengalami
penyiksaan terlebih dahulu. Mereka dikumpulkan di dalam masjid Al Hirah.
Di sanalah warga pesantren Walisongo yang sudah menyerah itu dibantai.
Ada yang ditebas lehernya, dipotong anggota badannya, sebelum akhirnya
diangkut truk ke pinggir Sungai Poso.
Sungai Poso menjadi saksi bisu pembantaian ummat Islam, khususnya warga
Pesantren Walisongo. Mayat-mayat mereka hanyut di Sungai Poso dan
terbawa entah sampai ke mana. Belum ada angka yang pasti jumlah korban
dalam pembantaian itu.
Seorang warga Kelurahan Kayamanya, Kecamatan Poso Kota, Syahrul Maliki,
yang daerahnya dilewati aliran sungai Poso dan terletak sembilan
kilometer dari ladang pembantaian, menuturkan kepada Sahid, Dari pagi
hingga siang saja, saya menghitung ada 70-an mayat yang hanyut terbawa
arus, berikutnya saya tidak menghitung lagi, katanya.
|
[Anak-anakpun Menjadi Korban.. BIADAB !] |
Sementara Pos Keadilan Peduli Ummat (PKPU) melaporkan jumlah mayat yang
ditemukan di Sungai Poso tidak kurang dari 165 orang. Tidak hanya
laki-laki dewasa, banyak pula yang perempuan, orang tua, dan anak-anak.
Biasanya mayat wanita disatukan dengan anak-anak. Ada yang cukup diikat,
ada pula yang dimasukkan karung, kata Syahrul. Sebagian besar mayat
sudah rusak akibat siksaan.
Menurut Ilham, sebelum diserang, warga pesantren diteror oleh Pasukan
Merah ini. Komplek Pesantren Walisongo sering dipanah. Hingga saat ini
bekas panah tersebut masih terlihat jelas.
Pembantainya sudah sangat jelas. Mereka adalah orang-orang Kristen yang
dikenal sebagai Pasukan Kelalawar Hitam. Dalam aksinya mereka mengenakan
pakaian serba hitam. Salib di dada dan ikat kepala merah. Karena itu
pula mereka sering disebut pula sebagai Pasukan Merah. Pembataian itu
puncak dari hubungan ummat Islam dan Kristen yang kurang harmonis di
kawasan itu.
Tercatat sekitar 200 - 400-an orang yang tewas terbantai.
Dalam laporannya, pihak gereja melalui 'Crisis Center GKST untuk
Kerusuhan Poso' mengakui dikalangan mereka ada kelompok terlatih yang
berpakaian ala ninja ini. Mereka menyebutnya sebagai 'Pejuang Pemulihan
Keamanan Poso'.
Ada ciri-ciri yang sama ketika kelompok merah menyerang. Mereka selalu
mengenakan pakaian ala ninja yang serba hitam, semua tertutup kecuali
mata. Mereka juga mengenakan atribut salib di dada dan ikat kepala
merah. Mayat-mayat juga ditemukan selalu dalam kondisi rusak akibat
siksaan atau sengaja dicincang hingga tidak dikenal identitasnya. Dalam
berbagai penyerangan pasukan merah selalu di atas angin. Karena itu
sebagian besar korbannya adalah orang-orang muslim.
|
[Korban Disiksa Sebelum Di Bunuh] |
Selain di Pesantren Walisongo penyerangan dan pembantaian juga dilakukan
di sejumlah tempat. Tercatat 16 desa yang penduduknya mayoritas Muslim
kampungnya hancur dan terbakar. Dari arah selatan Poso, kerusakan hingga
mencapai Tentena. Dari arah Timur hingga Malei. Dari arah barat hingga
Tamborana.
Temuan Komite Penanggulangan Krisis (Kompak) Ujungpandang yang melakukan
investigasi di Poso menunjukkan adanya keterlibatan gereja dalam
beberapa kerusuhan. Buktinya Sebelum mereka melakukan penyerangan,
mereka menerima pemberkatan dari gereja, kata Agus Dwikarna, ketua
Kompak Ujungpandang.
Misalnya pemberkatan yang dilakukan Pendeta Leniy di gereja Silanca
(8/6/00) dan Pendeta Rinaldy Damanik di halaman Puskesmas depan Gereja
Sinode Tentena. Selain kepada pasukan Kelelawar Hitam, pemberkatan juga
diberikan kepada para perusuh. Pemberkatan ini memberikan semangat dan
kebencian yang tinggi masyarakat Kristen kepada ummat Islam.
|
[Pendeta Rinaldy Damanik] |
Yang menarik menurut Agus, meskipun mereka mengakui telah membumi
hanguskan seluruh perkampungan ummat Islam dan membantai masyarakatnya,
Pendeta R Damanik dan Advent Lateka mengadukan ummat Islam sebagai
provokator.
Kini kabupaten yang dikenal sebagai penghasil kakau terbesar ini nyaris
seperti kota mati karena ditinggal penduduknya mengungsi, bangunan yang
ditinggalkan hanya tersisa puing-puing yang beserakan.
Penyerangan terhadap ummat Islam yang berlangsung sejak tanggal 23 Mei
lalu, merupakan pertikaian ketiga antara Islam Kristen di Poso.
Pertikaian pertama berlangsung pada Desember 1998. Enam belas bulan
kemudian, 15 April 2000 pertikaian meledak lagi, yang dipicu perkelaian
pemuda Kelurahan Kamayanya (muslim) dengan Lambogia (Kristen).
Dalam penyerangan kali ini kelompok merah yang bergabung dalam pasukan Kelelawar Hitam dipimpin oleh
Cornelis Tibo
asal Flores menyerang kampung Muslim Kayamanya. Mereka memukul-mukul
tiang listrik hingga memancing kemarahan ummat Islam. Selanjutnya mereka
mengaiaya ummat Islam di situ dan membunuh Serma Komarudin.
Ummat Islam yang marah mengejar Pasukan Kelelawar Hitam yang lari ke
Gereja Katolik Maengkolama. Karena bersembunyi di gereja itu ummat Islam
yang marah membakar gereja yang dijadikan tempat persembunyian itu.
Salah satu yang dianggap menjadi penyebab pertikaian adalah konflik
politik lokal. Perebutan jabatan Bupati Poso pada Desember 1998
merupakan salah satunya. Herman Parino, tokoh Kristen, gagal merebut
jabatan. Namun Herman Parino dan para pendukungnya menuduh Arif
Patangga, bupati yang hendak digantikannya, muslim, merekayasa gagalnya
Parino.
|
[Cornelis Tibo, Dkk, Pemimpin Kelelawar Hitam] |
Karena jengkel, Parino menggalang massa untuk menyerang rumah Patangga.
Namun rencana itu sudah tercium sebelumnya, para pendukung Patangga
tidak diam dan bersiap menyambut. Bentrokan tidak terelakkan lagi. Dua
hari kemudian giliran pendukung Patangga menyerang rumah Parino di desa
Tentena. Dalam kerusahan itu polisi langsung menangkap tokoh dari kedua
belah pilah, Herman Parino dan Agfar Patangga, adik kandung Arif
Patangga yang dianggap memprovokasi massa.
Nampaknya penangkapan Herman Parino yang merupakan tokoh Kristen yang
dihormati membuat pendukungnya kecewa. Apalagi Herman lantas dijatuhi
hukuman, meskipun Agfar juga dijatuhi hukuman oleh pengadilan negeri
Poso. Kasus inilah yang menjadi api dalam sekam. Maka ketika terjadi
perkelaian pemuda Islam dan Kristen yang mabuk pada pertengahan April
2000 lalu, kerusuhan pun tidak dapat terhindarkan.
|
[Herman Parino, Tokoh Kristen] |
Dipicu kerusuhan pada bulan April, tanggal 23 Mei 2000 pasukan merah
melakukan penyerangan ke beberapa perkampungan muslim. Pertikaian tidak
hanya sebatas para pendukung Herman Parino dan Arif Patangga.
Perkampungan Muslim yang tidak ada kaitannya dengan kerusuhan sebelumnya
ikut dihancurkan, warganya dibantai, perempuannya diperkosa.
Selain konflik lokal, sumber intelejen menyatakan bahwa kerusuhan di
Poso juga terkait dengan tokoh-tokoh di Jakarta. Salah satu kekuatan
yang bermain itu adalah kelompok Soeharto. Indikasinya jika proses hukum
Soeharto meningkat, tingkat kerusuhan meningkat. Temuan di lapangan
menunjukkan keterlibatan sekitar 70-an purnawirawan TNI dalam melatih
pasukan merah. Karena itulah pasukan merah sangat mahir dalam
menggunakan berbagai senjata api maupun tangan kosong.
Pihak intelejen menyebutkan, kelompok yang berkepentingan terhadap
kerusuhan di Poso ini juga didukung sumber dana yang kuat. Kasus
beredarnya milyaran uang palsu dan hilangnya dua kontainer kertas uang
yang hingga kini belum ditemukan juga sangat terkait dengan
berlangsungnya kerusuhan di Poso ini.
|
[Senjata Yang Digunakan Untuk Membantai] |
Informasi sumber intelejen tersebut juga dibenarkan oleh Wakapolda
Sulawesi Tengah, Kolonel Zaenal Abidin Ishak, yang menyatakan
keterlibatan 15 anggota Polres Poso dan enam anggota TNI AD dalam
kerusuhan itu. Mereka kini sedang ditahan untuk pemeriksaan lebih
lanjut.
Agus Dwikarna tidak percaya bahwa kerusuhan di Poso hanya persoalan
gagalnya Herman Parino menjadi bupati. Kalau hanya karena perebutan
kursi bupati kenapa ummat Islam yang dibantai, tanya Agus. Ia yakin ada
upaya melenyapkan ummat Islam dari bumi Poso.
Apapun penyebabnya, kerusuhan Poso menyebabkan trauma yang mendalam di
kalangan orang-orang Muslim di Poso. Sejak kerusuhan itu ribuan ummat
Islam menjadi pengungsi di negerinya sendiri.(dm)
Source : Riau Pos Rabu, 14 Juni 2000
From: fajar rahmat hidayat, Haryono, Munanshar dan Pambudi (Poso)
Sumber :
http://media.isnet.org/poso/Nyawa.html
http://imanhijrahdanjihad.blogspot.com/2011/06/poso-menangis-ratusan-nyawa-melayang-di.html
http://imanhijrahdanjihad.blogspot.com/2011/06/kisah-pengasuh-ponpes-wali-songo-poso.html
http://imanhijrahdanjihad.blogspot.com/2011/06/jejak-kelalawar-hitam-pembantai-muslim.html
BACA JUGA :
Mengenang Tragedi Pembantaian Umat Islam Maluku
http://duniamuallaf.blogspot.com/2013/06/mengenang-tragedi-pembantaian-umat.html
Tragedi Idul Fitri Berdarah II (Pengkhianatan Kristen)
http://duniamuallaf.blogspot.com/2013/07/mengenang-tragedi-maluku-ii.html
Tragedi Idul Fitri Berdarah III (Kesaksian)
http://duniamuallaf.blogspot.com/2013/08/mengenang-tragedi-pembantaian-umat.html
INILAH SAKSI BISU KEBIADABAN SALIBIS KRISTEN POSO..
SLOGAN AGAMA KASIH TERNYATA OMONG KOSONG BELAKA..
|
[Korban Pembantaian] |
|
[Penyiksaan Tidak Berperikemanusiaan] |
|
|
SUNGAI MENJADI SAKSI BISU KEBIADABAN SALIBIS KRISTEN..
SENJATA YANG DIGUNAKAN UNTUK MELAKUKAN PEMBANTAIAN
BANYAK UMAT ISLAM YANG TIDAK MENGETAHUI PERISTIWA INI...
KARENA MEDIA MASSA MEMANG SENGAJA MENYEMBUNYIKANNYA...
MEDIA MASSA (YANG SUDAH DI KUASAI KRISTEN dan SEKULER) YANG BIASANYA BERSUARA NYARING PUN TERDIAM...
DIAM MEMBISU..
BERUSAHA MENUTUPI KEJAHATAN KEMANUSIAAN INI...
HANYA KARENA YANG MENJADI KORBAN ADALAH UMAT ISLAM...
KOMNAS HAM..
TERNYATA HANYA MAU BERSUARA JIKA YANG MENJADI KORBAN ADALAH UMAT KRISTEN...
DIMANAKAH KEADILAN..?
BANYAK PELAKU PEMBANTAIAN YANG MASIH BERKELIARAN BEBAS SAMPAI SAAT INI..
DENSUS 88 TIDAK PERNAH MEMBURU MEREKA..
INI KARENA MEREKA (PELAKU PEMBANTAIAN) BERAGAMA KRISTEN..
BERBEDA JIKA PELAKUNYA DISINYALIR UMAT ISLAM..
SAMPAI KE UJUNG DUNIAPUN AKAN DI KEJAR OLEH DENSUS 88..
TAPI KAMI PERCAYA...
DI DUNIA MEREKA TIDAK DI HUKUM..
TAPI DI AKHERAT.. MEREKA TIDAK AKAN LEPAS DARI HUKUM !
APAKAH MEREKA MELAKUKAN TINDAKAN BIADAB KARENA TERINSPIRASI OLEH PRAKTEK INKUISISI GEREJA ?
Menurut Peter de Rosa (dalam bukunya
Vicars of Christ : The Dark Side of the Papacy),
hal ini hanya menambahkan unsur kemunafikan terhadap sebuah kejahatan
(“it merely added hypocricy to wickedness”). Yang juga sangat
mengherankan adalah bagaimana cara-cara penyiksaan dalam Inquisisi
dihalalkan bahkan oleh mereka yang disebut sebagai ‘orang-orang suci’
atau rohaniwan.
Robert Held, dalam bukunya yang berjudul “Inquisition”
memuat foto-foto dan lukisan-lukisan yang sangat mengerikan tentang
kejahatan Inquisisi pada masa-masa itu. Held memaparkan lebih dari 50
jenis dan model alat-alat penyiksaan serta berbagai metodenya. Kekejaman
tersebut bervariasi mulai dari pembakaran hidup-hidup, pencungkilan
mata, membelah tubuh manusia dengan gergaji, pemotongan lidah,
menghancurkan kepala dengan sebuah alat khusus, mengebor kelamin wanita,
dan sebagainya. Yang menarik lagi, sekitar 85 persen dari korban
penyiksaan dan pembunuhan tersebut adalah perempuan. Antara tahun 1450 –
1800, diperkirakan sekitar 2 – 4 juta perempuan dibakar hidup-hidup di
Eropa, baik di negara-negara Katolik maupun Protestan.
ATAUKAH MEREKA MELAKUKAN TINDAKAN BIADAB INI KARENA TERINSPIRASI OLEH AYAT-AYAT KEKERASAN DI DALAM INJIL ?
Ul. 13:15
Maka bunuhlah dengan mata pedang penduduk kota itu, dan tumpaslah dengan mata pedang kota itu serta segala isinya dan hewannya.
Ul. 20:13
dan setelah TUHAN, Allahmu, menyerahkannya ke dalam tanganmu, maka
haruslah engkau membunuh seluruh penduduknya yang laki-laki dengan mata
pedang.
Yos. 6:21
Mereka menumpas dengan mata pedang segala sesuatu yang di dalam kota
itu, baik laki-laki maupun perempuan, baik tua maupun muda, sampai
kepada lembu, domba dan keledai.
Yos. 10:35
Kota itu direbut mereka pada hari itu juga dan dipukul dengan mata
pedang. Semua makhluk yang ada di dalamnya ditumpasnya pada hari itu,
tepat seperti yang dilakukan terhadap Lakhis.
Yos. 10:37
Negeri itu direbut mereka dan dipukul dengan mata pedang, juga rajanya
dan segala kotanya dan semua makhluk yang ada di dalamnya, tidak
seorangpun yang dibiarkannya lolos, tepat seperti yang dilakukannya
terhadap Eglon. Kota itu dan semua makhluk yang ada di dalamnya
ditumpasnya.
Yos. 11:11
Semua makhluk yang ada di dalamnya dibunuhnya dengan mata pedang, sambil
menumpas orang-orang itu. Tidak ada yang tinggal hidup dari semua yang
bernafas dan Hazor dibakarnya.
Ezr. 9:7
Dari zaman nenek moyang kami sampai hari ini kesalahan kami besar, dan
oleh karena dosa kami maka kami sekalian dengan raja-raja dan imam-imam
kami diserahkan ke dalam tangan raja-raja negeri, ke dalam kuasa pedang,
ke dalam penawanan dan penjarahan, dan penghinaan di depan umum,
seperti yang terjadi sekarang ini.
Kel. 22:24
Maka murka-Ku akan bangkit dan Aku akan membunuh kamu dengan pedang,
sehingga isteri-isterimu menjadi janda dan anak-anakmu menjadi yatim.
Im. 26:8
Lima orang dari antaramu akan mengejar seratus, dan seratus orang dari
antaramu akan mengejar selaksa dan semua musuhmu akan tewas di hadapanmu
oleh pedang.
Im. 26:33
Tetapi kamu akan Kuserakkan di antara bangsa-bangsa lain dan Aku akan
menghunus pedang di belakang kamu, dan tanahmu akan menjadi tempat
tandus dan kota-kotamu akan menjadi reruntuhan.
Inikah agama Kasih ? :
“JANGAN BIARKAN HIDUP APAPUN YANG BERNAFAS” (ULANGAN 20 ; 16)
“JANGAN ADA BELAS KASIHAN, BUNUH SEMUANYA, TERMASUK WANITA DAN ANAK2 YG MASIH NYUSU” (SAMUEL 15 ; 3)
“REMUKKAN BAYI2, BELAH PERUT WANITA HAMIL”. (HOSEA 13 ; 16)
Karena terinspirasi Ayat2 Sadis diatas, Tentara Kristen Amerika membantai Rakyat Irak, Afganistan, dll TANPA BELAS KASIHAN !
SEMOGA PEREISTIWA KELAM INI TIDAK TERULANG KEMBALI...
INGATLAH...
APAPUN YANG KITA LAKUKAN DI DUNIA INI..
AKAN DIMINTAI PERTANGGUNGJAWABANNYA DI AKHERAT NANTI...
ITULAH KEADILAN TUHAN !