Ketika pertama kali melihat pembangunan Jamarat yang megah dan besar di Mina beberapa waktu lalu, sejumlah kawasan perbukitan dihancurkan. Yang menarik, ketika penghancuran dan pengerukan dilakukan ditemukan sebuah bangunan masjid kuno, Masjid Al Baiah atau Masjid Al Baiat, begitu namanya.
Menurut sejumlah sumber yang
diperoleh, masjid kuno berukuran 400 meter persegi atau 17 x 29 meter
dan tingginya sekitar 7 meter, dinding bagian belakang 2 meter ini
ditemukan sekitar tahun 2006 lalu. Sebelumnya, masjid yang tertimbun ini
hanya diketahui kalangan terbatas karena letaknya terpencil.
Tidak seperti masjid pada umumnya, masjid kuno berwarna krem ini dikelilingi
pagar
besi berwarna hitam dan dikunci gembok. Sehingga para peziarah atau
jamaah haji, saat musim haji kemarin pun tidak bisa melakukan salat di
situ, tapi salat di Masjid Al Khif yang megah yang tak jauh dari
Jamarat. Selain itu, masjid ini pun tidak memiliki tempat wudhu atau
toilet.
Namun begitu, para pengunjungnya masih bisa melihat kondisi dari luar atau
melongok
sebagian ruangan dari jendelanya yang memang dibiarkan terbuka. Belum
diketahui dengan jelas, siapa yang membangun masjid itu. Informasi dari
sejumlah mukimin, warga Indonesia yang tinggal di Makkah, Arab Saudi
mengatakan, masjid ini merupakan sisa peninggalan Dinasti Abbasiyah,
sebagai penghormatan kepada Abbas bin Abdul Muthalib.
Abdul
Muthalib sendiri merupakan Paman Rasulullah (Nabi) Muhammad SAW.
Keturunan paman Rasulullah ini lalu membangun Dinasti Abbasiyah.
Sebagian orang menganggap bahwa masjid ini dibangun oleh jin, saat
mereka melakukan baiat (sumpah setia) kepada Rasulullah. Namun anggapan
ini tidak bisa dipertanggungjawabkan, karena Masjid Jin memang ada di
Kota Makkah tidak jauh dari Masjidil Haram, sebagai penanda keimanan
para jin kepada Rasulullah.
Lalu masjid ini sempat terkubur
tanah. Namun dalam proses pembangunan besar-besaran Jamarat, budozer
yang melakukan pengerukan tanah terantuk batu yang sangat keras. Setelah
diteliti, ternyata batu keras tersebut merupakan masjid. Maka, masjid
itu dibiarkan seperti apa adanya. Meski demikian, masjid ini tidak
difungsikan sebagaimana masjid pada umumnya, hanya sebagai tempat
berziarah.
Meski demikian, bentuk masjid dipelihara. Misalnya
tempat imam salat diberi sajadah. Demikian pula dua saf di belakang
imam. Semua sajadah dibiarkan kotor dan berdebu, karena memang tidak
digunakan. Di tempat imam juga terdapat tempat menaruh microphone
sehingga terkesan masjid ini aktif digunakan. Di beberapa sudut terdapat
tempat Al Quran.
- Detik News
Mengunjungi Masjid Baiat di Jamarat Mina
Ketika
berjalan disekitar kompleks tempat melontar Jamrah,penulis terlihat
satu masjid yang kecil yang diperbuat daripada tanah. Ramai yang berkata
banggunan kecil ini adalah masjid Aqabah,setelah diselidiki rupanya
nama sebenar bangunan ini adalah Masjid Baiat.
Di antara kawasan banguna Jamarat yang besar dan megah ini terdapat masjid kecil yang kelihatan reka bentuk lama .Jaraknya lebih kurang dari 50 meter daripada bangunan Jamarat. Masjid yang dicat berwarna krim ini tidak beratap dan saiznya sekitar kebih kurang 10 x 10 meter . Semasa penulis pergi ke masjid ini tidak ada jemaah yang bersolat,masjid ini di pagar kelilingnya dan pintunya berkunci pada setiap waktu.
Namun pengunjung masih mampu untuk melihat ruang dalam masjid melalui sayap kanannya kerana ia tidak berpintu
Inilah Masjid Baiat, masjid yang dibangun oleh Dinasti Abbasiah untuk menghormati Abbas bin Abdul Muthalib. Abbas adalah bapa saudara Rasulullah saw, yang anak keturunannya kemudian membangunkan Dinasti Abbasiah.
Sebahagian orang menganggap bahawa masjid ini dibangunkan oleh jin saat mereka melakukan baiat kepada Rasulullah. Namun anggapan ini tidak benar karena Masjid Jin memang ada di Kota Mekah sebagai penanda terjadinya baiat para jin yang beriman kepada Rasulullah.
Sebelum itu masjid ini tertanam dibawah tanah ratusan tahun , Namun dalam proses pembangunan besar-besaran Jamarat, buldozer yang melakukan pembersihan tanah telah terkesan struktur batu yang sangat keras. Setelah diteliti, ternyata batu keras tersebut merupakan masjid. Maka, masjid itu dibiarkan seperti seadanya dan dibaik pulih sedikit, bentuk masjid dipelihara. Misalnya tempat imam solat diletakkan sejadah.
Inilah peninggalan sejarah yang dihargai pemerintah Arab Saudi. Padahal, biasanya kerajaan ini mampu untuk membangunkan struktur yang lebih cantik jika tidak memikirkan nilai sejarahnya maka Masjid Baiat dibiarkan dengan seadanya.
Penulis kongsikan sedikit mengenai sejarah Baiat Aqabah.
Menghormati Abbas
Masjid Baiat dibangun oleh Dinasti Abbasiah untuk menghormati Abbas bin Abdul Muthalib. Masjid ini dibangun sebagai penghormatan atas terjadinya Baiat Aqabah, karena di tempat inilah kaum Yatsrib (masyarakat Madinah) melakukan baiat kepada Rasulullah untuk taat dan tidak melakukan syirik. Ketika itu, Rasulullah saw. ditemani bapa saudaranya Abbas bin Abdul Muthalib yang belum beriman. Meski demikian, ia sangat mengambil berat dan sangat menjaga keselamatannya nabi.
Wikipedia menjelaskan, baiat di Aqabah terjadi dua kali. Baiat Aqabah pertama yang terjadi tahun 621 M, yaitu perjanjian antara Rasulullah dengan 12 orang dari Yatsrib yang kemudian mereka memeluk Islam. Baiat Aqabah ini terjadi pada tahun kedua belas kenabiannya. Kemudian mereka berbaiat (bersumpah setia) kepada Muhammad. Adapun isi baiat itu, penduduk Yatsrib tidak akan menyekutukan Allah dengan sesuatu apa pun; Mereka akan melaksanakan apa yang Allah perintahkan; Dan ketiga, mereka akan meninggalkan larangan Allah.
Setahun kemudian, tahun 622 M, Rasulullah kembali melakukan baiat di Aqabah. Kali ini perjanjian dilakukan Rasulullah terhadap 73 orang lelaki dan 2 orang wanita dari Yatsrib. Wanita itu adalah Nusaibah bintu Ka`ab dan Asma` bintu `Amr bin `Adiy. Perjanjian ini terjadi pada tahun ketiga belas kenabian. Mushâ'b bin Umair yang ikut berbaiat pada Baiat Aqabah pertama kembali ikut bersamanya beserta dengan penduduk Yatsrib yang sudah terlebih dahulu masuk Islam.
Mereka menjumpai Rasulullah di Aqabah pada suatu malam. Nabi Muhammad SAW datang bersama bapa saudaranya Abbas bin Abdil Muthallib. Pada saat itu Abbas masih musyrik, namun ia ingin menjaga keselamatan anak saudaranya Muhammad, kepada orang-orang Yatsrib itu. Ketika itu, Abbas menjadi orang pertama yang angkat bicara kemudian disusul oleh Muhammad yang membacakan beberapa ayat Alquran dan menyerukan tentang Islam.
Kemudian orang-orang Yatsrib itu membaiat Muhammad. Isi baiatnya adalah, mereka akan mendengar dan taat, baik dalam perkara yang mereka sukai maupun yang mereka benci; Mereka akan berinfak, baik dalam keadaan sempit maupun lapang; Mereka akan beramar ma'ruf dan nahi munkar. Mereka juga berjanji agar mereka tidak terpengaruh celaan orang-orang yang mencela di jalan Allah; Dan mereka berjanji akan melindungi Muhammad sebagaimana mereka melindungi para wanita dan anak mereka sendiri.
Setelah baiat itu, Muhammad kembali ke Mekah untuk meneruskan dakwah. Kemudian ia mendapatkan gangguan dari kaum musyrikin kepada kaum muslimin yang dirasa semakin keras. Maka Muhammad memberikan perintah kepada kaum muslimin untuk berhijrah ke Yatsrib. Baik secara sendiri-sendiri, maupun berkelompok. Mereka berhijrah dengan sembunyi-sembunyi, sehingga kaum musyrikin tidak mengetahui kepindahan mereka.
Di antara kawasan banguna Jamarat yang besar dan megah ini terdapat masjid kecil yang kelihatan reka bentuk lama .Jaraknya lebih kurang dari 50 meter daripada bangunan Jamarat. Masjid yang dicat berwarna krim ini tidak beratap dan saiznya sekitar kebih kurang 10 x 10 meter . Semasa penulis pergi ke masjid ini tidak ada jemaah yang bersolat,masjid ini di pagar kelilingnya dan pintunya berkunci pada setiap waktu.
Namun pengunjung masih mampu untuk melihat ruang dalam masjid melalui sayap kanannya kerana ia tidak berpintu
Inilah Masjid Baiat, masjid yang dibangun oleh Dinasti Abbasiah untuk menghormati Abbas bin Abdul Muthalib. Abbas adalah bapa saudara Rasulullah saw, yang anak keturunannya kemudian membangunkan Dinasti Abbasiah.
Sebahagian orang menganggap bahawa masjid ini dibangunkan oleh jin saat mereka melakukan baiat kepada Rasulullah. Namun anggapan ini tidak benar karena Masjid Jin memang ada di Kota Mekah sebagai penanda terjadinya baiat para jin yang beriman kepada Rasulullah.
Sebelum itu masjid ini tertanam dibawah tanah ratusan tahun , Namun dalam proses pembangunan besar-besaran Jamarat, buldozer yang melakukan pembersihan tanah telah terkesan struktur batu yang sangat keras. Setelah diteliti, ternyata batu keras tersebut merupakan masjid. Maka, masjid itu dibiarkan seperti seadanya dan dibaik pulih sedikit, bentuk masjid dipelihara. Misalnya tempat imam solat diletakkan sejadah.
Inilah peninggalan sejarah yang dihargai pemerintah Arab Saudi. Padahal, biasanya kerajaan ini mampu untuk membangunkan struktur yang lebih cantik jika tidak memikirkan nilai sejarahnya maka Masjid Baiat dibiarkan dengan seadanya.
Penulis kongsikan sedikit mengenai sejarah Baiat Aqabah.
Menghormati Abbas
Masjid Baiat dibangun oleh Dinasti Abbasiah untuk menghormati Abbas bin Abdul Muthalib. Masjid ini dibangun sebagai penghormatan atas terjadinya Baiat Aqabah, karena di tempat inilah kaum Yatsrib (masyarakat Madinah) melakukan baiat kepada Rasulullah untuk taat dan tidak melakukan syirik. Ketika itu, Rasulullah saw. ditemani bapa saudaranya Abbas bin Abdul Muthalib yang belum beriman. Meski demikian, ia sangat mengambil berat dan sangat menjaga keselamatannya nabi.
Wikipedia menjelaskan, baiat di Aqabah terjadi dua kali. Baiat Aqabah pertama yang terjadi tahun 621 M, yaitu perjanjian antara Rasulullah dengan 12 orang dari Yatsrib yang kemudian mereka memeluk Islam. Baiat Aqabah ini terjadi pada tahun kedua belas kenabiannya. Kemudian mereka berbaiat (bersumpah setia) kepada Muhammad. Adapun isi baiat itu, penduduk Yatsrib tidak akan menyekutukan Allah dengan sesuatu apa pun; Mereka akan melaksanakan apa yang Allah perintahkan; Dan ketiga, mereka akan meninggalkan larangan Allah.
Setahun kemudian, tahun 622 M, Rasulullah kembali melakukan baiat di Aqabah. Kali ini perjanjian dilakukan Rasulullah terhadap 73 orang lelaki dan 2 orang wanita dari Yatsrib. Wanita itu adalah Nusaibah bintu Ka`ab dan Asma` bintu `Amr bin `Adiy. Perjanjian ini terjadi pada tahun ketiga belas kenabian. Mushâ'b bin Umair yang ikut berbaiat pada Baiat Aqabah pertama kembali ikut bersamanya beserta dengan penduduk Yatsrib yang sudah terlebih dahulu masuk Islam.
Mereka menjumpai Rasulullah di Aqabah pada suatu malam. Nabi Muhammad SAW datang bersama bapa saudaranya Abbas bin Abdil Muthallib. Pada saat itu Abbas masih musyrik, namun ia ingin menjaga keselamatan anak saudaranya Muhammad, kepada orang-orang Yatsrib itu. Ketika itu, Abbas menjadi orang pertama yang angkat bicara kemudian disusul oleh Muhammad yang membacakan beberapa ayat Alquran dan menyerukan tentang Islam.
Kemudian orang-orang Yatsrib itu membaiat Muhammad. Isi baiatnya adalah, mereka akan mendengar dan taat, baik dalam perkara yang mereka sukai maupun yang mereka benci; Mereka akan berinfak, baik dalam keadaan sempit maupun lapang; Mereka akan beramar ma'ruf dan nahi munkar. Mereka juga berjanji agar mereka tidak terpengaruh celaan orang-orang yang mencela di jalan Allah; Dan mereka berjanji akan melindungi Muhammad sebagaimana mereka melindungi para wanita dan anak mereka sendiri.
Setelah baiat itu, Muhammad kembali ke Mekah untuk meneruskan dakwah. Kemudian ia mendapatkan gangguan dari kaum musyrikin kepada kaum muslimin yang dirasa semakin keras. Maka Muhammad memberikan perintah kepada kaum muslimin untuk berhijrah ke Yatsrib. Baik secara sendiri-sendiri, maupun berkelompok. Mereka berhijrah dengan sembunyi-sembunyi, sehingga kaum musyrikin tidak mengetahui kepindahan mereka.
Haji 1432.com
Mengunjungi Masjid Baiat di Jamarat Mina
MINA, (MCH) Tempat melontar jumrah di Mina yang dikenal dengan Jamarat saat ini dibangun amat sangat megah. Dilihat dari jauh tampak seperti bendungan raksasa yang dihiasi kilauan sinar lampu yang terang benderang. Kalau dilihat dari jarak dekat, Jamarat mirip kapal pesiar yang mampu menampung ratusan ribu orag dalam satu waktu. Dengan membuat Jamarat bertingkat lima dengan areal melontar yang semakin luas, ditambah dengan penggantian tugu Jamarat menjadi tembok, peluang terjadinya peristiwa desak-desakan saat lontar jumrah dapat dihindarkan.
Di antara areal bangunan Jamarat yang megah, terdapat masjid kecil yang jelek dan kuno di belakang Jumrah Aqabah. Jaraknya tak lebih dari 50 meter dari seluruh bangunan Jamarat yang megah itu, terdapat masjid kuno. Masjidnya dicat warna krem, tidak beratap, berukuran sekitar 7 X 10 meter , tapi tidak ada jemaah di dalamnya. Bagaimana mungkin ada jemaah, pagar besi yang mengelilinginya selalu dikunci siang malam. Lagi pula tak ada tempat berwudhu dan toilet sebagaimana lazimnya masjid. Meski demikian, pengunjung bisa melihat isi dalamnya masjid. Sebab, pintu dari sayap kanan tak berpintu.
Inilah Masjid Baiat, masjid yang dibangun oleh Dinasti Abbasiah untuk menghormati Abbas bin Abdul Muthalib. Abbas adalah paman Rasulullah saw, yang anak keturunannya kemudian membangun Dinasti Abbasiah. Sebagian orang menganggap bahwa masjid ini dibangun oleh jin saat mereka melakukan baiat kepada Rasulullah. Namun anggapan ini tidak bisa dipertanggungjawabkan, karena Masjid Jin memang ada di Kota Mekah sebagai penanda terjadinya baiat para jin yang beriman kepada Rasulullah.
Masjid ini konon sempat terkubur tanah. Namun dalam proses pembangunan besar-besaran Jamarat, budozer yang melakukan pengerukan tanah terantuk batu yang sangat keras. Setelah diteliti, ternyata batu keras tersebut merupakan masjid. Maka, masjid itu dibiarkan seperti apa adanya. Meski demikian, masjid ini tidak difungsikan sebagaimana masjid pada umumnya, hanya sebagai tempat berziarah.
Mezki demikian, bentuk masjid dipelihara. Misalnya tempat imam salat diberi sajadah. Demikian pula dua saf di belakang imam. Semua sajadah dibiarkan kotor dan berdebu, karena memang tidak digunakan. Di tempat imam juga terdapat tempat menaruk microphone sehingga terkesan masjid ini aktif digunakan. Di beberapa sudut terdapat tempat Alquran.
Karena masjid terbuka tanpa atap, maka dalamnya masjid tak ubahnya pelataran. Tak ada tegel yang bagus apalagi marmer sebagaimana Masjidilharam. Tapi inilah peninggalan sejarah yang dihargai pemerintah Arab Saudi. Padahal, biasanya kerajaan ini biasanya membangun sesuatu secara fungsional, meskipun harus mengabaikan nilai sejarah yang sangat besar. Meski demikian, kali ini, Masjid Baiat dibiarkan apa adanya. Itulah sebabnya, di luar musim haji, masyarakat Arab juga suka mengunjungi masjid ini.
Menghormati Abbas
Masjid Baiat dibangun oleh Dinasti Abbasiah untuk menghormati Abbas bin Abdul Muthalib. Masjid ini dibangun sebagai penghormatan atas terjadinya Baiat Aqabah, karena di tempat inilah kaum Yatsrib (masyarakat Madinah) melakukan baiat kepada Rasulullah untuk taat dan tidak melakukan syirik. Ketika itu, Rasulullah saw. ditemani pamannya Abbas bin Abdul Muthalib yang belum beriman. Meski demikian, ia sangat memperhatikan kepada keponakannya dan sangat menjaga keselamatannya.
Wikipedia menjelaskan, baiat di Aqabah terjadi dua kali. Baiat Aqabah pertama yang terjadi tahun 621 M, yaitu perjanjian antara Rasulullah dengan 12 orang dari Yatsrib yang kemudian mereka memeluk Islam. Baiat Aqabah ini terjadi pada tahun kedua belas kenabiannya. Kemudian mereka berbaiat (bersumpah setia) kepada Muhammad. Adapun isi baiat itu, penduduk Yatsrib tidak akan menyekutukan Allah dengan sesuatu apa pun; Mereka akan melaksanakan apa yang Allah perintahkan; Dan ketiga, mereka akan meninggalkan larangan Allah .
Setahun kemudian, tahun 622 M, Rasulullah kembali melakukan baiat di Aqabah. Kali ini perjanjian dilakukan Rasulullah terhadap 73 orang pria dan 2 orang wanita dari Yatsrib. Wanita itu adalah Nusaibah bintu Ka`ab dan Asma` bintu `Amr bin `Adiy. Perjanjian ini terjadi pada tahun ketiga belas kenabian. Mush’ab bin ‘Umair yang ikut berbaiat pada Baiat Aqabah pertama kembali ikut bersamanya beserta dengan penduduk Yatsrib yang sudah terlebih dahulu masuk Islam.
Mereka menjumpai Rasulullah di Aqabah pada suatu malam. Muhammad datang bersama pamannya Abbas bin Abdil Muthallib. Meskipun saat itu Abbas masih musyrik, namun ia ingin meminta jaminan keamanan keponakannya Muhammad, kepada orang-orang Yatsrib itu. Ketika itu, Abbas menjadi orang pertama yang angkat bicara kemudian disusul oleh Muhammad yang membacakan beberapa ayat Alquran dan menyerukan tentang Islam.
Kemudian orang-orang Yatsrib itu membaiat Muhammad. Isi baiatnya adalah, mereka akan mendengar dan taat, baik dalam perkara yang mereka sukai maupun yang mereka benci; Mereka akan berinfak, baik dalam keadaan sempit maupun lapang; Mereka akan beramar ma’ruf dan nahi munkar. Mereka juga berjanji agar mereka tidak terpengaruh celaan orang-orang yang mencela di jalan Allah; Dan mereka berjanji akan melindungi Muhammad sebagaimana mereka melindungi para wanita dan anak mereka sendiri.
Setelah baiat itu, Muhammad kembali ke Mekah untuk meneruskan dakwah. Kemudian ia mendapatkan gangguan dari kaum musyrikin kepada kaum muslimin yang dirasa semakin keras. Maka Muhammad memberikan perintah kepada kaum muslimin untuk berhijrah ke Yatsrib. Baik secara sendiri-sendiri, maupun berkelompok. Mereka berhijrah dengan sembunyi-sembunyi, sehingga kaum musyrikin tidak mengetahui kepindahan mereka.
- Portal Kementerian Agama Republik Indonesia
Mengenang kembali kaitan Jamratul Aqabah dan Perjanjian Aqabah...
Baiat Aqabah 2
Orang-orang Yatsrib berbaiat dengan Nabi Muhammad SAW. Isi baiatnya adalah:
1. Untuk mendengar dan taat, baik dalam perkara yang mereka sukai maupun yang mereka benci.
2. Untuk berinfak baik dalam keadaan sempit maupun lapang.
3. Untuk beramar makruf nahi munkar.
4. Agar mereka tidak terpengaruh celaan orang-orang yang mencela di jalan Allah.
5. Agar mereka melindungi Muhammad sebagaimana mereka melindungi wanita-wanita dan anak-anak mereka sendiri.
Ketika pertama kali
melihat pembangunan Jamarat yang megah dan besar di Mina
beberapa waktu lalu, sejumlah kawasan perbukitan dihancurkan. Yang
menarik,
ketika penghancuran dan pengerukan dilakukan ditemukan sebuah bangunan
masjid kuno, Masjid Al Baiah atau Masjid Al Baiat, begitu namanya.
Menurut sejumlah sumber yang diperoleh, masjid kuno berukuran 400 meter
persegi atau 17 x 29 meter dan tingginya sekitar 7 meter, dinding bagian
belakang 2 meter ini ditemukan sekitar tahun 2006 lalu. Sebelumnya,
masjid yang tertimbun ini hanya diketahui kalangan terbatas karena
letaknya terpencil.
Tidak seperti masjid pada umumnya, masjid kuno berwarna krem ini
dikelilingi
pagar besi berwarna hitam dan dikunci gembok. Sehingga para peziarah
atau jamaah haji, saat musim haji kemarin pun tidak bisa melakukan salat
di situ, tapi salat di Masjid Al Khif yang megah yang tak jauh dari
Jamarat. Selain itu, masjid ini pun tidak memiliki tempat wudhu atau
toilet.
Namun begitu, para pengunjungnya masih bisa melihat kondisi dari luar
atau
melongok sebagian ruangan dari jendelanya yang memang dibiarkan terbuka.
Belum diketahui dengan jelas, siapa yang membangun masjid itu.
Informasi dari sejumlah mukimin, warga Indonesia yang tinggal di Makkah,
Arab Saudi mengatakan, masjid ini merupakan sisa peninggalan Dinasti
Abbasiyah, sebagai penghormatan kepada Abbas bin Abdul Muthalib.
Abdul Muthalib sendiri merupakan Paman Rasulullah (Nabi) Muhammad SAW.
Keturunan paman Rasulullah ini lalu membangun Dinasti Abbasiyah.
Sebagian orang menganggap bahwa masjid ini dibangun oleh jin, saat
mereka melakukan baiat (sumpah setia) kepada Rasulullah. Namun anggapan
ini tidak bisa dipertanggungjawabkan, karena Masjid Jin memang ada di
Kota Makkah tidak jauh dari Masjidil Haram, sebagai penanda keimanan
para jin kepada Rasulullah.
Lalu masjid ini sempat terkubur tanah. Namun dalam proses pembangunan
besar-besaran Jamarat, budozer yang melakukan pengerukan tanah terantuk
batu
yang sangat keras. Setelah diteliti, ternyata batu keras tersebut
merupakan
masjid. Maka, masjid itu dibiarkan seperti apa adanya. Meski demikian,
masjid ini tidak difungsikan sebagaimana masjid pada umumnya, hanya
sebagai tempat berziarah.
Meski demikian, bentuk masjid dipelihara. Misalnya tempat imam salat
diberi
sajadah. Demikian pula dua saf di belakang imam. Semua sajadah dibiarkan
kotor dan berdebu, karena memang tidak digunakan. Di tempat imam juga
terdapat tempat menaruh microphone sehingga terkesan masjid ini aktif
digunakan. Di beberapa sudut terdapat tempat Al Quran.
Karena masjid terbuka tanpa atap, maka dalamnya masjid tidak ubahnya
pelataran. Tidak ada tegel yang bagus apalagi marmer sebagaimana
Masjidil Haram. Tapi inilah peninggalan sejarah yang dihargai pemerintah
Arab Saudi. Padahal, biasanya kerajaan ini biasanya membangun sesuatu
secara fungsional, meskipun harus mengabaikan nilai sejarah yang sangat
besar. Menghormati Abbas
Penghormatan Baiat Aqabah
Masjid Baiat dibangun oleh Dinasti Abbasiah untuk menghormati Abbas bin
Abdul Muthalib. Masjid ini dibangun sebagai penghormatan atas terjadinya
Baiat Aqabah, karena di tempat inilah kaum Yatsrib (masyarakat Madinah)
melakukan baiat kepada Rasulullah untuk taat dan tidak melakukan
syirik. Ketika itu, Rasulullah SAW ditemani pamannya Abbas bin Abdul
Muthalib yang belum beriman. Meski demikian, ia sangat memperhatikan
kepada keponakannya dan sangat menjaga keselamatannya.
Baiat di Aqabah terjadi dua kali. Baiat Aqabah pertama yang terjadi
tahun 621 M, yaitu perjanjian antara Rasulullah dengan 12 orang dari
Yatsrib yang kemudian mereka memeluk Islam. Baiat Aqabah ini terjadi
pada tahun kedua belas kenabiannya. Kemudian mereka berbaiat (bersumpah
setia) kepada Muhammad SAW. Adapun isi baiat itu, penduduk Yatsrib tidak
akan menyekutukan Allah dengan sesuatu apa pun; mereka akan
melaksanakan apa yang Allah perintahkan; dan ketiga, mereka akan
meninggalkan larangan Allah .
Setahun kemudian, tahun 622 M, Rasulullah kembali melakukan baiat di
Aqabah.
Kali ini perjanjian dilakukan Rasulullah terhadap 73 orang pria dan 2
orang
wanita dari Yatsrib. Wanita itu adalah Nusaibah bintu Ka'ab dan Asma'
binti 'Amr bin 'Adiy. Perjanjian ini terjadi pada tahun ketiga belas
kenabian. Musha'ab bin Umair yang ikut berbaiat pada Baiat Aqabah
pertama kembali ikut bersamanya beserta dengan penduduk Yatsrib yang
sudah terlebih dahulu masuk Islam.
Mereka menjumpai Rasulullah di Aqabah pada suatu malam. Muhammad SAW
datang
bersama pamannya Abbas bin Abdil Muthallib. Meskipun saat itu Abbas
masih
musyrik, namun ia ingin meminta jaminan keamanan keponakannya Muhammad,
kepada orang-orang Yatsrib itu. Ketika itu, Abbas menjadi orang pertama
yang angkat bicara kemudian disusul oleh Muhammad yang membacakan
beberapa ayat Alquran dan menyerukan tentang Islam.
Kemudian orang-orang Yatsrib itu membaiat Muhammad. Isi baiatnya adalah,
mereka akan mendengar dan taat, baik dalam perkara yang mereka sukai
maupun yang mereka benci; mereka akan berinfak, baik dalam keadaan
sempit maupun lapang; Mereka akan beramar ma'ruf dan nahi munkar. Mereka
juga berjanji agar mereka tidak terpengaruh celaan orang-orang yang
mencela di jalan Allah, dan mereka berjanji akan melindungi Muhammad
sebagaimana mereka melindungi para wanita dan anak mereka sendiri.
Setelah baiat itu, Muhammad kembali ke Makkah untuk meneruskan dakwah.
Kemudian ia mendapatkan gangguan dari kaum musyrikin kepada kaum
muslimin yang dirasa semakin keras. Maka Muhammad memberikan perintah
kepada kaum muslimin untuk berhijrah ke Yatsrib. Baik secara
sendiri-sendiri, maupun berkelompok. Mereka berhijrah dengan
sembunyi-sembunyi, sehingga kaum musyrikin tidak mengetahui kepindahan
mereka.
Copy and WIN : http://ow.ly/KNICZ
Copy and WIN : http://ow.ly/KNICZ
Ketika pertama kali
melihat pembangunan Jamarat yang megah dan besar di Mina
beberapa waktu lalu, sejumlah kawasan perbukitan dihancurkan. Yang
menarik,
ketika penghancuran dan pengerukan dilakukan ditemukan sebuah bangunan
masjid kuno, Masjid Al Baiah atau Masjid Al Baiat, begitu namanya.
Menurut sejumlah sumber yang diperoleh, masjid kuno berukuran 400 meter
persegi atau 17 x 29 meter dan tingginya sekitar 7 meter, dinding bagian
belakang 2 meter ini ditemukan sekitar tahun 2006 lalu. Sebelumnya,
masjid yang tertimbun ini hanya diketahui kalangan terbatas karena
letaknya terpencil.
Tidak seperti masjid pada umumnya, masjid kuno berwarna krem ini
dikelilingi
pagar besi berwarna hitam dan dikunci gembok. Sehingga para peziarah
atau jamaah haji, saat musim haji kemarin pun tidak bisa melakukan salat
di situ, tapi salat di Masjid Al Khif yang megah yang tak jauh dari
Jamarat. Selain itu, masjid ini pun tidak memiliki tempat wudhu atau
toilet.
Namun begitu, para pengunjungnya masih bisa melihat kondisi dari luar
atau
melongok sebagian ruangan dari jendelanya yang memang dibiarkan terbuka.
Belum diketahui dengan jelas, siapa yang membangun masjid itu.
Informasi dari sejumlah mukimin, warga Indonesia yang tinggal di Makkah,
Arab Saudi mengatakan, masjid ini merupakan sisa peninggalan Dinasti
Abbasiyah, sebagai penghormatan kepada Abbas bin Abdul Muthalib.
Abdul Muthalib sendiri merupakan Paman Rasulullah (Nabi) Muhammad SAW.
Keturunan paman Rasulullah ini lalu membangun Dinasti Abbasiyah.
Sebagian orang menganggap bahwa masjid ini dibangun oleh jin, saat
mereka melakukan baiat (sumpah setia) kepada Rasulullah. Namun anggapan
ini tidak bisa dipertanggungjawabkan, karena Masjid Jin memang ada di
Kota Makkah tidak jauh dari Masjidil Haram, sebagai penanda keimanan
para jin kepada Rasulullah.
Lalu masjid ini sempat terkubur tanah. Namun dalam proses pembangunan
besar-besaran Jamarat, budozer yang melakukan pengerukan tanah terantuk
batu
yang sangat keras. Setelah diteliti, ternyata batu keras tersebut
merupakan
masjid. Maka, masjid itu dibiarkan seperti apa adanya. Meski demikian,
masjid ini tidak difungsikan sebagaimana masjid pada umumnya, hanya
sebagai tempat berziarah.
Meski demikian, bentuk masjid dipelihara. Misalnya tempat imam salat
diberi
sajadah. Demikian pula dua saf di belakang imam. Semua sajadah dibiarkan
kotor dan berdebu, karena memang tidak digunakan. Di tempat imam juga
terdapat tempat menaruh microphone sehingga terkesan masjid ini aktif
digunakan. Di beberapa sudut terdapat tempat Al Quran.
Karena masjid terbuka tanpa atap, maka dalamnya masjid tidak ubahnya
pelataran. Tidak ada tegel yang bagus apalagi marmer sebagaimana
Masjidil Haram. Tapi inilah peninggalan sejarah yang dihargai pemerintah
Arab Saudi. Padahal, biasanya kerajaan ini biasanya membangun sesuatu
secara fungsional, meskipun harus mengabaikan nilai sejarah yang sangat
besar. Menghormati Abbas
Penghormatan Baiat Aqabah
Masjid Baiat dibangun oleh Dinasti Abbasiah untuk menghormati Abbas bin
Abdul Muthalib. Masjid ini dibangun sebagai penghormatan atas terjadinya
Baiat Aqabah, karena di tempat inilah kaum Yatsrib (masyarakat Madinah)
melakukan baiat kepada Rasulullah untuk taat dan tidak melakukan
syirik. Ketika itu, Rasulullah SAW ditemani pamannya Abbas bin Abdul
Muthalib yang belum beriman. Meski demikian, ia sangat memperhatikan
kepada keponakannya dan sangat menjaga keselamatannya.
Baiat di Aqabah terjadi dua kali. Baiat Aqabah pertama yang terjadi
tahun 621 M, yaitu perjanjian antara Rasulullah dengan 12 orang dari
Yatsrib yang kemudian mereka memeluk Islam. Baiat Aqabah ini terjadi
pada tahun kedua belas kenabiannya. Kemudian mereka berbaiat (bersumpah
setia) kepada Muhammad SAW. Adapun isi baiat itu, penduduk Yatsrib tidak
akan menyekutukan Allah dengan sesuatu apa pun; mereka akan
melaksanakan apa yang Allah perintahkan; dan ketiga, mereka akan
meninggalkan larangan Allah .
Setahun kemudian, tahun 622 M, Rasulullah kembali melakukan baiat di
Aqabah.
Kali ini perjanjian dilakukan Rasulullah terhadap 73 orang pria dan 2
orang
wanita dari Yatsrib. Wanita itu adalah Nusaibah bintu Ka'ab dan Asma'
binti 'Amr bin 'Adiy. Perjanjian ini terjadi pada tahun ketiga belas
kenabian. Musha'ab bin Umair yang ikut berbaiat pada Baiat Aqabah
pertama kembali ikut bersamanya beserta dengan penduduk Yatsrib yang
sudah terlebih dahulu masuk Islam.
Mereka menjumpai Rasulullah di Aqabah pada suatu malam. Muhammad SAW
datang
bersama pamannya Abbas bin Abdil Muthallib. Meskipun saat itu Abbas
masih
musyrik, namun ia ingin meminta jaminan keamanan keponakannya Muhammad,
kepada orang-orang Yatsrib itu. Ketika itu, Abbas menjadi orang pertama
yang angkat bicara kemudian disusul oleh Muhammad yang membacakan
beberapa ayat Alquran dan menyerukan tentang Islam.
Kemudian orang-orang Yatsrib itu membaiat Muhammad. Isi baiatnya adalah,
mereka akan mendengar dan taat, baik dalam perkara yang mereka sukai
maupun yang mereka benci; mereka akan berinfak, baik dalam keadaan
sempit maupun lapang; Mereka akan beramar ma'ruf dan nahi munkar. Mereka
juga berjanji agar mereka tidak terpengaruh celaan orang-orang yang
mencela di jalan Allah, dan mereka berjanji akan melindungi Muhammad
sebagaimana mereka melindungi para wanita dan anak mereka sendiri.
Setelah baiat itu, Muhammad kembali ke Makkah untuk meneruskan dakwah.
Kemudian ia mendapatkan gangguan dari kaum musyrikin kepada kaum
muslimin yang dirasa semakin keras. Maka Muhammad memberikan perintah
kepada kaum muslimin untuk berhijrah ke Yatsrib. Baik secara
sendiri-sendiri, maupun berkelompok. Mereka berhijrah dengan
sembunyi-sembunyi, sehingga kaum musyrikin tidak mengetahui kepindahan
mereka.
Copy and WIN : http://ow.ly/KN
Copy and WIN : http://ow.ly/KN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar