Minggu, 28 Agustus 2016

membangun personal banding yang positif

Personal branding mempunyai kesamaan maksud dengan pencitraan pribadi. Kurang tepat sepertinya kalau mengartikan kedua hal tersebut hanya sebatas upaya membangun kesan, seperti ingin terlihat cool, kaya, atau pintar saat ketemu dengan wanita yang disukai.

Menurut para ahli seperti Daniel J. Lair, Katie Sullivan dan George Cheney mendefinisikan personal branding merupakan praktik memasarkan diri dan karir sebagai sebuah merek. Begitu banyak definisi tentang istilah ini yang berujung pada bagaimana cara menunjang karir.

Secara enggak sadar, personal branding telah kalian lakuin dalam keseharian. Belum ada penelitian khusus untuk penjelasan ini, namun personal kalian bisa terlihat dalam 20 tweet (orisinil pikiran pribadi, bukan copy-paste) di media sosial. Sebagaimana ditulis oleh Forbes dalam artikel 7 Things You Can Do To Build An Awesome Personal Brand, yang mengatakan, “Setiap tweet, setiap update status, dan foto yang di-share, memiliki kontribusi terhadap pribadi Anda. Ini merupakan penggabungan dari beberapa tindakan sehari-hari”.

Be your self”, kalimat ini abadi banget, pasti pernah denger. Semua orang bisa mengucapkan kalimat tersebut, Logisnya, jadi diri sendiri itu hasil akhir dari proses pengenalan diri. Oleh karena itu, kenalin dulu siapa diri kalian. Dalam personal branding diajarkan untuk mengembangkan pemahaman diri tentang keunikan, kekuatan dan nilai positif yang dimiliki. Bukan untuk kesan sesaat, tapi informasi ini membantu kalian mengoptimalkan dan menunjukan kekuatan serta membedakan diri dengan yang lain. Enggak cuma soal tampilan,fisik tapi attitude dan pola pikir juga diperhatiin.
Membangun personal branding memang membutuhkan teori, tapi bagaimana cara melihat hasilnya minimal cukup menggunakan mata. Syahrini, Raditya Dika, dan Ahok merupakan figur publik yang enggak asing. Ketiganya punya branding yang terlihat jelas. Dari ketiganya pula bisa diambil contoh.
Syahrini dengan glamor dan fashionable-nya. Meski seringkali menyangkal, tapi publik bisa melihat apa yang coba ditampilkan oleh penyanyi yang bernama asli, Rini Fatimah Jaelani. Bantahan yang disampaikan olehnya merupakan contoh personal branding yang berhasil, namun tidak direncanakan, dia hanya mencoba menjadi dirinya sendiri. Terlepas soal pro-kontranya, dibilang berhasil karena dia sekarang jadi subjek pemberitaan yang dianggap laku bagi beberapa media-media. Artinya memberi efek positif untuk karirnya.
Kemudian ada Raditya Dika. seorang penulis, comic, aktor, sutradara dan produser. Figur yang layak untuk dijadikan contoh. Muda, lucu, dan kreatif merupakan personal branding yang terbangun. Kemampuan mengenali kelebihan dan keunikan diri dibuktikan melalui karya-karyanya. Respon positif atas karyanya dilanjutkan dengan membuat film hingga serial komedi seperti “Malam Minggu Miko”. Antara karya dan audiensnya connected. Garis besar karyanya tidak pernah lari dari kesuksesan pertamanya di buku dan materi stand-up comedy, yaitu muda, keseharian, dan jujur. Ini membuktikan ada perencanaan untuk membangun, mengoptimalkan, lalu mengembangkan personal branding miliknya menjadi sebuah keuntungan.
Bersih, transparan, dan profesional merupakan slogan milik Ir. Basuki Tjahaja Purnama, MM. seperti ditulis di website pribadinya, Ahok.org. Brand itu sebuah janji. Terwujud dalam slogannya, beliau menjanjikan ketiga hal tersebut kepada warga Jakarta. Hadirnya slogan, membuat Ahok lebih punya fokus dan memberikan tolak ukur bagi masyarakat dari mana menilai kinerjanya. Gubernur yang akan habis masa jabatan pada tahun 2017 ini juga memanfaatkan Youtube melalui video kegiatannya di pemerintahan sebagai cara beliau mencoba menunjukkan salah satu janjinya, yakni transparan.
Figur publik diatas merupakan contoh dari “be your self”. Perbedaan dari ketiganya adalah, Syahrini tidak menciptakan personal branding,melainkan publik yang memberikan dan tidak direspon olehnya. Raditya Dika hampir serupa, namun dia memberi respon dengan menyesuaikan diri lalu mengembangkan personal branding miliknya dalam bentuk karya. Sementara Ahok ada upaya sedari awal menciptakan sendiri personal branding miliknya, yaitu melalui slogan dan beliau berusaha buktikan.
Jadi, dari pengenalan ini bisa dikatakan bahwa personal branding itu perlu di ketahui, pahami, dan dipraktikan. Bukan hanya untuk kalangan artis, pemerintah, atau figur populer aja, berlaku bagi semua individu karena memberi efek besar bagi diri sendiri. Bahkan menurut Amalia E. Maulana, seorang Brand Consultant & Ethnographer, mengatakan seorang penjual sayur pun harus memiliki kekuatan “brand” agar berbeda dan punya keunggulan lebih dari penjual sayur lainnya. Mulailah dengan mengenali diri sendiri, tetapkan tujuan, dan manfaatkanlah media social sebagai langkah awal.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Tidak ada komentar: