Salah satu persoalan pokok yang membayangi sejarah Khilafah Utsmani adalah “Pertempuran Gaza” yang terjadi di tanah Palestina selama Perang Dunia I
Salah satu persoalan pokok yang membayangi sejarah Khilafah Utsmani “Pejuang Gaza” yang berperang di tanah Palestina selama Perang Dunia I. Dengan bantuan dan dukungan dari para wanita Palestina, para prajurit Khilafah Utsmani membela Gaza dengan penuh dedikasi dan keberanian.
Untuk menekan Inggris dan agar mampu mengendalikan Terusan Suez,Pasukan Khilafah Utsmani melancarkan “Serangan Suez” yang gagal, sehingga kemudian mereka ditarik menuju Gaza-Tellus-Saria-Sebi dan mendirikan garis pertahanan mereka di sana. Melemahnya tentara Utsmani di wilayah ini membantu mempersiapkan pasukan Inggris, Palestina dan Suriah untuk maju untuk mengahadapi mereka.
Setelah melakukan upaya bertahun-tahun, pasukan Jenderal Archibald Murry bergerak maju bersama Inggris dan ANZAC dengan mengambil keuntungan dari pemberontakan yang dilakukan oleh Sharif Hussein. Tujuan mereka adalah untuk mengambil alih Yerusalem dan Palestina dan memotong hubungan mereka ke Suriah, Irak dan Semenanjung Arab.
Resimen Gallipoli di Gaza
Bala bantuan dari Anatolia dan Irak sedang dalam perjalanan, dan pada saat itu pasukan yang bertempur di Gallipoli dikirim ke Gaza. Dengan tambahan pada kedua belah pihak, “Pertempuran Gaza Pertama” melawan Inggris dimulai pada tanggal 26 Maret 1917 dan berlangsung selama 7 bulan 11 hari. Serangan itu dimulai secara tiba-tiba oleh infanteri hitam Inggris yang menggunakan serangan udara, armada, mobil lapis baja, pesawat dan kavaleri. Pasukan Uthmani menang dalam serangan ini karena bayonet mereka.
Kedatangan pasukan pertama dari Gallipoli membantu kemenangan awal ini. Kehadiran mereka secara psikologis mempengaruhi pasukan Inggris. Pada saat itu, Falih Rifki Atay dalam tulisannya yang berjudul “Zetindagi” mencatat: “Inggris kelelahan dan selama serangan, dengan menyerang pasukan Gaza dua kali. Mereka menyerang dan menghancurkan kota itu dan meluncurkan tembakan meriam beberapa kali. Setelah kehancuran Gaza, pasukan luar biasa yang menyelematkannya dikenang dengan nama terbaik dalam sejarah “.
Resimen khusus ini menyelamatkan Gaza dari pasukan yang setidaknya empat hingga lima kali lipat lebih berpengalaman dari mereka. Setelah dihujani tembakan meriam yang membuat siapapun menjadi gila selama “Perang Gaza”, salah seorang teman saya bertanya kepada seorang prajurit “Apakah mereka akan datang kembali, bagaimana menurutmu?” Yang kemudian dia jawab “Mereka tidak bisa datang, Mereka melihat resimen kami “.
Meskipun militer mereka kuat, Inggris yang tidak punya pilihan selain mulai menarik juga “Operasi Militer Gaza Kedua ” mereka pada tanggal 17 April. Pada saat itu perbedaan antara tentara Khilafah Utsmani dengan tentara Inggris mulai terlihat jelas. Sementara Inggris telah mampu menggali kanal-kanal melalui padang gurun untuk menyediakan air dan perbekalan minum yang mencukupi, tentara Utsmani kekurangan minum. Meskipun demikian, para prajurit Utsmani berhasil mempertahankan garda depan kota sehingga mengakibatkan banyak kergian besar bagi tentara Inggris.
Saat, menjelaskan Pertempuran Gaza, Falih Rifki Atay mengamati dan menulis dalam surat-suratnya bahwa: “Saya menerima tiga surat dari seorang teman yang ikut dalam pertempuran yang paling sulit dari Pertempuran Gaza. Dia mengatakan, “Jika saja anda tahu bagaimana nyamansaya berada di Gaza. Saya yakin bahwa pada saat perang, saya tidak punya hiburan lain selain berada di garda depan. Di garda depan Gaza, terdapat gunung-gunung kecil dan itu terlihat kecil. Di gunung kecil itu, terdapat makam Syekh Ali Mantar serta ada dua pohon yang tidak memiliki daun. Penduduk Gaza mengubur orang yang paling penting ini di tanah yang suci di makam itu. Singkatnya, wilayah pinggiran yang sempit ini disebut “Mantartepe”, dengan nama yang tidak terlupakan, “Pertempuran Gaza” tertulis di atasnya. Di antara garda depan kami dan musuh, ini merupakan titik pengamatan yang paling nyaman. Kami menggali delapan terowongan di bawah tempat pemakaman orang-orang Arab ini, dan pasukan pengamat pemberani Khilafah Utsmani akan melalui terowongan ini untuk mengatur meriam yang sedang ditembakkan.
Dalam Pertempuran Gaza Kedua, Inggris menghancurkan semuanya kecuali makam Sheikh Ali Mantar yang berada di puncak dengan tembakan berat dari udara. Dengan suara yang menakutkan, rudal-rudalmengaduk-aduk bumi sehingga berdebu di sekitarnya yang hanya beberapa meter jaraknya dari puncak bukit, sehingga terlihat seperti gunung berapi yang terbakar, yang tenggelam dalam debu, dan bersinar dengan asap hitam mengepul di mana-mana. Kami kehilangan berapa potongmakam itu, batu-batu nisan, pohon-pohon dan bebatuanyang terlempar ke arah kami serta tulang-tulangdari orang-orang yang lama tertidur di makam itu, yang terkubur selama bertahun-tahun. Puncak Mantar telah menyebabkan begitu banyak kekhawatiran sehingga setelah pasukan Inggris pergi, mereka dikhawatirkan bisa bergerak di bebatuan dan mereka menembaki puncaknya dengan lebih banyak peluru. Pasukan penjaga yang berjaga di punck Sheikh Ali Mantar yang melihat dan mengamati hal ini adalah para pahlawan yang sesungguhnya selama pertempuran Gaza.”
Mereka yang berada di depan dan penduduk khilafah Utsmani merasa sangat gembira dan senang dengan hasilnya, sementara Inggris berpikir itu hanyalah suatu kegagalan. Jendral Murray membayar kegagalan itu dengan dicopot dari jabatannya dan digantikan oleh Jenderal Allenby. Selama periode pemulihan, Allenby mencoba untuk mengambil kembali unsur-unsur yang hilang dalam tentara mereka sementara tentara Utsmani yang memiliki semangat tinggi secara psikologis berada dalam keadaan yang lebih baik, mulai melakukan kesalahan. Beban dari pasukan tambahan dan perselisihan diantara Panglima garis depan dan Komandan Pasukan menyebabkan mereka kekelahan sendiri.
Pengkhianatan Amir Faysal dan kekalahan Gaza
Untuk membalas dendam atas kekalahan dari dua pertempuran pertamanya dan untuk menyelamatkan garda depan Gaza, Jenderal Allenby, setelah menyelesaikan pengiriman pasokan untuk tentarannya, berinisiatif melakukan “Pertempuran Gaza Ketiga”. Pada saat itu, Emir Faysal, salah seorang anak dari Sharif Huseyin dari Mekah dengan pasukan militer yang berada di bawah kekuasaannya berkolaborasi dengan musuh dan mengkhianati tentara Utsmani. Pada tanggal 6 November 1917, pemboman berat dari laut, darat dan udara memberikan jalan bagi Inggris untuk maju ke Gaza. Merasa mendapat pengkhianatan dari persaudaraan saudara seagama, pasukan Utsmani tidak bisa lagi mempertahankan garis depan Gazze-Tellu’s-Seri’a-Biru’s-Sebi dan mengevakuasi penduduk Gaza. Hal ini memperbaiki kekalahan Inggris yang disebabkan oleh dua kekalahan sebelumnya dan memastikan keberhasilan mereka menduduki Yerusalem.
Sumber:
Ismail Hami Danişmend, İzahlı Osmanlı Tarihi Kronolojisi, c.4, Istanbul, 2011.
Falih Rifki Atay, Zeytindağı, Istanbul, 1943.
Salah satu persoalan pokok yang membayangi sejarah Khilafah Utsmani “Pejuang Gaza” yang berperang di tanah Palestina selama Perang Dunia I. Dengan bantuan dan dukungan dari para wanita Palestina, para prajurit Khilafah Utsmani membela Gaza dengan penuh dedikasi dan keberanian.
Untuk menekan Inggris dan agar mampu mengendalikan Terusan Suez,Pasukan Khilafah Utsmani melancarkan “Serangan Suez” yang gagal, sehingga kemudian mereka ditarik menuju Gaza-Tellus-Saria-Sebi dan mendirikan garis pertahanan mereka di sana. Melemahnya tentara Utsmani di wilayah ini membantu mempersiapkan pasukan Inggris, Palestina dan Suriah untuk maju untuk mengahadapi mereka.
Setelah melakukan upaya bertahun-tahun, pasukan Jenderal Archibald Murry bergerak maju bersama Inggris dan ANZAC dengan mengambil keuntungan dari pemberontakan yang dilakukan oleh Sharif Hussein. Tujuan mereka adalah untuk mengambil alih Yerusalem dan Palestina dan memotong hubungan mereka ke Suriah, Irak dan Semenanjung Arab.
Resimen Gallipoli di Gaza
Bala bantuan dari Anatolia dan Irak sedang dalam perjalanan, dan pada saat itu pasukan yang bertempur di Gallipoli dikirim ke Gaza. Dengan tambahan pada kedua belah pihak, “Pertempuran Gaza Pertama” melawan Inggris dimulai pada tanggal 26 Maret 1917 dan berlangsung selama 7 bulan 11 hari. Serangan itu dimulai secara tiba-tiba oleh infanteri hitam Inggris yang menggunakan serangan udara, armada, mobil lapis baja, pesawat dan kavaleri. Pasukan Uthmani menang dalam serangan ini karena bayonet mereka.
Kedatangan pasukan pertama dari Gallipoli membantu kemenangan awal ini. Kehadiran mereka secara psikologis mempengaruhi pasukan Inggris. Pada saat itu, Falih Rifki Atay dalam tulisannya yang berjudul “Zetindagi” mencatat: “Inggris kelelahan dan selama serangan, dengan menyerang pasukan Gaza dua kali. Mereka menyerang dan menghancurkan kota itu dan meluncurkan tembakan meriam beberapa kali. Setelah kehancuran Gaza, pasukan luar biasa yang menyelematkannya dikenang dengan nama terbaik dalam sejarah “.
Resimen khusus ini menyelamatkan Gaza dari pasukan yang setidaknya empat hingga lima kali lipat lebih berpengalaman dari mereka. Setelah dihujani tembakan meriam yang membuat siapapun menjadi gila selama “Perang Gaza”, salah seorang teman saya bertanya kepada seorang prajurit “Apakah mereka akan datang kembali, bagaimana menurutmu?” Yang kemudian dia jawab “Mereka tidak bisa datang, Mereka melihat resimen kami “.
Meskipun militer mereka kuat, Inggris yang tidak punya pilihan selain mulai menarik juga “Operasi Militer Gaza Kedua ” mereka pada tanggal 17 April. Pada saat itu perbedaan antara tentara Khilafah Utsmani dengan tentara Inggris mulai terlihat jelas. Sementara Inggris telah mampu menggali kanal-kanal melalui padang gurun untuk menyediakan air dan perbekalan minum yang mencukupi, tentara Utsmani kekurangan minum. Meskipun demikian, para prajurit Utsmani berhasil mempertahankan garda depan kota sehingga mengakibatkan banyak kergian besar bagi tentara Inggris.
Saat, menjelaskan Pertempuran Gaza, Falih Rifki Atay mengamati dan menulis dalam surat-suratnya bahwa: “Saya menerima tiga surat dari seorang teman yang ikut dalam pertempuran yang paling sulit dari Pertempuran Gaza. Dia mengatakan, “Jika saja anda tahu bagaimana nyamansaya berada di Gaza. Saya yakin bahwa pada saat perang, saya tidak punya hiburan lain selain berada di garda depan. Di garda depan Gaza, terdapat gunung-gunung kecil dan itu terlihat kecil. Di gunung kecil itu, terdapat makam Syekh Ali Mantar serta ada dua pohon yang tidak memiliki daun. Penduduk Gaza mengubur orang yang paling penting ini di tanah yang suci di makam itu. Singkatnya, wilayah pinggiran yang sempit ini disebut “Mantartepe”, dengan nama yang tidak terlupakan, “Pertempuran Gaza” tertulis di atasnya. Di antara garda depan kami dan musuh, ini merupakan titik pengamatan yang paling nyaman. Kami menggali delapan terowongan di bawah tempat pemakaman orang-orang Arab ini, dan pasukan pengamat pemberani Khilafah Utsmani akan melalui terowongan ini untuk mengatur meriam yang sedang ditembakkan.
Dalam Pertempuran Gaza Kedua, Inggris menghancurkan semuanya kecuali makam Sheikh Ali Mantar yang berada di puncak dengan tembakan berat dari udara. Dengan suara yang menakutkan, rudal-rudalmengaduk-aduk bumi sehingga berdebu di sekitarnya yang hanya beberapa meter jaraknya dari puncak bukit, sehingga terlihat seperti gunung berapi yang terbakar, yang tenggelam dalam debu, dan bersinar dengan asap hitam mengepul di mana-mana. Kami kehilangan berapa potongmakam itu, batu-batu nisan, pohon-pohon dan bebatuanyang terlempar ke arah kami serta tulang-tulangdari orang-orang yang lama tertidur di makam itu, yang terkubur selama bertahun-tahun. Puncak Mantar telah menyebabkan begitu banyak kekhawatiran sehingga setelah pasukan Inggris pergi, mereka dikhawatirkan bisa bergerak di bebatuan dan mereka menembaki puncaknya dengan lebih banyak peluru. Pasukan penjaga yang berjaga di punck Sheikh Ali Mantar yang melihat dan mengamati hal ini adalah para pahlawan yang sesungguhnya selama pertempuran Gaza.”
Mereka yang berada di depan dan penduduk khilafah Utsmani merasa sangat gembira dan senang dengan hasilnya, sementara Inggris berpikir itu hanyalah suatu kegagalan. Jendral Murray membayar kegagalan itu dengan dicopot dari jabatannya dan digantikan oleh Jenderal Allenby. Selama periode pemulihan, Allenby mencoba untuk mengambil kembali unsur-unsur yang hilang dalam tentara mereka sementara tentara Utsmani yang memiliki semangat tinggi secara psikologis berada dalam keadaan yang lebih baik, mulai melakukan kesalahan. Beban dari pasukan tambahan dan perselisihan diantara Panglima garis depan dan Komandan Pasukan menyebabkan mereka kekelahan sendiri.
Pengkhianatan Amir Faysal dan kekalahan Gaza
Untuk membalas dendam atas kekalahan dari dua pertempuran pertamanya dan untuk menyelamatkan garda depan Gaza, Jenderal Allenby, setelah menyelesaikan pengiriman pasokan untuk tentarannya, berinisiatif melakukan “Pertempuran Gaza Ketiga”. Pada saat itu, Emir Faysal, salah seorang anak dari Sharif Huseyin dari Mekah dengan pasukan militer yang berada di bawah kekuasaannya berkolaborasi dengan musuh dan mengkhianati tentara Utsmani. Pada tanggal 6 November 1917, pemboman berat dari laut, darat dan udara memberikan jalan bagi Inggris untuk maju ke Gaza. Merasa mendapat pengkhianatan dari persaudaraan saudara seagama, pasukan Utsmani tidak bisa lagi mempertahankan garis depan Gazze-Tellu’s-Seri’a-Biru’s-Sebi dan mengevakuasi penduduk Gaza. Hal ini memperbaiki kekalahan Inggris yang disebabkan oleh dua kekalahan sebelumnya dan memastikan keberhasilan mereka menduduki Yerusalem.
Sumber:
Ismail Hami Danişmend, İzahlı Osmanlı Tarihi Kronolojisi, c.4, Istanbul, 2011.
Falih Rifki Atay, Zeytindağı, Istanbul, 1943.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar