Senin, 01 Februari 2016

mawali sebutan masyarakat yang baru dikalahkan lalu masuk islam,contoh orang persia

mawali sebutan masyarakat yang baru dikalahkan oleh khalifah lalu masuk islam,contoh orang persia,irak dan iran,,mereka di anggap kelas 2 non rab oleh khalifah
Khalifah ini jauh berbeda dengan khalifah sebelumnya, ia terlalu gandrung kepada kemewahan dan kurang memperhatikan rakyat, sehingga kerusuhan terus berlangsung hingga masa pemerintahan Hisyam Ibn Abd. Malik (724-743). Bahkan dizaman ini mucul satu kekuatan baru yang menjadi tantangan berat bagi pemerintahahn Bani Umayyah. kekuatan itu berasal dari kalangan Bani Hasyim yang didukung oleh golongan Mawali dan merupakan ancaman yang sangat serius dalam perkembangan berikutnya kekuatan baru ini mampu menggulingkan Daulah Umayyah dan mengantinya dengan Daulah baru, yakni Daulah Bani Abbasiyyah.
Sepeniggal Hisyam Ibn Abd. Malik, khalifah-khalifah Bani Umayyah yang tampil bukan hanya lemah tetapi juga bermoral buruk. Hal ini makin memperkuat golongan oposisi. Akhirnya pada tahun 750 M Daulah Umayyah digulingkan Bani Abbas yang bersekutu dengan Abu Muslim al-Khurasani.[14] Marwan Bin Muhammad khalifah terakhir bani Umayyah, melarikan diri ke Mesir, ditangkap dan dibunuh disana.[15]
Dari berbagai kesuksesan dan kebesaran yang telah diraih oleh Bani Umayyah ternyata tidak mampu menahan kehancurannya, akibat kelemahan-kelemahan internal dan semakin kuatnya tekanan dari fihak luar. Adapun hal-hal yang membawa kemunduran yang akhirnya berujung pada kejatuhan Bani Umayyah dapat diidentifikasikan antar lain sebagai berikut:
  1. Pertentangan keras antara suku-suku Arab yang sejak lama terbagi menjadi dua kelompok, yaitu Arab Utara yang disebut Mudariyah yang menempati Irak dan Arab Selatan Himyariyah yang berdiam di wilayah Suriah. Di zaman  Umayyah persaingan antar etnis itu mencapai puncaknya, karena para khalifah cederung kepada satu fihak dan menafikan yang lainnya.
  2. Ketidak puasan sejumlah pemeluk Islam non Arab. Mereka yang merupakan pendatang baru dari kalangan bangsa-bangsa yang dikalahkan mendapat sebutan “Mawali”, suatu stastus yang menggambarakan inferioritas di tengah-tengah keangkuhan orang-orang Arab yang mendapat fasilitas dari penguasa  Umayyah. Mereka bersama-sama Arab mengalami beratnya peperangan dan bahkan atas rata-rata orang Arab, tetapi harapan mereka untuk mendapatkan tunjangan dan hak-hak bernegara tidak dikabulkan. Seperti tunjangan tahunan yang diberikan kepada Mawali ini jumlahnya jauh lebih kecil dibanding tunjangan yang dibayarkan kepada orang Arab.
  3. Latar belakang terbentuknya kedaulatan Bani Umayyah tidak dapat dilepaskan dari konflik-konflik politik. Kaum syi`ah dan khawarij terus berkembang menjadi gerakan oposisi yang kuat dan sewaktu-waktu dapat mengancam keutuhan kekuasaan  Umayyah. Disamping menguatnya kaum Abbasiyah pada masa akhir-akhir kekuasaan Bani Umayyah yang semula tidak berambisi untuk merebut kekuasaan, bahkan dapat menggeser kedudukan Bani  Umayyah dalam memimpin umat.[16]
  1. B. Kehancuran
Secara Revolusioner, Daulah Abbasiyyah (750-1258) menggulingkan kekuasaan Daulah Umayyah, kejatuhan Daulah Umayyah disebabkan oleh beberapa factor, diantaranya meningkatnya kekecewaan kelompok Mawali terhadap Daulah Umayyah, pecahnya persatuan antarasuku bangsa Arab dan timbulnya kekecewaan masyarakat agamis dan keinginana mereka untuk memilki pemimpin karismatik. Sebagai kelompok penganut islam baru, mawali diperlakukan sebagai masyarakat kelas dua, sementara bangsa Arab menduduki kelas bangsawan. Golongan agamis merasa kecewa terhadap pemerintahan bani Umayyah karena corak pemerintahannya yang sekuler. Menurut mereka, Negara seharusnya dipimpin oleh penguasa yang memiliki integritas keagamaan dan politik. Adapun perpecahan antara suku bangsa Arab, setidak-tidaknya ditandai dengan timbulnya fanatisme kesukuan Arab utara, yakni kelompok Mudariyah dengan kesukuan Arab Selatan, yakni kelompok Himyariyah. Disamping itu, perlawanan dari kelompok syi`ah merupakan faktor yang sangat berperan dalam menjatuhkan Daulah Umayyah dan munculnya Daulah Abbasiyyah.[17]
Namun secara garis besar menurut Badri Yatim faktor yang menyebabkan Daulah Bani Umayyah lemah dan membawanya kepada kehancuran antara lain adalah :
  1. Sistim pergantian khalifah melalui garis keturunan adalah merupakan sesuatu yang baru bagi tradisi Arab yang lebih menekankan aspek senioritas. Pengaturannya tidak jelas. Ketidakjelasan sistem pergantian khalifah ini menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak sehat dikalangan anggota keluarga istana
  2. Latar belakang terbentuknya Daulah Bani Umayyah tidak bisa dipisahkan dari konflik-konflik politik yang terjadi di masa Ali. Sisa-sisa kaum Syi`ah (pengikut Ali) dan Khawarij terus menjadi gerakan oposisi, baik secara terbuka seperti dimasa awal dan akhir maupun secara tersembunyi seperti dimasa pertengahan kekuasaan Bani Umayyah. Penumpasan terhadap gerakan-gerakan ini banyak menyedot kekuatan pemerintah.
  3. Pada masa kekuasaan bani Umayyah, pertentangan etnis antara suku Arabia Utara (Bani Qays) dan Arabia Selatan (Bani Kalb) yang sudah ada sejak zaman sebelum Islam, makin meruncing. Perselisihan ini mengakibatkan para penguasa Bani Umayyah mendapat kesulitan untuk menggalang persatuan dan kesatuan. Disamping itu, sebagian besar golongan Mawali (non Arab), terutama di Irak dan wilayah bagian timur lainnya, merasa tidak puasa karena status Mawali itu menggambarkan suatu inferioritas, ditambah dengan keangkuhan bangsa Arab yang diperlihatkan pada masa Bani Umayyah
  4. Lemahnya pemerintahan Daulat Bani Umayyah juga disebabkan oleh sikap hidup mewah dilingkungan istana sehingga anak-anak khalifah tidak sanggup memikul beban berat kenegaraan tatkala mereka mewarisi kekuasaan, disamping itu, golongan agama yang kecewa karena perhatian penguasa terhadap perkembangan agama sangat kurang
  5. Penyebab langsung tergulingnya kekuasaan Daulah Bani Umayyah adalah munculnya kekuatan baru yang dipelopori  oleh keturunan al-Abbas Ibn Abd. Al-Muthalib. Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari Bani Hasyim dan golongan Syi`ah dan kaum Mawali yang merasa dikelas duakan oleh pemerintahan Bani Umayyah.[18]
Dari uraian kemunduran dan kehancuran Daulah Bani Umayyah diatas, penulis melihat hal ini merupakan sunnatullah bahwa setiap kekuasaan dan peradaban akan mencapai puncak kemajuannya, dan akan menelusuri jurang kehancurannya dikemudian hari. وَتِلْكَ الأَيَّامُ نُدَاوِلهْاَ بَيْنَ النَّاسِ…[19]
BAB III
KESIMPULAN
Dari pemaparan makalah tersebut, penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:
  1. Diantara faktor-faktor yang membawa Daulah Bani Umayyah mengalami kemunduran adalah sebagai berikut:
–   Munculnya fanatisme kesukuan dalam suku-suku bangsa Arab
–   Kuatnya pengaruh fanatisme golongan (Arabisme) yang memicu munculnya kecemburuan sosial dikalangan non Arab (Mawali)
–   Adanya perebutan kekuasaan di dalam keluarga besar Bani Umayyah
–   Larutnya beberapa penguasa (khalifah) dalam limpahan harta dan kekuasaan
  1. Adapun faktor-faktor yang membawa Daulah Bani Umayyah ke gerbang kehancuran adalah sebagai berikut:
–   Tidak adanya sistem pergantian pemerintah (khalifah) yang baku yang bisa dijadikan patokan dalam pergantian khalifah
–   Kuatnya gerakan oposisi dari kaum Syi`ah dan Khawarij
–   Perselisihan dan pertentangan etnis antara suku Arab yang mengakibatkan para penguasa mendapat kesulitan untuk menggalang persatuan dan kesatuan
–   Sikap hidup yang mewah dilingkungan keluarga Bani Umayyah
–   Perhatian penguasa Bani Umayyah terhadap perkembangan agama sangat kurang
–   Munculnya kekuatan baru yang dipelopori  oleh keturunan al-Abbas Ibn Abd. Al-Muthalib dan didukung oleh Bani Hasyim, kaum Syi`ah dan kaum Mawali.
  1. Hikmah atau pelajaran yang dapat penulis petik bahwa, setiap Daulah/kekuasaan akan mengalami masa kejayaan dan kehancuran, dan alangkah jayanya suatu kekuasaan/peradaban kalau ia dapat mengambil pelajaran untuk menggapai kejayaan berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur`an Al-Karim dan Terjemahannya
As-Suyuthi, Imam, Tarikh Khulafa`; Sejarah Penguasa Islam: Khulafa`urrasyidin, Bani Umayyah, Bani Abbasiyyah, Cet. I, Pustaka Al-Kautsar; Jakarta: 2001),h. 229 – 304
Ensiklopedi Islam Vol. 3 (Cet. XIII, PT. Ichtiar Van Hove; Kakarta: 2003), h. 248
Muchtar Ghazali, Adeng, Drs. M.Ag, Perjalanan Politik Umat Islam dalam Lintasan Sejarah (Cet.I, CV.Pustaka setia; Bandung: 2004), h. 52
Mufrodi, Ali, Dr., Islam di Kawasan Kebudayaanb Arab (Cet. II, Logos Wacana Ilmu; Jakarta: 1999 M) h. 72
Yatim, Badri , M.A, Dr.,  Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II, (Cet. XII, PT. Raja Grafindo Persada; Jakarta: 2001), h. 45
Yujah Sawiy, Khairudin, Perebutan Kekuasaan Khalifah, Minyingkap dinamika dan sejarah politik kaum sunni, (Cet.II, Safria Insani Press: Yogyakarta: 2005), h. 11
______________________
[1] Prof.Dr. Azhar Arsyad, M.A, Retorika Kaum Bijak, Media pembangkit motivasi dan daya hidup serta penannaman nilai-nilai dan budi luhur, (Cet.II, Yayasan Fatiya; Makassar: 2005), h. 142
Dan mungkin tidak ada salahnya kalau kita mengambil hikmah dari ungkapan penglima perang Bani Abbasiyyah yang menaklukkan Daulah Bani Umayyah dengan ungkapannya:
أَدْرَكْتُ بِالحَزْمِ وَالكِتْمَانِ مَا عَجَزَتْ # عَنْهُ مُلُوْكُ بَنِى مَرْوَانَ إِذْ حَشَدُوْا
مَازِلْتُ أَسْعَ فِى دِمَارِهِمْ # وَالقَوْمُ فِى غَفْلَةٍ بِالشَّامِ قَدْ رَقَدُوْا
حَتىَّ ضَرَبْتُهُمْ بِالسَّيْفِ فَانْتَبَهُوْا # مِنْ نَوْمَةٍ لَمْ يَنَمْ قَبْلَهُمْ أَحَدٌ
وَمَنْ رَعَيْ غَنَمًا فِى أَرْضٍ مَسْبَعَةٍ # وَنَامَ عَنْهَا تَوَلَّى رَعْيَهَا الأَسَدُ
Abu Muslim Al-Khurrasani (Wafat: 755 H) berkata:[20]
Saya ketahui dengan cermat dan tersembunyi apa yang membuata lemah # Raja-raja Bani Marwan kala mereka berkumpul
Saya senantiasa berusaha sekuat tenaga untuk menghancurkan mereka # kaum itu dalam kelengahan tertidur lelap di Syam
Ketika saya tebas mereka dengan pedang, baru mereka terbangun dari tidur yang tidak seorang pun sebelumnya tidur seperti itu
Barangsiapa mengembala kambing di padang binatang buas dan tertidur nyenyak (lengah dengan gembalaannya) maka singa-singa (binatang buas) akan mencabik-cabiknya
Cara yang digunakan untuk mencapai kekuasaabn bervariasi dan berbeda-beda, cara-cara tersebut dpaat disuimpulkan sebagai berikut:
  1. Dilakukan denga cara musyawarh tentang calon tertentu seperti terjadi pada masa Mu`awiyah mengankat Yazid
  2. Kesepakatan kepal asuku atas dua calon yang sudah ditentukan seperti terpilihnya Marwan bin hakam
  3. Penyerahan kekuasaan berdasar keturunana secara langsung seprti terjadi pada masa kepemimipinan Abdul malik bin Marwan dan Walid bin Abdul malik
  4. Pewarisan keturunana tidak langsung atau secara kekeluargaaan seperti terpilihnya Sulaiman bin Abdul malik dan Hisyam bin Abdul malik
  5. Serangan dengan menggunakan modal kesukuan secara langsung seperti serangan Yazid bin Walid
  6. Serangan kekuatan kesukuan langsung seperti serangan Marwan bin Muhammad yang menunjukkan bahwa keluaraga Umaiyyah belum dapat menetapkan suatu model kepamimpinana yang baku dalam pemerintahan

Tidak ada komentar: