Publik Malaysia dikejutkan dengan ribuan etnis Melayu pendukung
pemerintah yang turun jalan-jalan di Kuala Lumpur pada Rabu (16/9)
kemarin. Pemimpin aksi "Kaus Merah", Jamal Yunos memaparkan bahwa aksi
tersebut digelar untuk beberapa tujuan, salah satunya adalah sebagai
bukti persatuan etnis Melayu di Malaysia.
"Perhimpunan ini diadakan sebagai bentuk solidaritas yang membuktikan Melayu masih bersatu," kata Jamal ketika dihubungi CNN Indonesia pada Kamis (17/9).
Jamal memaparkan bahwa selama ini etnis Melayu kerap kali dihina dalam berbagai kesempatan dan laporan media. Jamal menyebutkan pengunjuk rasa anti-pemerintah pada aksi Bersih bulan lalu telah menghina pemimpin Melayu di Malaysia. Bersih merupakan kelompok pro-demokrasi yang sebagian besar anggotanya etnis Tionghoa.
"Agama kami, agama Islam, dihina oleh yang bukan Islam. Kami ingin membuktikan bahwa kami pantang dihina. Agama, bangsa dan negara kami pantang dihina," kata Jamal.
Ketika ditanya bentuk penghinaan semacam apa yang ditujukan kepada etnis Melayu, Jamal menyebutkan bahwa dalam aksi Bersih para demonstran kerap kali mengusung spanduk-spanduk bernada rasial.
"Dalam aksi Bersih 1-4 yang mereka sebut membawa suara rakyat, kaum China membawa spanduk-spanduk yang biadab, bertuliskan perkataan yang biadab, menginjak-injak gambar pemimpin Melayu," kata Jamal.
"Bersih benar-benar menyingung perasaan orang Melayu," ucap Jamal.
Oleh karena itu, Jamal melanjutkan, sebanyak 300 ribu etnis Melayu memutuskan untuk turun ke jalan-jalan di Kuala Lumpur dengan mengenakan kaus berwarna merah yang menjadi simbol kebangkitan etnis Melayu.
Jamal mennyebutkan bahwa aksi "Kaus Merah" kemarin bertujuan untuk memberikan dukungan dari etnis Melayu kepada pemerintahan Perdana Menteri Najib Razak.
"Kami sukarela menyokong kerajaan yang dipilih lewat pemilu. Kami menyokong kelembagaan negara Malaysia yang selama ini aman dan damai," kata Jamal.
Jamal memaparkan bahwa berbagai tuduhan korupsi kepada Najib yang santer disorot media dalam negeri dan internasional dalam beberapa bulan terakhir merupakan fitnah belaka dari kelompok oposisi.
Beberapa bulan lalu, nama Najib terseret dalam penyelidikan kasus pengelolaan uang 1Malaysia Pengembangan Berhad (1MDB), setelah ditemukan laporan aliran dana sebesar US$600 juta ke rekening pribadi Najib pada masa pemilu.
"Semuanya hanyalah dusta dan fitnah. (Tuduhan korupsi) soal 1MDB terhadap Datuk Seri Najib Tun Razak itu fitnah dari kalangan pembangkang," seru Jamal.
Jamal menyebutkan aksi 'Kaus Merah' yang memberikan dukungan kepada pemerintahan kemarin penting dilakukan di tengah gencarnya pemberitaan media yang, menurut Jamal, ditunggangi kelompok oposisi.
"Agar warga Melayu yang pemikirannya telah dijajah oleh media kembali memercayai pemerintah yang telah terpilih melalui pemilihan (umum)," ujar Jamal.
Aksi "Kaus Merah" pada Rabu (16/9) dibubarkan secara paksa oleh kepolisian Malaysia setelah massa berupaya memasuki wilayah bisnis warga China di Kuala Lumpur.
Polisi bahkan harus menembakkan meriam air ke arah massa yang kerap melontarkan kalimat rasisme terhadap warga keturunan China.
Sementara, salah satu tokoh senior Malaysia dari partai yang sama dengan Najib, Partai Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO), menyatakan bahwa aksi 'Kaus Merah' bukanlah aksi untuk memperjuangkan etnis Melayu.
"Mereka mengatakan reli ini diadakan karena reli Bersih (bersifat) rasial. Namun reli Bersih tidak (bersifat) rasial, semua ras ada di sana bersama. Mereka membuat Bersih rasial, agar menunjukkan bahwa mereka mengagungkan Melayu. Mereka tidak berjuang untuk Melayu, jadi ini tak perlu," kata Mahathir yang menghadiri aksi Bersih bulan lalu, dikutip dari Malaysian Insider.
Sebelum aksi "Kaus Merah" berlangsung, Najib sendiri sempat menyebutkan bahwa koalisi Barisan Nasional yang dipimpinnya "setuju untuk tidak menyetujui" reli tersebut, menurut laporan Channel NewsAsia.
Setelah reli berujung pembubaran paksa, Najib memerintahkan adanya penyelidikan polisi terkait hal ini.
Dihantui kenangan kerusuhan ras pada 1969 silam, etnis dan agama adalah isu yang sangat sensitif di negara yang memiliki populasi etnis Melayu sekitar 60 persen dari 30 juta warganya. Sementara, ada etnis China sekitar 25 persen dan etnis India sekitar 7 persen di Malaysia.
"Perhimpunan ini diadakan sebagai bentuk solidaritas yang membuktikan Melayu masih bersatu," kata Jamal ketika dihubungi CNN Indonesia pada Kamis (17/9).
Jamal memaparkan bahwa selama ini etnis Melayu kerap kali dihina dalam berbagai kesempatan dan laporan media. Jamal menyebutkan pengunjuk rasa anti-pemerintah pada aksi Bersih bulan lalu telah menghina pemimpin Melayu di Malaysia. Bersih merupakan kelompok pro-demokrasi yang sebagian besar anggotanya etnis Tionghoa.
"Agama kami, agama Islam, dihina oleh yang bukan Islam. Kami ingin membuktikan bahwa kami pantang dihina. Agama, bangsa dan negara kami pantang dihina," kata Jamal.
Ketika ditanya bentuk penghinaan semacam apa yang ditujukan kepada etnis Melayu, Jamal menyebutkan bahwa dalam aksi Bersih para demonstran kerap kali mengusung spanduk-spanduk bernada rasial.
"Dalam aksi Bersih 1-4 yang mereka sebut membawa suara rakyat, kaum China membawa spanduk-spanduk yang biadab, bertuliskan perkataan yang biadab, menginjak-injak gambar pemimpin Melayu," kata Jamal.
"Bersih benar-benar menyingung perasaan orang Melayu," ucap Jamal.
Oleh karena itu, Jamal melanjutkan, sebanyak 300 ribu etnis Melayu memutuskan untuk turun ke jalan-jalan di Kuala Lumpur dengan mengenakan kaus berwarna merah yang menjadi simbol kebangkitan etnis Melayu.
Jamal mennyebutkan bahwa aksi "Kaus Merah" kemarin bertujuan untuk memberikan dukungan dari etnis Melayu kepada pemerintahan Perdana Menteri Najib Razak.
"Kami sukarela menyokong kerajaan yang dipilih lewat pemilu. Kami menyokong kelembagaan negara Malaysia yang selama ini aman dan damai," kata Jamal.
Jamal memaparkan bahwa berbagai tuduhan korupsi kepada Najib yang santer disorot media dalam negeri dan internasional dalam beberapa bulan terakhir merupakan fitnah belaka dari kelompok oposisi.
Beberapa bulan lalu, nama Najib terseret dalam penyelidikan kasus pengelolaan uang 1Malaysia Pengembangan Berhad (1MDB), setelah ditemukan laporan aliran dana sebesar US$600 juta ke rekening pribadi Najib pada masa pemilu.
"Semuanya hanyalah dusta dan fitnah. (Tuduhan korupsi) soal 1MDB terhadap Datuk Seri Najib Tun Razak itu fitnah dari kalangan pembangkang," seru Jamal.
Jamal menyebutkan aksi 'Kaus Merah' yang memberikan dukungan kepada pemerintahan kemarin penting dilakukan di tengah gencarnya pemberitaan media yang, menurut Jamal, ditunggangi kelompok oposisi.
"Agar warga Melayu yang pemikirannya telah dijajah oleh media kembali memercayai pemerintah yang telah terpilih melalui pemilihan (umum)," ujar Jamal.
Aksi "Kaus Merah" pada Rabu (16/9) dibubarkan secara paksa oleh kepolisian Malaysia setelah massa berupaya memasuki wilayah bisnis warga China di Kuala Lumpur.
Polisi bahkan harus menembakkan meriam air ke arah massa yang kerap melontarkan kalimat rasisme terhadap warga keturunan China.
Sementara, salah satu tokoh senior Malaysia dari partai yang sama dengan Najib, Partai Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO), menyatakan bahwa aksi 'Kaus Merah' bukanlah aksi untuk memperjuangkan etnis Melayu.
"Mereka mengatakan reli ini diadakan karena reli Bersih (bersifat) rasial. Namun reli Bersih tidak (bersifat) rasial, semua ras ada di sana bersama. Mereka membuat Bersih rasial, agar menunjukkan bahwa mereka mengagungkan Melayu. Mereka tidak berjuang untuk Melayu, jadi ini tak perlu," kata Mahathir yang menghadiri aksi Bersih bulan lalu, dikutip dari Malaysian Insider.
Sebelum aksi "Kaus Merah" berlangsung, Najib sendiri sempat menyebutkan bahwa koalisi Barisan Nasional yang dipimpinnya "setuju untuk tidak menyetujui" reli tersebut, menurut laporan Channel NewsAsia.
Setelah reli berujung pembubaran paksa, Najib memerintahkan adanya penyelidikan polisi terkait hal ini.
Dihantui kenangan kerusuhan ras pada 1969 silam, etnis dan agama adalah isu yang sangat sensitif di negara yang memiliki populasi etnis Melayu sekitar 60 persen dari 30 juta warganya. Sementara, ada etnis China sekitar 25 persen dan etnis India sekitar 7 persen di Malaysia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar