Ketahuilah bahwa orang pertama dari kaum Syiah yang mengarang di bidang
ma’anil Qur’an (makna-makna Al-Qur’an) ialah Aban bin Taghlab yang wafat
pada tahun 141 H. Kitab Aban tentang bidang ini telah dinyatakan oleh
Ibnu Nadim dalam kitabnya, Al-Fehrest, dan An-Najasyi di dalam kitabnya,
Asma’Mushannifisy Syi’ah, dan selain mereka berdua. Saya sendiri tidak
menemukan satu orang pun yang menyusun sebuah kitab berkenaan dewngan
imu Ma’anil Qur’anm sebelum Aban. Perlu diakui bahwa terdapat selain
Aban dari kelompok Syiah yang menyusun ilmu ma’anil Qur’an, yaitu
Ar-Rawasi dan Al-Farra’. Ibnu Nadim mengatakan: “Kitab Ma’anil Qur’an
yang dikarang oleh Ar-rawasi dan kitab Ma’anil Qur’an yang disusun oleh
Al-Farra’ untuk Umar ibn Bakar. Kedua penulis ini adalah dari kaum
Syiah.
Dan orang pertama yang mengarang kitab di bidang ilmu Nasikh wa Mansukh adal;ah Abdullah ibn Abdurrrahman Al-Ashamm Al-Masma’ie dari warga Bashrah. Ia adalah seorang tokoh Syiah dan sahabat dekat Imam Ja’dfar Ash-Shadiq a.s. Dan setelahnya adalah Darim ibn Qubaishah ibn Nahsal ibn Majma’, Abul hasan At-Tamimi Ad-Darimi, salah seorang tokoh utama Syiah. Ia berumur panjang sehingga dapat menjumpai Imam Ali Ar-Ridha a.s. dan wafat pada akhir-akhir abad kedua. Ia mempunyai kitab Al-Wujuh wan Nadzair, dan kitab An-Nasikh wal Mansukh. Dua kitab itu telah disebutkan oleh An-Najasyi di dalam Asma’ Mushannisy Syiah.
Pengarang setelah mereka berdua di atas ialah Al-Hasan ibn Ali ibn Al-fidhal; sahabat dejkat Imam Ali ibn Muasa Ar-Ridha. Ia Awafat [pada tahun 224 H. Lalu Syeikh Al-A’dham Ahmad ibn Muhammad ibn Isa Al-Asy’ari al-Qummi; yang juga sabahat dekat Imam Ali Ar-Ridha a.s. Ia berusia cukup panjang hingga menjumpai Imam Hasan Al-Askari.
Dan berdasarkan apa yang disimpulkan dari tulisan Jalaluddin As-Suyuthi, bAwha orang pertama yang mengaranmgh di bidang Ma’anil Quran ial;ah Abu Ubaidah Al-Qosim ibn Salam yang wafat pada tahun 224 H, dan ia semasa dengan Al;-Hasan ibn Ali ibn Fidhal yang juga mengarang kitab di bidang yang sama, dan muncul jauh setelah Al-Masmaie, bahkan setelah Darim ibn Qubaishah.
Ala kulli hal, kaum Syiah adalah pelopor-pelopor di bidang penyusunan ilmu Ma’anil Qur’an. Dan orang pertama yang menyusun berkenaan dengan Nawadirul Qur’an (Kelangkaan Al-Qur’an) ialah Ali ibn Husein bibn Fidhal. Ia adalah seroang tokok Syiah di abad ketiga. Di dalam Al-Fehrest, Ibnu Nadim mengatakan: “dan Syeikh Ali ibn Ibrahim ibn Hasyim yang menyusun kitab tentang Nawadirul Qur’an adalah seorang Syiah. Ali ibn hasan ibn Fidhal yang menulis kitab di bidang yang sama juga dari kaum Syiah. Begitu pula, Abu Nashr Al-‘Ayyasyi yang juga mengarang dibidang tersebut adalah seorang Syiah”.
Saya Katakan, bahwa Ahmad ibn Muhammad Al-Yasari; penulis dari warga Bashrah juga mempunyai kitab Nawadirul Qur’an. Pada waktu itu, Al-Yasari menuliskan kitab itu untuk Raja Thahir di jaman Imam Hasan Al-Askari. Begitu juga Abdul Hasan Muhammad ibn hmad ibn MuhammAd yang terkenal juga dengan nama Al-Haritsi mempunyai kitab Nawadir Ilmil Qur’an. An-Najasyi mengtakan: “Abdul Hasan Muhammad ibn Ahmad ialah salah seoranmg sahabat kami yang masyhur dalam keterpercayaannya”.
Lalu, orang pertama yang mengarang di bidang ilmu Mutasyabihul Qur’an (tentang makna-makna samar di dalam Al-Qur’an) adalah HamzAh ibn habib Az-ziyad Al-Kufi. Ia adalah pengikut sekaligus asalah seorang sahabat setia Imam Ja’far Ash-Shadiq a.s. Ia wafat pada tahun 156 H di Halwan. Ibnu Nadim mengatakan: “Kitab Mutasyabihul Qur’an adalah karya Hamzsh ibn Habib, dan ia dalah salah satu dari tujuh sahabat dekat Imam Ja’far Ash-Shadiq”. Begitu njuga Syeikh Abu Ja’far Ath-Thusi menggolongkannya swebagai salah satu sahabat dekat Imam Ash-Shadiq a.s.
Jauh sebelum kesaksian Ibnu Nadim dan Syiekh Ath-Thusi adalah Ibnu ‘Uqdah yang telah menganggap Hamzah sebagai salah seorang sahabat dekat Imam a.s. di dalam kitab Ar-Rijal. Dan terdapat sekelompok kaum Syiah terdahulu kami yang mengarang di bidang Mutasyabihul Qur’an, seperti Muhammad ibn Ahmad Al-Wazir yang hidup semasa dengan Syeikh Ath-Thusi. Ia memiliki kitab Mutasyabihul Qur’an. Selain Al-Wazir ialah Syeikh Rasyiduddin Muhammad ibn Ali ibn Syar-Asyub Al-Mazandarani yang wafat pada tahun 288. Ia mempunyai kitab Mutasyabihul Qur’an.
Lalu, orang pertama yang menyusun kitab mengenai ilmu Maqthu’ul Qur’an wa Maushuluhu (sambungan dan putusan ayat-ayat Al-Qur’an) ialah Syeikh Hamzah ibn Habib. Muhammad ibn Ishaq yang dikenal juga dengan nama Ibnu NAdim telah menyebutkan di dalam kitab Al-Fehrest bahwa sebuah kitab Maqthu’ul Qur’an wa Maushuluhu adalah karya Hamzah ibn Habib; salah seorang tujuh sahabat dekat Imam Ja’far Ash-Shadiq a.s.”.
Lalu, orang pertama yang meletakkan titik-titik huruf dan tanda-tanda baca (i’rab) serta menjaganya dari tahrif (distorsi) di berbagai banyak buku adalah Abul Aswad, dan di sebagian buku adalah Yahya ibn Ya’mur Al-‘Idwani; yaitu murid Abul Aswad sendiri. Namun yang pertama lebih tepat. Walhasil, siapapun mereka itu, bisa dikatakan bahwa keutamaan dan kepeloporan berada pada kaum Syiah, sebab Abul Aswad maupun Yahya adalah dua orang Syiah, sebagaimana kesaksian mufakat para ulama. Dan telah kita bawakan berbagai macam teks serta bukti atas kesyiahan mereka di dalam kitab asli saya, yaitu Ta’sisusy Syi’ah li fuinunil Islam.
Lalu, orang pertama yang menyusun kitab di bidang Majazul Qur’an (Metaforika Al-Qur’an) sejauh yang saya ketahui, ialah Al-Farra’; nama lengkapnya adalah yahya Ibn Ziyad yang wafat pada tahun 207 H, sebagaimana yang akan dibawakan riwayat hidupnya pada pembahasan mengenai tokoh-tokoh ilmu Nahwu. Dan Al-Maula Abdullah Afandi di dalam Riyadul ‘Ulama menyatakan secara tegas bahwa Yahya ibn Ziyad Al-Farra’ ialah seorang Syiah. Ia mengatakan: “Dan apa yang dikatakan oleh As-Suyuthi mengenai kecenderunagn Al-Farra’ kepada Mu’tazilah mungkin berpangkal dari kerancuan sebagian besar ulama Ahli Sunnah berkenaan dengan prinsip-prinsip Syiah dan prinsip-prinsip Mu’tazilah. Padahal, Al-Farra’ itu sendiri ialah seorang Syiah Imamiyah”.
Selain itu, ada sekelompok orang Syiah yang menulis kitab berkenaan dengan majaz Al-Qur’an. Di antara karangan yang terbaik sekaitan dengan ilmu ini adalah kitab Majazatul Qur’an; karya Sayyid Syarif Radhi Al-Musawi, saudara Sayyid Al-Murtadha.
Lalu, orang pertama yang mengarang kitab di bidang ilmu Amtsalul Qur’an (pribahasa Al-Qur’an) ialah Syeikh Muhammad ibn Muhammad ibn Al-Junaid. Ibnu Nadim di dalam kitab Al-Fehrest, yaitu tatkala sampai di akhir bagian ulasannya tentang kitab-kitab yang dikarang mengenai berbagai makna Al-Qur’an, menyebutkan: “Kitab Amtsalul Qur’an adalah karya Ibnu Junaid”. Di sini, saya sendiri tidak menemukan seorang pun yang mengarang kitab mengenai ilmu ini sebelum Ibnu Junaid.
Lalu, orang pertama yang mengarang kitab tentang Fadhailul Qur’an (Keutamaan-keutamaan Al-Qur’an) ialah Ubay ibn Ka’ab Al-Anshari, seorang sahabat Nabi saw. masih di dalam Al-Fehrest, Ibnu Nadim menyatakan hal ini. Dan sepertinya Jalaluddin As-Suyuthi tidak mengetahui keutamaan Ubay ini sebagai pelopor penyusunan ilmu ini. Maka itu, dapat dimaklumi bila ia mengatakan bahwa orang pertama yang menulis kitab di bidang Fadhailul Qur’an ialah Imam Muhammad ibn Idris Asy-Syafi’ie yang wafat pada tahun 204 H. Kemudian Sayyid Ali ibn Sadruddin Al-Madani, pengarang As-Salafah, telah menyatakan kesyiahan Ubay ibn Ka’ab di dalam kitab Ath-Thabaqot; nama lengkapnya ialah Ad-Darajatur Rafi’at fi Thabaqot Syi’ah. Di sana, Al-Madani membawakan berbagai bukti atas kesyiahan Ubay. Dan di dalam kitab Ta’sisusy Syi’ah li Fununil Islam, saya telah menambahkan bukti-bukti lain atas hal itu.
Dan ada sekelompok dari kaum Syiah juga mengarang di bidang yang sama. Di antara mereka ialah Al-Hasan ibn Ali ibn Abu Hamzah Al-Bathayini dan Muhammad ibn Khalid Al-Barqi. Kedua-duanya hidup di masa Imam Ali Ar-Ridha. Dan Ahmad ibn Muhammad Al-Yasari, Abu Abdillah seorang penulis dari Basrah yang hidup di jaman Khalifah Dzahir dan Imam Hasan Al-Askari a.s. Ada pula nama-nama selain mereka, yaitu Muhammad ibn Mas’ud Al-‘Ayyasyi, Ali ibn Ibrahim ibn Hasyim, Syeikh Al-Kulaini dan Ahmad ibn Muhammad ibn Ammar Abu Ali Al-Kufi yang wafat pada tahun 346 H, serta mana-nama lain dari ulama terdahulu kami.
Lalu, orang pertama yang mengarang kitab di bidang Asba’ul Qur’an (Tujuh Bacaan Al-Qur’an) ialah Hamzah ibn Habib Al-Kufi Az-Ziyab; salah seorang dari tujuh tokoh pembaca Syiah. Sebagaimana telah saya bawakan kesaksian atas kesyiahannya dari tokoh-tokoh terkemuka Islam. Di dalam Al-Fehrest, Ibnu Nadim telah menyebutkan kitab Asba’ul Qur’an dan kitab Hudud Ayil Qur’an, dan mengatakan bahwa kitab tersebut adalah karya Hamzah. Dan sejauh ini, saya tidak mengetahui seorang pun yang mendahului Hamzah dalam mengarang kitab tentang ilmu ini.
Dan orang pertama yang mengarang kitab di bidang ilmu Nasikh wa Mansukh adal;ah Abdullah ibn Abdurrrahman Al-Ashamm Al-Masma’ie dari warga Bashrah. Ia adalah seorang tokoh Syiah dan sahabat dekat Imam Ja’dfar Ash-Shadiq a.s. Dan setelahnya adalah Darim ibn Qubaishah ibn Nahsal ibn Majma’, Abul hasan At-Tamimi Ad-Darimi, salah seorang tokoh utama Syiah. Ia berumur panjang sehingga dapat menjumpai Imam Ali Ar-Ridha a.s. dan wafat pada akhir-akhir abad kedua. Ia mempunyai kitab Al-Wujuh wan Nadzair, dan kitab An-Nasikh wal Mansukh. Dua kitab itu telah disebutkan oleh An-Najasyi di dalam Asma’ Mushannisy Syiah.
Pengarang setelah mereka berdua di atas ialah Al-Hasan ibn Ali ibn Al-fidhal; sahabat dejkat Imam Ali ibn Muasa Ar-Ridha. Ia Awafat [pada tahun 224 H. Lalu Syeikh Al-A’dham Ahmad ibn Muhammad ibn Isa Al-Asy’ari al-Qummi; yang juga sabahat dekat Imam Ali Ar-Ridha a.s. Ia berusia cukup panjang hingga menjumpai Imam Hasan Al-Askari.
Dan berdasarkan apa yang disimpulkan dari tulisan Jalaluddin As-Suyuthi, bAwha orang pertama yang mengaranmgh di bidang Ma’anil Quran ial;ah Abu Ubaidah Al-Qosim ibn Salam yang wafat pada tahun 224 H, dan ia semasa dengan Al;-Hasan ibn Ali ibn Fidhal yang juga mengarang kitab di bidang yang sama, dan muncul jauh setelah Al-Masmaie, bahkan setelah Darim ibn Qubaishah.
Ala kulli hal, kaum Syiah adalah pelopor-pelopor di bidang penyusunan ilmu Ma’anil Qur’an. Dan orang pertama yang menyusun berkenaan dengan Nawadirul Qur’an (Kelangkaan Al-Qur’an) ialah Ali ibn Husein bibn Fidhal. Ia adalah seroang tokok Syiah di abad ketiga. Di dalam Al-Fehrest, Ibnu Nadim mengatakan: “dan Syeikh Ali ibn Ibrahim ibn Hasyim yang menyusun kitab tentang Nawadirul Qur’an adalah seorang Syiah. Ali ibn hasan ibn Fidhal yang menulis kitab di bidang yang sama juga dari kaum Syiah. Begitu pula, Abu Nashr Al-‘Ayyasyi yang juga mengarang dibidang tersebut adalah seorang Syiah”.
Saya Katakan, bahwa Ahmad ibn Muhammad Al-Yasari; penulis dari warga Bashrah juga mempunyai kitab Nawadirul Qur’an. Pada waktu itu, Al-Yasari menuliskan kitab itu untuk Raja Thahir di jaman Imam Hasan Al-Askari. Begitu juga Abdul Hasan Muhammad ibn hmad ibn MuhammAd yang terkenal juga dengan nama Al-Haritsi mempunyai kitab Nawadir Ilmil Qur’an. An-Najasyi mengtakan: “Abdul Hasan Muhammad ibn Ahmad ialah salah seoranmg sahabat kami yang masyhur dalam keterpercayaannya”.
Lalu, orang pertama yang mengarang di bidang ilmu Mutasyabihul Qur’an (tentang makna-makna samar di dalam Al-Qur’an) adalah HamzAh ibn habib Az-ziyad Al-Kufi. Ia adalah pengikut sekaligus asalah seorang sahabat setia Imam Ja’far Ash-Shadiq a.s. Ia wafat pada tahun 156 H di Halwan. Ibnu Nadim mengatakan: “Kitab Mutasyabihul Qur’an adalah karya Hamzsh ibn Habib, dan ia dalah salah satu dari tujuh sahabat dekat Imam Ja’far Ash-Shadiq”. Begitu njuga Syeikh Abu Ja’far Ath-Thusi menggolongkannya swebagai salah satu sahabat dekat Imam Ash-Shadiq a.s.
Jauh sebelum kesaksian Ibnu Nadim dan Syiekh Ath-Thusi adalah Ibnu ‘Uqdah yang telah menganggap Hamzah sebagai salah seorang sahabat dekat Imam a.s. di dalam kitab Ar-Rijal. Dan terdapat sekelompok kaum Syiah terdahulu kami yang mengarang di bidang Mutasyabihul Qur’an, seperti Muhammad ibn Ahmad Al-Wazir yang hidup semasa dengan Syeikh Ath-Thusi. Ia memiliki kitab Mutasyabihul Qur’an. Selain Al-Wazir ialah Syeikh Rasyiduddin Muhammad ibn Ali ibn Syar-Asyub Al-Mazandarani yang wafat pada tahun 288. Ia mempunyai kitab Mutasyabihul Qur’an.
Lalu, orang pertama yang menyusun kitab mengenai ilmu Maqthu’ul Qur’an wa Maushuluhu (sambungan dan putusan ayat-ayat Al-Qur’an) ialah Syeikh Hamzah ibn Habib. Muhammad ibn Ishaq yang dikenal juga dengan nama Ibnu NAdim telah menyebutkan di dalam kitab Al-Fehrest bahwa sebuah kitab Maqthu’ul Qur’an wa Maushuluhu adalah karya Hamzah ibn Habib; salah seorang tujuh sahabat dekat Imam Ja’far Ash-Shadiq a.s.”.
Lalu, orang pertama yang meletakkan titik-titik huruf dan tanda-tanda baca (i’rab) serta menjaganya dari tahrif (distorsi) di berbagai banyak buku adalah Abul Aswad, dan di sebagian buku adalah Yahya ibn Ya’mur Al-‘Idwani; yaitu murid Abul Aswad sendiri. Namun yang pertama lebih tepat. Walhasil, siapapun mereka itu, bisa dikatakan bahwa keutamaan dan kepeloporan berada pada kaum Syiah, sebab Abul Aswad maupun Yahya adalah dua orang Syiah, sebagaimana kesaksian mufakat para ulama. Dan telah kita bawakan berbagai macam teks serta bukti atas kesyiahan mereka di dalam kitab asli saya, yaitu Ta’sisusy Syi’ah li fuinunil Islam.
Lalu, orang pertama yang menyusun kitab di bidang Majazul Qur’an (Metaforika Al-Qur’an) sejauh yang saya ketahui, ialah Al-Farra’; nama lengkapnya adalah yahya Ibn Ziyad yang wafat pada tahun 207 H, sebagaimana yang akan dibawakan riwayat hidupnya pada pembahasan mengenai tokoh-tokoh ilmu Nahwu. Dan Al-Maula Abdullah Afandi di dalam Riyadul ‘Ulama menyatakan secara tegas bahwa Yahya ibn Ziyad Al-Farra’ ialah seorang Syiah. Ia mengatakan: “Dan apa yang dikatakan oleh As-Suyuthi mengenai kecenderunagn Al-Farra’ kepada Mu’tazilah mungkin berpangkal dari kerancuan sebagian besar ulama Ahli Sunnah berkenaan dengan prinsip-prinsip Syiah dan prinsip-prinsip Mu’tazilah. Padahal, Al-Farra’ itu sendiri ialah seorang Syiah Imamiyah”.
Selain itu, ada sekelompok orang Syiah yang menulis kitab berkenaan dengan majaz Al-Qur’an. Di antara karangan yang terbaik sekaitan dengan ilmu ini adalah kitab Majazatul Qur’an; karya Sayyid Syarif Radhi Al-Musawi, saudara Sayyid Al-Murtadha.
Lalu, orang pertama yang mengarang kitab di bidang ilmu Amtsalul Qur’an (pribahasa Al-Qur’an) ialah Syeikh Muhammad ibn Muhammad ibn Al-Junaid. Ibnu Nadim di dalam kitab Al-Fehrest, yaitu tatkala sampai di akhir bagian ulasannya tentang kitab-kitab yang dikarang mengenai berbagai makna Al-Qur’an, menyebutkan: “Kitab Amtsalul Qur’an adalah karya Ibnu Junaid”. Di sini, saya sendiri tidak menemukan seorang pun yang mengarang kitab mengenai ilmu ini sebelum Ibnu Junaid.
Lalu, orang pertama yang mengarang kitab tentang Fadhailul Qur’an (Keutamaan-keutamaan Al-Qur’an) ialah Ubay ibn Ka’ab Al-Anshari, seorang sahabat Nabi saw. masih di dalam Al-Fehrest, Ibnu Nadim menyatakan hal ini. Dan sepertinya Jalaluddin As-Suyuthi tidak mengetahui keutamaan Ubay ini sebagai pelopor penyusunan ilmu ini. Maka itu, dapat dimaklumi bila ia mengatakan bahwa orang pertama yang menulis kitab di bidang Fadhailul Qur’an ialah Imam Muhammad ibn Idris Asy-Syafi’ie yang wafat pada tahun 204 H. Kemudian Sayyid Ali ibn Sadruddin Al-Madani, pengarang As-Salafah, telah menyatakan kesyiahan Ubay ibn Ka’ab di dalam kitab Ath-Thabaqot; nama lengkapnya ialah Ad-Darajatur Rafi’at fi Thabaqot Syi’ah. Di sana, Al-Madani membawakan berbagai bukti atas kesyiahan Ubay. Dan di dalam kitab Ta’sisusy Syi’ah li Fununil Islam, saya telah menambahkan bukti-bukti lain atas hal itu.
Dan ada sekelompok dari kaum Syiah juga mengarang di bidang yang sama. Di antara mereka ialah Al-Hasan ibn Ali ibn Abu Hamzah Al-Bathayini dan Muhammad ibn Khalid Al-Barqi. Kedua-duanya hidup di masa Imam Ali Ar-Ridha. Dan Ahmad ibn Muhammad Al-Yasari, Abu Abdillah seorang penulis dari Basrah yang hidup di jaman Khalifah Dzahir dan Imam Hasan Al-Askari a.s. Ada pula nama-nama selain mereka, yaitu Muhammad ibn Mas’ud Al-‘Ayyasyi, Ali ibn Ibrahim ibn Hasyim, Syeikh Al-Kulaini dan Ahmad ibn Muhammad ibn Ammar Abu Ali Al-Kufi yang wafat pada tahun 346 H, serta mana-nama lain dari ulama terdahulu kami.
Lalu, orang pertama yang mengarang kitab di bidang Asba’ul Qur’an (Tujuh Bacaan Al-Qur’an) ialah Hamzah ibn Habib Al-Kufi Az-Ziyab; salah seorang dari tujuh tokoh pembaca Syiah. Sebagaimana telah saya bawakan kesaksian atas kesyiahannya dari tokoh-tokoh terkemuka Islam. Di dalam Al-Fehrest, Ibnu Nadim telah menyebutkan kitab Asba’ul Qur’an dan kitab Hudud Ayil Qur’an, dan mengatakan bahwa kitab tersebut adalah karya Hamzah. Dan sejauh ini, saya tidak mengetahui seorang pun yang mendahului Hamzah dalam mengarang kitab tentang ilmu ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar