Senin, 01 Februari 2016

ahkir kekuasaan umayah,abas bin abdul muthalib didukung al khurasani

 

 

 

ABU MUSLIM AL-KHURASANI

0 comments
ABU MUSLIM AL-KHURASANI
(Isfahan, Iran, 726 – Irak, 775). Pemimpin gerakan agama dan politik di Khurasan, Persia (Iran), yang paling berjasa kepada Bani Abbas dalam usaha menumbangkan kekuasaan Dinasti *Umayyah. Ada dua versi mengenai namanya. Pertama, nama aslinya adalah Ibrahim bin Usman dengan nama panggilan (kunyah) Abu Ishaq. Kedua namanya kemudian diubah menjadi Abdurrahman bin Muslim dengan panggilan Abu Muslim ketika bergabung dengan Ibrahim bin Muhammad bin Ali al-Abbasi, yang dikenal dengan nama Ibrahim al-Imam, pimpinan tertinggi gerakan *Abbasiyah. Nama al-Khurasani di nisbahkan kepada daerah Khurasan.
Ketika berumur tujuh tahun, ia dibawa ke *Kufah dan tinggal sebagai pelayan – dalam versi lain sebagai budak – Isa bin Ma’qal al-Ajli dan Idris bin Ma’qal al-Ajli. Mereka dalah pendukung gerkan bawah tanah yang ingin merebut kekuasaan dari Bani Umayyah. Kedua majikanya ini ditangkap oleh gubernur Yusuf bin Umar dari bani Umayyah. Abu muslim kemudian diajak oleh Sulaiman bin Kasir, seorang perantara gerakan Abbasiyyah, untuk bergabung. Ia menerima ajakan itu dan menemui Ibrahim al-Imam.
Pada tahun 128 H (745 – 746 M) ia ditugaskan oleh Ibrahim al-Imam sebagai dai gerakan Abbasiyah di Khurasan. Menurut Ibnu Asir (sejarawan muslim terkenal, 1160 – 1233), Abu Muslim berusia 19 tahun ketika menerima tugas itu.dalam usia semuda itu ia menampakkan kepemimpinan dan keberanian yang luar biasa. Ia mencapai sukses besar di Khurasan. Ia berhasil menarik simpati sebgian besar penduduk – pernah dalam sehari ia mengumpulkan penduduk dari 60 desa di dekat Marv. Banyak tuan tanah Persia (Dihkan) yang tertarik menjadi pengikutnya. Di daerah ini ia berkampanye untuk mengobarkan sentimen massa golongan Alawiyyin (keturunan Ali bin Abi Talib), golongan *Syiah dan orang-orang persia terhadap Bani Umayyah dan menindas mereka. Abu Muslim mengajak mereka bekerjasama dengan gerakan Abbasiyah untuk mengembalikan kekhalifahan kepada keturunan Bani *Hasyim, baik dari Abbas bin Abdul Muttalib, paman Nabi SAW, maupun dari keturunan Ali bin Abi Talib. Gerakan Abbasiyyah mendapat dukungan dari golongan Alawiyyin dan Syiah karena dalam kampanyenya memakai semboyan li ar-rida min ali Muhammad (demi keridaan kelurga Nabi Muhammad).
Gerakan Abbasiyah pada mulanya berkampanye secara diam-diam melalui dai-dai yang dikirim ke berbagai penjuru daerah kekuasaan Bani Umayyah dengan menyamar sebagai pedagang atau jema’ah haji. Hal ini dilakukan karena mereka belum berani melawan Bani Umayyah secara terang-terangan. Perlawanan senjata baru dimulai setelah Abu Muslim al-Khurasani bergabung ke dalam gerakan itu. Pada tahun 129 H (747 M) Ibrahaim al-Imam mendorong Abu Muslim untuk merebut Khurasan dan membinasakan orang-orang Arab yang mendukung Bani Umayyah. Rencana ini oleh penguasa Bani Umayyah, Marwan bin Muhammad, sehingga Ibrahim al-Imam ditangkap dan kemudian dihukum mati. Kepemimpinan lalu beralih ketangan dausaranya, Abdullah bin Muhammad, yang dikenal dengan nama *Abu Abbas as-Saffah (Ar.: as-Saffah = si penumpah darah). Pemimpin baru ini tetap memberi kepercayaan besar pada Abu Muslim untuk memimpin perlawanan di daerah Khurasan, sedangkan Abu Abbas dan tokoh-tokoh gerakan Abbasiyah lainya dari keturunan Bani Hasyim, seperti Abu Ja’far *al-Mansur, Isa bin Musa bin Muhammad, dan Abdullah bin Ali, menggerakkan pemberontakan di Kufah, *Damascus, *Palestina, *Yordania, dan daerah-daerah bagian barat wilayah kekuasaan Bani Umayyah.
Abu muslim menghimpun seluruh kelompok yang menentang kekuasaan Bani Umayyah di Khurasan. Dengan kepandaianya ia memanfaatkan pertentangan antara sesama orang Arab, yaitu orang Yaman dan orang Mudar, di Khurasan yang sudah berlangsung sejak zaman Hisyam bin Abdul Malik (724 – 743), putra Abdul Malik bin Marwan. Pada masa itu orang-orang Yaman mendapat kedudukan baik dalam pemerintahan di Khurasan karena gubernur Khurasan, As’ad bin Abdullah al-Qasri, berasal dari Yaman. Orang-orang Mudar disisihkan dari pemerintahan sehingga mereka menjadi tidak menyukai orang-orang Yaman. Sebaliknya, ketiak gubernur Khurasan dijabat oleh orang Mudar, maka orang-orang Yaman disingkirkan.
Ketika abu Muslim mulai bergerak di Khurasan, ia mendekati pemimpin orang-orang Yaman, al-Kirmani, untuk bahu membahu menjatuhkan gubernur Khurasan, Nasr bin Sayyar, seorang keturunan Mudar. Dengan taktik adu domba, Gubernur Nasr bin Sayyar dapat dikalahkan. Setelah itu Abu Muslim dengan bantuan orang-orang Yaman dapat merebut kota Marv dan Nisabur serta mengalahkan kekuasaan Bani Umayyah di Khurasan. Sementara itu Abu Abbas merebut pusat kekuasaan Bani Umayyah di Damascus sehingga khalifah terakhir Bani Umayyah, Marwan bin Muhammad, melarikan diri ke Mesir. Namun akhirnya ia dapat ditangkap oleh pasukan Abbasiyah yang mengejarnya.
Abu Bakar as-Saffah kemudian dibaiat khlalifah Bani Abbas pada tahun 750. abu Muslim diangkat oleh Abu Abbas menjadi gubernur di Khurasan. Selama menjadi gubernur ia menaruh perhatian besar pada penataan pemerintahan propinsinya dan keamanan daerah perbatasan. Ia mendirikan masjid-masjid di Marv dan Nisabur, gedung-gedung besar di Marv dan Samarkhand, dan tembok besar yang mengelilingi Samarkhand dn sekitarnya. Ia menugaskan dua orang perwiranya, Siba bin Nu’man al-Azdi dan Ziyad bin Saleh al-Khuzai, untuk memerangi musuh didaerah Transoksania (Asia Tengah). Pada bulan Zulhijah 133 (Juli 751) pasukan Cina berhasil dikalahkan di Talas. Atas perintah Abu Abbas, Abu Muslim membunuh Abu Salmah al-Khallal, dai gerakan Abbasiyah di Kufah yang ditunjuk oleh Ibrahim al-Imam, karena ia berencana mengalihkan kekhalifahan ke tangan golongan Alawiyyin.
Sewaktu pemerintah Abu Ja’far al-Mansur, terjadi pemberontakan yang didalangi oleh pamanya, Abdullah bin Ali, yang ingin menjadi khalifah sepeninggal Abu Abbas. Abu Muslim ditugaskan memerangi pemberontakan ini. Pasukan Abdullah bin Ali dapat dikalahkan, tetapi Abdullah dapat meloloskan diri. Ia menyerahkan diri ketika Khalifah berjanji menjamin keselamatanya. Ternyata ia ditahan dan kemudian dibunuh setelah ditahan selama sembilan tahun.
Khalifah Abu Ja’far al-Mansur menyadari bahwa Abu Muslim juga menjadi ancaman bagi kedudukanya karena kekuasaanya yang besar di Khurasan. Al-Mansur bermaksud memindahkan Abu Muslim dari Khurasan untuk menjadi gubernur Syam (Suriah) dan Mesir. Abu Muslim menolak karena menganggap Khurasan miliknya. Khalifah al-Mansur memanggil Abu Muslim secara baik-baik untuk mengahadapnya. Tetapi kemudian ia dibunuh. Setelah peristiwa ini, pengikut Abu Muslim dari sekte Khurramiyah mengadakan pemberontakan, namun dapat dihancurkan oleh pasukan Abbasiyah. Sekte ini percaya bahwa Abu Muslim tidak mati dan kelak akan menyebarkan keadilan di muka bumi.

Tidak ada komentar: