Sebuah pepatah Cina kuno yang pertama
kali saya dapatkan dari ayah saya. Mungkin sudah lebih dari 20 tahun
yang lalu. Saya sendiri tidak ingat persis saat itu sedang
membicarakan apa dengan ayah saya, tapi saya ingat dengan jelas
pepatah ini. Ayah saya mengatakan :
Jika kita ingin menolong orang lain,
jangan langsung memberi ikan, tapi berikan pancingnya, karena Memberi
Pancing lebih baik daripada Memberi Ikannya. Itu pepatah Cina
kuno. Jika kita memberi ikan, nanti orang yang kita tolong akan
keenakan, menjadi malas dan tidak mau berusaha. Tapi kalau kita
memberi pancingnya, dia akan berusaha mendapatkan ikannya sendiri.
Maksudnya adalah jika menolong orang, jangan langsung memberikan apa
yang dia inginkan, tapi kita berikan bantuan yang bisa dia pakai
untuk berusaha sendiri.
Kira-kira seperti itu yang dikatakan
ayah saya dahulu. Saat itu saya membenarkan dan mengagumi pepatah
ini. Sebuah pepatah yang sangat bagus dan tepat. Dan sejak saat itu
juga saya selalu mengingat pepatah yang diberikan oleh ayah saya ini,
meskipun saya tidak menghafalnya. Setiap kali ingin menolong orang
saya mengamati dahulu apa yang harus saya berikan agar orang yang
saya tolong tidak jadi pemalas dan mau berusaha memenuhi
kebutuhannya.
Seiring berjalannya waktu, saya
menemukan ternyata pepatah ini digunakan oleh banyak orang, dan
sering disebut-sebut. Teman-teman saya banyak yang mengetahuinya,
bahkan di Gereja saya juga pernah mendengarnya. Ini sebuah pepatah
yang terkenal!
Tapi, bersamaan dengan itu, banyak hal
saya temukan, teman-teman yang menghadapi kesulitan, pengemis
dijalanan, tontonan di televisi tentang orang-orang yang mengalami
musibah dan membutuhkan bantuan. Saya juga membaca banyak kisah
tentang orang-orang yang mengalami kesulitan dan bagaimana reaksi
orang-orang disekitarnya.
Saya melihat, ada banyak sekali
kejadian dimana seseorang benar-benar membutuhkan bantuan. Dan
bantuan yang dibutuhkannya itu harus berupa ikan, bukan pancing. Tapi
sayangnya, yang menolong justru memberinya pancing, yang akibatnya,
pancing itu justru menjerat orang tersebut dalam kesulitan yang lebih
dalam. Tidak semua orang dapat ditolong dengan pancing, ada
orang-orang yang harus ditolong dengan ikan.
Pepatah hanyalah sebuah pepatah, itu
hanya berlaku untuk kondisi tertentu, itulah yang muncul dalam
pikiran saya. Ketika ada seorang yang kelaparan meminta makanan, apa
yang akan anda lakukan? Jika anda mengandalkan pepatah Memberi
Pancing lebih baik daripada Memberi Ikannya, yang anda lakukan
mungkin memberikan sesuatu yang bisa ia jual dan nanti hasilnya bisa
dibelikan makanan. Tapi ia tidak bisa berjualan saat itu, ia
benar-benar sedang kelaparan, ia harus makan dahulu supaya memiliki
kekuatan untuk bekerja. Apakah tepat menolongnya untuk berjualan?
Saya berpikir ulang mengenai pepatah
ini “Memberi Pancing lebih baik daripada Memberi Ikannya”.
Seorang yang kelaparan membutuhkan ikan untuk dimakan, tapi anda
memberikan pancing agar ia memancing ikannya sendiri. Bagaimana kalau
ia tidak tahu caranya memancing? Bagaimana kalau tempat memancingnya
cukup jauh dan membutuhkan perjalanan panjang?
Bisakah anda bayangkan seorang yang
kelaparan, membutuhkan ikan untuk dimakan, dengan kondisi diatas,
tapi yang ia dapatkan adalah pancing? Apakah anda yakin sudah
memberikan pertolongan yang tepat? Mungkin ketika dalam perjalanan
menuju tempat memancing atau ketika sedang berusaha memancing ikan,
rasa laparnya semakin tinggi dan kekuatannya semakin lemah. Apa yang
akan terjadi? Mungkin ia akan MATI sebelum bisa menangkap ikannya
sendiri.
Anda bisa saja berkata, apa yang saya
ceritakan diatas kan cuma kiasan, tidak benar-benar terjadi dalam
dunia nyata. Memang, yang saya contohkan hanyalah kiasan, tapi
bukankah pepatah Cina kuno itu juga hanya kiasan? Dan kalau anda mau
memperhatikan sekitar anda, kiasan yang saya ceritakan diatas,
seringkali benar-benar terjadi dalam dunia nyata.
Orang-orang yang memberi pertolongan
menggunakan “pancing” mungkin merasa sudah memberikan pertolongan
yang tepat, tapi yang terkadang terjadi justru anda memberikan
masalah baru pada si penderita. Lalu, anda menolong atau mempersulit?
Sudah lebih dari 7 tahun yang lalu,
saya merubah pandangan saya. Pepatah “Memberi Pancing lebih baik
daripada Memberi Ikannya” adalah sebuah pepatah yang salah. Banyak
orang yang mempercayai pepatah ini, tapi menurut saya itu salah. Saat
menolong orang lain, kita harus benar-benar tahu apa dia butuhkan
saat itu. Jika dia benar-benar membutuhkan ikannya langsung, maka
berikan ikan itu dahulu, baru setelah itu berikan pancing dan ajarkan
ia caranya menangkap ikan. Jika tempat memancingnya jauh, mungkin
anda harus menolongnya lagi agar ia bisa sampai disana.
Menolong orang lain dengan cara
Memberi Pancing lebih baik daripada Memberi Ikannya hanya bisa
berlaku jika orang tersebut tidak terlalu membutuhkan ikan dan
mengerti tentang memancing. Jika anda hanya berpedoman “Memberikan
Pancing”, maka jangan-jangan anda bukannya menolong, tapi justru
menjerumuskan.
Saya menjadi tidak tertarik lagi dengan
pepatah ini. Ini pepatah yang salah. Saya penasaran, siapa orang Cina
kuno yang mengeluarkan pepatah ini, hanya saya tidak pernah
benar-benar serius memikirkannya. Saya beranggapan hanya seorang Cina
kuno yang bodoh yang memberikan pepatah ini, dan setiap kali teman
atau siapapun juga mengatakan mengenai pepatah ini, saya beranggapan
ia tidak mengerti bagaimana caranya menolong orang lain.
Kira-kira dua bulan yang lalu, saya
menerima e-mail dari seorang teman. Kalimat pertama dari e-mail
tersebut berbunyi demikian :
“Beri dia ikan
dan engkau memberinya makan untuk sehari. Ajari dia memancing ikan
dan engkau memberinya makan untuk selamanya.” Itulah kata-kata
bijaksana terkenal dari Konfusius.
Saya tertegun membaca kalimat ini.
Saya-pun membacanya berulang selama beberapa kali dan mengabaikan isi
e-mail yang ada dibawahnya. Ini mirip dengan pepatah yang selama ini
saya kenal. Saya menyadari, inilah bunyi pepatah yang sesungguhnya
dan orang Cina kuna yang mengatakannya adalah Konfusius.
“Memberi Pancing lebih baik daripada
Memberi Ikannya” itu pepatah yang salah, pepatah yang sudah berubah
dari aslinya. Saya tertarik untuk memikirkan kata-kata Konfusius ini.
“Beri dia ikan
dan engkau memberinya makan untuk sehari. Ajari dia memancing ikan
dan engkau memberinya makan untuk selamanya.”
Beri dia ikan,
anda hanya akan memberinya makan untuk sehari, tapi AJARI DIA
MEMANCING dan anda memberinya makan untuk selamanya. Itu intinya,
AJARI DIA MEMANCING, bukan memberi pancing. Bisakah anda memahaminya?
Ketika anda
melihat seseorang yang membutuhkan ikan, anda bisa menolongnya dengan
memberi ikan atau mengajarinya memancing agar ia bisa menangkap
ikannya sendiri. Konfusius mengatakan hal ini untuk mengajarkan
bagaimana anda berespon terhadap orang yang membutuhkan pertolongan
anda. Ia tidak mengajarkan tentang respon si penerima pertolongan.
Anda bisa saja memberikan ikan, tapi itu hanya membuatnya kenyang
dalam sehari, tapi anda bisa mengajarinya memancing gara ia kenyang
setiap hari.
Anda mengerti
maksud saya? Anda tidak perlu ketakutan bahwa orang yang anda tolong
akan menjadi pemalas karena anda memberikan ikan. Anda yang berhak
memberikan ikan itu dan anda juga berhak untuk tidak memberikannya.
Tapi dengan mengajarinya memancing anda memberikannya sesuatu yang
lebih bernilai dan berguna.
Mungkin ada yang
mengatakan “Intinya sama saja kan, dengan memberikan pancing, kita
juga mengajarkan dia untuk menangkap ikannya sendiri?”
Saya katakan
tidak! Dua pepatah diatas sangat berbeda. Bandingkan ini
- “Anda memberikan pancing, lalu anda biarkan ia yang sedang membutuhkan ikan untuk menangkap ikannya sendiri. Ia sedang kelaparan, dan seperti cerita saya di atas, mungkin sebelum mendapatkan ikan ia sudah mati”
- “Anda mengajari ia memancing, sedangkan ia sangat membutuhkan ikan. Untuk dapat mengajarinya memancing, bukankah anda harus memberinya makan ikan terlebih dahulu? Jika anda mengajarinya memancing, anda tidak sekedar memberinya pancing, tapi terus menemaninya sampai ia bisa memancing sendiri.”
“Beri dia ikan
dan engkau memberinya makan untuk sehari. Ajari dia memancing ikan
dan engkau memberinya makan untuk selamanya.”
Tidak ada yang
salah dengan pepatah ini, Konfusius memberikannya dengan tepat, hanya
saja banyak orang yang mungkin bermaksud mempersingkatnya, sehingga
bunyinya berubah. Tapi itu juga merubah maknanya. Konfusius
mengajarkan kerelaan anda dalam menolong orang lain, relakah anda
memberikan ikan? Relakah anda mengajarinya memancing? Relakah anda
menemaninya dalam kesulitan sambil mengajarinya memancing sampai ia
mandiri?
Satu pertanyaan
yang muncul, bagaimana kalau orang yang anda tolong tersebut ternyata
memanfaatkan anda? Ditambah lagi, diam-diam orang tersebut menipu
anda?
Konfusius
mengajarkan kerelaan anda menolong orang lain. Urusan anda tertipu
itu berbeda masalah. Kalau anda takut tertipu saat menolong orang
lain, itu berarti anda tidak rela. Kalau anda takut dimanfaatkan
orang lain saat menolongnya, itu berarti anda tidak rela. Kalau anda
takut orang yang anda berikan ikan akan menjadi pemalas, itu berarti
anda tidak rela. Kalau anda tidak rela sebaiknya anda jangan menjadi
penolong atau gunakan pepatah yang salah tersebut untuk main
hitung-hitungan ketikan ingin menolong orang lain.
Pertanyaan diatas
sebenarnya juga pernah muncul dalam pikiran saya. Tapi saya menyadari
kalau pertanyaan seperti itu tidaklah tepat. Saya memiliki sebuah
kisah nyata :
Saya mempunyai
seorang teman. Ia seorang yang biasa saja menurut saya, tapi
kerelaannya menolong orang lain sangat luar biasa. Ia tidak pernah
main hitung-hitung ketika akan menolong orang lain, tapi ia langsung
bertindak. Awalnya saya tidak tahu kalau ia memiliki kerelaan hati
yang luar biasa, sampai suatu saat ketika sedang berbicara dengannya,
saya menceritakan masalah yang saya hadapi. Saya sama sekali tidak
mengharapkan bantuannya, saya hanya sekedar bercerita, tapi ternyata
responnya luar biasa.
Ia bersedia
menolong saya, menurut apa yang bisa ia lakukan. Saya terkejut,
karena meskipun hanya bantuan kecil yang akan dia berikan, tapi itu
di luar dugaan saya. Saya memang menolak bantuan itu dan mengatakan
kalau saya benar-benar membutuhkannya, saya akan menghubungi dia.
Saya tidak bisa
menceritakan detailnya, tapi sejak saat itu saya menyadari kalau
teman saya ini sering sekali menolong orang lain, yang baru saja
dikenalnya sekalipun. Saya pernah bertanya apakah dia tidak takut
ditipu saat menolong orang lain, karena bisa saja orang tersebut
berpura-pura sedang kesulitan dan memanfaatkan dia.
Tapi teman saya
menjawab,”Tahu tidak, saya pernah dihubungi oleh orang yang saya
kenal hanya lewat telepon (teman saya bekerja di toko dan sering
berhubungan dengan pelanggan lewat telepon). Saat itu dia minta
tolong kepada saya untuk meminjam uang 300 ribu. Dia juga minta di
transfer ke rekeningnya saat itu juga. Saya tidak tahu tampangnya
seperti apa, orang jujur atau tidak, tapi yang saya tahu dari cara
bicaranya saat itu dia benar-benar membutuhkan uang 300 ribu. Saya
langsung mentransfer uang tersebut ke rekeningnya. Tahu apa yang
terjadi setelah itu, dia sangat berterima kasih kepada saya. Suatu
kali saat sedang berbicara di telepon dengan dia, saya sedikit
bercerita ingin kredit rumah. Ternyata dia menanggapi dengan serius,
dia katakan, kamu pilih saja mau rumah yang mana, nanti saya yang
bayarkan kreditnya! Ternyata orang yang saya tolong saat itu adalah
seorang yang sangat kaya, saya tidak tahu kenapa ia membutuhkan uang
300 ribu, tapi karena uang 300 ribu itu, saya hampir saja dibelikan
rumah, hanya saja, saya tolak kebaikannya tersebut.”
Masih banyak
kisah lainnya dari kerelaan hati teman saya ini, saya ingin
membaginya dalam sebuah tulisan, tapi tidak untuk saat ini. Mungkin
di lain waktu kalau memang saya bisa menuliskannya. Teman saya tahu
apakah ia harus memberikan ikan atau mengajari memancing. Seorang
biasa yang memiliki kerelaan hati yang luar biasa.
Konfusius tidak
bodoh dan tidak salah memberikan pepatah, yang salah adalah
orang-orang yang mengatakan pepatah ini dengan keliru. Ubah cara
pandang anda, dan gunakan pepatah yang benar dari Konfusius ini, maka
anda pasti akan memberikan pertolongan dengan cara yang berbeda.
“Beri dia ikan
dan engkau memberinya makan untuk sehari. Ajari dia memancing ikan
dan engkau memberinya makan untuk selamanya.”
+ komentar + 1 komentar
Terimakasih Ali Majid Wardana atas Komentarnya di Memberi Pancing lebih baik daripada Memberi Ikannya
Post a Comment