HABIB ABDURRAHMAN BIN ALI AL HABSY.
20 Februari 2010
“Abah sangatlah senang hatiku setiap kali menerima hadiah baju dari Abah. Namun, Abah, alangkah lebih senangnya lagi hatiku bila baju yang kukenakan adalah baju yang bekas abah pakai”.
Ini cucu dari kakakku yang bernama Abdurrahman , ujar habib Habib Muhammad, Putra Habib Ali Kwitang, saat memperkenalkan salah seorang cucu Habib Abdurrahman bin Ali Habsyi kepada Sayyid Muhammad bin Alwi Maliki yang sedang berkunjung ke Indonesia beberapa puluh tahun silam. Saat itu, dikediaman Habib Husein bin Ali Al-Attas, Gg. Buluh, Condet, Jakarta Timur, Al Maliki Terperanjat,”Jadi, Habib Ali Kwitang mempunyai seorang putra lainnya, dan itu kakakmu, ya Habib Muhammad ? Ajib !”
Saat berumur 20 tahun, Habib Ali Kwitang, yang kelahiran tahun 1869, menikah dengan Syarifah Aisyah, dari keluarga Assegaf, di Kebon Jahe, Jakarta Pusat. Dari pernikahannya itu, Habib Ali di Anugerahi Anak yang pertama bernama Habib Abdurahman.
Memang, Sosok putra sulung Habib Ali Kwitang ini tidak banyak diketahui orang. Mungkin karena ia wafat selagi muda, jauh sebelum wafatnya Habib Ali Kwitang sendiri. Padahal, selagi hidup , kharisma cukup besar. Warga Kwitang, tempatnya lahir dan dibesarkan, sangat menaruh hormat kepada WanDerahman, demikian mereka biasa menyebut Habib Abdurrahman bin Ali Al Habsyi.
SANGAT TAAT KEPADA ORANG TUA
Habib Abdurrahman lahir sekitar tahun 1890 dikampung kwitang, Jakarta, tepatnya di jl. Kramat II No.79, semasa hidupnya , Habib Abdurrahman dikenal sebagai sosok yang memiliki banyak keistimewaan.
Ayahnya adalah guru yang pertama baginya. Selain kepada ayahnya, ia juga menyempatkan diri untuk berguru kepada Habib Abdullah bin Muhsin Al Attas Bogor dan Habib Ahmad bin Abdullah Al Attas Pekalongan.
Meski tidak sempat lama, ia pernah pula menuntut ilmu di negeri leluhurnya, Hadramaut. Disana ia berguru kepada sejumlah ulama besar Hadramaut di masa itu. Diantaranya Habib Alwi bin Abdullah bin Syahab, Kakek Abdullah bin Muhammad Syahab, salah seorang ulama besar Hadramaut saat ini yang digelari Galbur Tarim, Jantungnya kota Tarim. Disebutkan pula, gurunya yang lain disana adalah Habib Syech bin Abdurrahman Al Kaf dan Habib Sahil bin Abdullah bin Sahil.
Habib Abdurrahman adalah seorang yang sangat taat dan berbakti kepada sang ayah. Bila menjumpai ayahnya, ia selalu bertutur kata dengan halus. Sewaktu berpisah pun ia berjalan mundur, karena tidak ingin membelakangi ayahnya.
Dikisahkan pula, bila ia dibelikan baju baru oleh ayahnya, ia terima sepenuh hati hadiah itu dengan wajah berseri – seri. Tapi baju baru itu tidak segera dikenakannya. Tidak berapa lama, ia berikan baju itu kepada orang lain.
Beberapa kali kejadian itu terjadi, hingga suatu saat Habib Ali bertanya kepadanya,”Wahai Abdurrahman, mana baju yang baru kuberikan kepadamu kemarin?” Habib Abdurrahman menjawab, “Abah, alangkah lebih senangnya lagi hatiku bila baju yang kukenakan adalah baju yang bekas abah pakai”.
Selain mencerminkan rasa ta’zimnya yang begitu besar kepada sang ayah, kisah diatas juga menunjukkan hatinya yang pemurah kepada sesama.
Sekali waktu, pernah Habib Muhammad, adiknya, terlambat pulang kerumah, sedang hari sudah larut malam. Dari kejauhan Habib Muhammad melihat kakaknya sedang berdiri di depan rumah. Karena pulang agak larut, ia sungkan kepada sang kakak. Maka ia ambil jalan memutar kepintu samping. Ternyata di pintu samping rumahnya itupun ada Habib Abdurrahman, yang tengah berdiri. Ia memutar lagi lewat pintu belakang.Aneh, lagi – lagi dipintu belakang rumahnya itu ia lihat Sang kakak.
Habib Abdurrahman kemudian memanggilnya dengan lembut ia berkata,”Ya Muhammad, jangan takut kepadaku. Sekarang masuklah, ini waktunya sudah malam. Nati ente sakit, masuk angin. Lain kali jangan pulang terlalu larut. Jangan sampai abah yang membukakan pintu. Kasihan, Abah sudah sepuh.”
BUAH DARI AKHLAK MULIA
Habib Abdurrahman juga aktif dalam mengikuti berita – berita pergerakan yang tengah marak pada saat itu. Diantara kawan akrabnya adalah H. Agus Salim, seorang tokoh pergerakan nasional yang terkenal. Se
Tidak ada komentar:
Posting Komentar