Emansipasi wanita beraasal dari gerakan
dari Negara Barat, yang dahulunya kaum wanita merasa dikerdikan, menjadi
warga kelas 2, sehingga menimbulkan akumulasi kekecewaan kepada kaum
wanita dan timbullah apa yang dinamakan perjuangan persamaan derajat
atau emansipasi wanita.
Di Indonesia emansipasi wanita
berkemabang pesat setelah kiprah Raden Ajeng kartini, dan RA kartini
kemudian dinobatkan menjadi pelopor gerakan emansipasi wanita di
indonesia.
Definisi Emansipasi Wanita
Pengertian atau definisi emansipasi
wanita itu sendiri secara harfiah adalah kesetaraan hak dan gender.
Emansipasi wanita juga bisa diartikan sebagai suatu usaha untuk menuntut
persamaan hak-hak kaum wanita terhadap hak-hak kaum pria di segala
bidang kehidupan. Emansipasi wanita bertujuan memberi wanita kesempatan
bekerja, belajar, dan berkarya seperti halnya para pria, seimbang dengan
kemampuannya. Pengertian sama di sini lebih dipersepsikan pada kata
sejajar karena tidak bisa dipungkiri wanita dan laki-laki jelas-jelas
berbeda.
Perbedaan itu bisa dilihat dari kondisi
fisik, sisi emosional yang menonjol, sifat-sifat bawaan. Secara
fisiologis, misalnya, wanita mengalami haid hingga berkonsekuensi
berbeda pada hukum-hukum yang dibebankan atasnya. Sementara dari
kejiwaan, pria umumnya lebih mengedepankan akalnya sehingga lebih bijak,
sementara wanita cenderung mengedepankan emosinya. Namun dengan emosi
yang menonjol itu, wanita patut menjadi ibu yang mana punya ikatan yang
kuat dengan anak.
Jadi pengertian emansipasi wanita adalah
memperjuangkan agar wanita bisa memilih dan menentukan nasib sendiri
dan mampu membuat keputusan sendiri. Untuk tahap selanjutnya pembekalan
agar wanita mampu untuk menentukan nasib dan membuat keputusan ini
sering disebut dengan pemberdayaan wanita.
Dengan adanya pemberdayaan wanita ini
diharapkan wanita bebas menentukan dan melakukan apa yang diinginkannya.
Kebebasan di sini maksudnya kebebasan yang berkualitas, bukan kebebasan
seratus persen, karena biar bagaimanapun tetap saja ada perbedaan yang
prinsifil antara wanita dan laki-laki (seperti yang sudah disebutkan di
atas), ada pekerjaan yang tidak bisa kerjakan wanita hanya pria yang
bisa, sesuai dengan kodrat masing-masing begitu juga sebaliknya wanita
itu mempunyai kehebatan-kehebatan yang tidak dimiliki laki-laki.
Emansipasi yang dengan susah payah
diperjuangkan oleh Kartini seharusnya ditindaklanjuti dengan tindakan
nyata jangan hanya sebatas tataran konsep. Karena jika masih pada
tataran konsep belaka maka tujuan yang diharapkan selama ini akan
menjadi sia-sia. Bukti dari kesia-siaan itu adalah masih banyaknya
wanita yang belum merasakan kesamaan gender terutama bidang pendidikan.
Memang ada sebagian wanita yang sukses dan mempunyai pendidikan yang
tinggi namun tidak sedikit pula wanita yang hanya mempunyai pendidikan
SD/sederajat. Hal inilah yang terkadang membuat para wanita itu menjadi
bahan ekploitasi baik fisik maupun seksual oleh pihak-pihak yang tidak
bertanggung jawab.
Akhirnya emansipasi wanita jangan
disalah artikan, atau diterjemahkan dalam bentuk yang kasar, wanita
adalah sama dengan pria, yup wanita tak boleh dihinakan, karena wanita
adalah adalah ibu dari manusia, wanita adalah guru dan pendidik pertama
kita, tapi tetap diingat wanita itu beda atau ada perbedaan dengan pria,
wanita adalah patner pria seperti kekerasan mesti dihadapi dengan
kelembutan dan nalar mesti dihiasi dengan emosi/perasaan, dan wanita itu
adalah patner sejati pria, bukan pesaing pria ataupun rivalitas pria,
melainkan adalah teman hidup, Ingatlah wanita itu diciftakan Allah bukan
dari tengkorak kepala, jadi bukan untuk di disembah ataupun dipuja,
tapi bukan pula diciftakan dari tulang kaki, jadi bukan untuk
diinjak-injak atau dihinakan, tapi wanita itu dicifta dari tulang rusuk
pria berarti wanita itu adalah patner sejati Pria, selamat hari kartini,
perjuangkan emansipasi wanita secara kodrati dan tidak dengan cara
radikal yang pada akhirnya membuat rivalitas antara pria dan wanita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar