Bau parfum itu seperti menarikku dalam dunia yang berbeda,
dunia dengan latar hitam putih, dimana setiap suara kian meredup berubah
menjadi nada nada indah menyerupai lagu yang menyejukkan hati, hanya
tarikan nafasku yang terdengar tak bernada. Saat sosok itu akan
melewatiku di dalam bus yang sudah mulai sesak, aku mulai
membuka mataku lebar mencoba memanjakannya dengan raga sang idola. Saat
dia melewatiku,aku bisa melihat punggungnya yang lebar, dan tegap,
bagaikan ada sayap yang tumbuh disana. aku berharap dia berbalik lalu
memegang tanganku dan terbang bersama ke langit biru disana, walaupun
itu cuman akan jadi khayalanku saja.
Sebuah khayalan dari gadis berpakain putih abu abu dengan tinggi badan di bawah rata rata, mungkin karena pipinya yang terlalu mengembang sehingga laju nutrisnya malah terfokus kesana. Kulitnya tidak putih seperti gadis gadis remaja idaman seumurannya kulitnya cenderung sawo matang khas kulit gadis pribumi indonesia, itulah aku, gadis polos yang bergegas pagi buta hanya untuk melihat sang pujaannya, seorang pemuda dengan bau parfum yang khas, pemuda yang bahkan aku tidak tahu asal usulnya, yang aku tahu, hanya pemuda itu akan naik bus pertama di Halte nomor 5 dan akan turun didepan SMA 2 BUDIMAN.
Aku tahu diusia sepertiku, banyak gadis akan mengidolakan artis artis korea berkulit kuning, dengan mata sipit dan badan kurus yang berisi, atau Vokalis vokalis band bersuara merdu yang menyanyikan lagu super duper romantis, tapi bagi aku, tidak ada yang lebih aku idolakan dari dia,Pemuda wangi dari halte 5 di bus pertama.
"belum Sarapan kan Ra"
sahut suara yang aku tunggu tunggu dari tadi, malaikat penolongku, sahabat terbaikku yang membawakan bekal tiap hari agar aku tidak mati kelaparan di mata pelajaran pertama, diakibatkan karena harus memenuhi gejolak hatiku untuk sekedar mencium bau parfum pemuda dari halte no 5.
"Ameliaaaa " teriak aku senang, sambil memeluk sahabat yang selalu mengerti aku.
"Kamu belum di tangkap polisi kan Clara yang manis, sahabatkku yang aneh bin ajaib" sindirnya sambil mencubit pipiku, aku tidak mempedulikan kata kata amelia, yang aku pedulikan hanya bagaimana mengisi perut ini agar bisa memberikan pasokan energi untuk belajar nanti, dan sesekali untuk menghayalkan si Dia.
"Aku ga habis fikir sama kamu Clara, anak pendiem, pemalu, tidak banyak bicara, tapi kelakukan udah kayak penjahat kelamin, ayo kita kedukun aja, mungkin kamu kena pelet"
aku hanya tersenyum, ini hanya pidato wajib amelia setiap hari, dia memberiku aku sarapan enak, tentu tak masalah bagiku untuk mendengar pidato membosankannya.
"Bagaimana kalau aku cari tahu , biar kamu bisa kenalan, dan bisa tahu lebih dalam dengan Pemuda wangimu itu" protes amelia
"Cari aja aja Mel"
"bagaimana aku mau mencari, kamu saja tidak mau memeri tahuku ciri cirinya, kamu cuman mengendus endus dan bilang bau parfumnya menggoda, bagaimana cara aku mencari orang dari bau parfumnya"
"Kamu tinggal mengendus endus bau anak SMA satu kota ini yang berangkat mengunakan Bus, jangan sampai salah endus aja ya mel, nanti bisa bisa ngendus ketek supir Bus" candaku
Amelia langsung mencubut pipiku, sakit memang, tapi aku tahu itu cubitan sayang darinya, dia berharap aku tak seperti ini, tapi bagiku, seperti ini saja sudah cukup, memiliki orang yang aku kagumi,sudah lebih dari cukup.
Sebuah khayalan dari gadis berpakain putih abu abu dengan tinggi badan di bawah rata rata, mungkin karena pipinya yang terlalu mengembang sehingga laju nutrisnya malah terfokus kesana. Kulitnya tidak putih seperti gadis gadis remaja idaman seumurannya kulitnya cenderung sawo matang khas kulit gadis pribumi indonesia, itulah aku, gadis polos yang bergegas pagi buta hanya untuk melihat sang pujaannya, seorang pemuda dengan bau parfum yang khas, pemuda yang bahkan aku tidak tahu asal usulnya, yang aku tahu, hanya pemuda itu akan naik bus pertama di Halte nomor 5 dan akan turun didepan SMA 2 BUDIMAN.
Aku tahu diusia sepertiku, banyak gadis akan mengidolakan artis artis korea berkulit kuning, dengan mata sipit dan badan kurus yang berisi, atau Vokalis vokalis band bersuara merdu yang menyanyikan lagu super duper romantis, tapi bagi aku, tidak ada yang lebih aku idolakan dari dia,Pemuda wangi dari halte 5 di bus pertama.
"belum Sarapan kan Ra"
sahut suara yang aku tunggu tunggu dari tadi, malaikat penolongku, sahabat terbaikku yang membawakan bekal tiap hari agar aku tidak mati kelaparan di mata pelajaran pertama, diakibatkan karena harus memenuhi gejolak hatiku untuk sekedar mencium bau parfum pemuda dari halte no 5.
"Ameliaaaa " teriak aku senang, sambil memeluk sahabat yang selalu mengerti aku.
"Kamu belum di tangkap polisi kan Clara yang manis, sahabatkku yang aneh bin ajaib" sindirnya sambil mencubit pipiku, aku tidak mempedulikan kata kata amelia, yang aku pedulikan hanya bagaimana mengisi perut ini agar bisa memberikan pasokan energi untuk belajar nanti, dan sesekali untuk menghayalkan si Dia.
"Aku ga habis fikir sama kamu Clara, anak pendiem, pemalu, tidak banyak bicara, tapi kelakukan udah kayak penjahat kelamin, ayo kita kedukun aja, mungkin kamu kena pelet"
aku hanya tersenyum, ini hanya pidato wajib amelia setiap hari, dia memberiku aku sarapan enak, tentu tak masalah bagiku untuk mendengar pidato membosankannya.
"Bagaimana kalau aku cari tahu , biar kamu bisa kenalan, dan bisa tahu lebih dalam dengan Pemuda wangimu itu" protes amelia
"Cari aja aja Mel"
"bagaimana aku mau mencari, kamu saja tidak mau memeri tahuku ciri cirinya, kamu cuman mengendus endus dan bilang bau parfumnya menggoda, bagaimana cara aku mencari orang dari bau parfumnya"
"Kamu tinggal mengendus endus bau anak SMA satu kota ini yang berangkat mengunakan Bus, jangan sampai salah endus aja ya mel, nanti bisa bisa ngendus ketek supir Bus" candaku
Amelia langsung mencubut pipiku, sakit memang, tapi aku tahu itu cubitan sayang darinya, dia berharap aku tak seperti ini, tapi bagiku, seperti ini saja sudah cukup, memiliki orang yang aku kagumi,sudah lebih dari cukup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar