Jumat, 09 Oktober 2015

Rusia Serang oposisi suriah yang Dilatih AS di Suriah ocktober 2015

VIVA.co.id - Kementerian Pertahanan Rusia membantah telah menyasar kelompok pemberontak di Suriah yang dilatih oleh Amerika Serikat. Laporan itu dilansir oleh stasiun televisi berbasis di Lebanon, al-Mayadeen, sebagian dari 30 serangan udara Rusia di Suriah telah menyasar kelompok oposisi seperti Jaysh al-Fath. 

Dikutip dari laman International Business Times (IBT), Kamis, 1 Oktober 2015, koalisi Jaysh al-Fath terdiri atas kelompok Front Al-Nusra, Ahrar ash-Sham, dan kelompok militan lainnya. Pejabat berwenang Amerika Serikat (AS) telah berulang kali mengklaim beberapa kelompok yang didukung Negeri Paman Sam terkena rudal dari pesawat tempur Rusia. 

Pemimpin Militer Pembebas Suriah (FSA), Jamil Saleh, turut menyatakan hal serupa. Salah satu pemimpin dari kelompok FSA, Lyad al-Deek, dilaporkan tewas terbunuh di Provinsi Homs. 

Militer Arab Saudi bahkan menuntut Rusia agar segera mengakhiri serangan udaranya. Sebab, kelompok Islamic State of Iraq and al Sham (ISIS) tidak ada di area tersebut. 

"Serangan itu mengakibatkan jatuhnya korban warga sipil," ujar seorang diplomat Saudi, Abdallah al-Mouallimi di New York. 

Namun, pernyataan itu dibantah oleh Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov. Menurut dia, serangan udara Rusia yang telah memasuki hari kedua menyasar kelompok ISIS. 

"Rumor yang menyebut kami menyasar kelompok non-ISIS tidak beralasan. (Serangan) ini merupakan respons atas permohonan kepemimpinan Suriah untuk membantu melawan ISIS dan kelompok teroris lainnya," kata Lavrov.

Dia mengatakan, tidak ada data yang menyebut adanya warga sipil yang menjadi korban dalam serangan udara itu. "Kami sangat berhati-hati agar serangan udara tersebut tepat," Lavrov menambahkan. 

Rusia mengerahkan jet tempur Sukhoi SU-24 untuk mengebom beberapa lokasi yakni Homs, Hama, dan Latakia. Kemenhan Rusia mengatakan, delapan target ISIS berhasil dikenai. 

Sementara itu, Pemerintah Inggris mengatakan, serangan udara Rusia bisa membahayakan kelompok oposisi moderat jatuh ke tangan ISIS. 

"Sikap kami jelas. Jika Rusia ingin bergabung dengan koalisi serangan udara melawan ISIS, kami menyambut baik hal itu. Tetapi, jika apa yang dilakukan Rusia melakukan serangan udara untuk membantu mempertahankan rezim penguasa di Suriah, maka itu menjadi isu yang berbeda," ujar Menteri Luar Negeri Inggris, Philip Hammond. 

Dia menjelaskan, tidak ada gunanya menopang Presiden Bashar Al-Assad sebagai strategi untuk melawan ISIS. Sebab, pada faktanya, strategi itu tidak berhasil. 

"Karena yang kalian lakukan hanya mendorong seluruh kelompok oposisi agar menggulingkan Assad dan kelompok itu dipimpin oleh ISIS. Itu merupakan hasil terburuk yang mungkin terjadi," Hammond menambahkan

Tidak ada komentar: